MAMAD BELAJAR DARI WARAQAH


BELAJAR AGAMA DARI WARAQAH






Diumur
25 tahun, Abu Talib mencarikan pekerjaan untuk Muhammad sebagai agen
perdagangan di sebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang juga
masih saudara jauh, bernama Khadijah. Wanita tersebut telah dua
kali menikah. Suami terakhirnya, seorang pedagang kaya raya, yang baru2
ini meninggal dan janda tersebut perlu menyewa tenaga untuk mengurus
usaha dagangnya yang besar.


Khadijah memiliki sepupu bernama
Waraqah ibn Nawfal.
Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish.
Waraqah, putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera
Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putera Assad, putera Abdul
‘Uzzah, juga putera Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad,
putera Abdullah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd
Manaf, putera Qussayy.

PERLU
DIKETAHUI, BAHWA KETIGA ORANG INILAH YANG MENJADI DASAR ISLAM, TANPA
ADANYA WARAQAH DAN KHADIJAH, ALIRAN ISLAM YANG DIBAWA MUHAMMAD TAK AKAN
MUNCUL DIDUNIA INI.


Pada

waktu yang sudah dijanjikan, Muhammad mendatangi Khadijah. Wanita
tersebut melihat anak muda berumur 25 th berdiri dihadapannya. Ukuran
tubuh sedang, hampir ramping, dengan kepala besar, bahu lebar dan tubuh
proporsional. Rambut dan jenggotnya tebal dan hitam, tidak lurus tapi
sedikit ikal. Panjang rambutnya hingga keleher, dan jenggotnya juga.
Dia punya dahi yang bagus dan mata yang lebar, dengan bulu mata dan
alis yang panjang melengkung meski tidak menyatu. Matanya coklat atau
coklat muda. Hidungnya bengkok dan mulutnya lebar. Meski jenggotnya
dibiarkan tumbuh, tapi kumisnya tidak menutupi mulutnya. Kulitnya putih
tapi kecoklatan karena sinar matahari (Perincian ini diambil dari buku
Martin Ling: Muhammad, hal 35).


Suaranya

bagaikan sentuhan musik dan kalimat2 yang diucapkan mempunyai nada
seperti puisi2 terkenal Arabia ciptaan Labid. Pada permukaan
kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat
wanita berkuasa ini terpukau. Khadijah sangat terkesan dan akhirnya dia
menyewa pemuda tersebut untuk menjalankan misi dagangnya.


Khadijah berumur 40 tahun, dewasa dan berpengalaman. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya
Khuwaylid.
Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap
anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia rindu akan
pasangan yang dapat memberi semua hal yang dia rindukan sejak suami
terakhirnya meninggal. Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah,
akhirnya pilihan jatuh pada Muhammad. Daun muda yang juga adalah
pelayannya.


Meski

hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan
diri sebelum mengambil langkah2 untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia
harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang
menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya
mengkhawatirkan pamannya, Amr ibn Asaad, yang tanpa
persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya.
(Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan) Dia perlu
membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya
kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan
pernikahan dengan pemuda idamannya.


Segera

sebuah kesempatan datang bagi Khadijah untuk dipergunakan. Satu siang,
dia sedang diluar rumahnya bersama para pembantu, mengawasi kedatangan
karavan Muhammad. Begitu hampir dekat, sekelompok awan muncul di
cakrawala, menghalangi sinar matahari. Melihat kesempatan ini, dia
berteriak pada pembantunya: “Lihatlah! Itu Allah tercinta yang mengirim
dua malaikat untuk menjaganya!”


Para

pembantunya memfokuskan mata dan mencoba melihat sejauh mereka mampu,
berusaha mencari malaikat2 itu, tapi tidak melihat apa2. Karena telah
tahu akan hasrat majikan mereka pada Muhammad, mereka ikut2an, dan
berteriak keras2 mengikuti majikannya. Tujuan ini adalah untuk menaikan
derajat Muhammad, apa yang dilakukan Khadijah, seakan-akan Muhammad
disertai Malaikat, juga untuk memperingatkan pamannya akan balasan dari
surga jika dia menolak lamaran Muhammad untuk menikahi keponakannya.


Khadijah juga tidak mau buang2 waktu dan menawarkan dirinya kepada Muhammad melalui budak kepercayaannya,
Maisara.
Muhammad memang sedang menunggu2 mukjijat, dan ketika dia mendapat
tawaran ini, dia menerimanya langsung. Kini, menurut tradisi Arab, ia
tinggal membuat lamaran resmi pada pamannya Khadijah, Amr ibn Assad
yang bertindak sebagai pelindungnya.


Mengikuti

tradisi mereka, Abu Taleb dan Hamzah, dua paman Muhammad, menemani
keponakan mereka ke rumah Khadijah, dimana Khadijah diam2 membuat
pesta. Khadijah, kelihatannya belum memberitakan ini pada pamannya; dia
sengaja membuat pamannya tidak sadar akan maksud perayaan ini. Setelah
semua hadir, Muhammad meminta ijin Ibn Assad untuk menikahi
keponakannya (Khaidjah). Mendengar ini, si orang tua murka dan
menolaknya. Dia menjelaskan bahwa semuanya tidak cocok: umur Muhammad,
fakta bahwa dia itu anak buahnya dan, diatas itu semua, dia tidak punya
cukup uang untuk menikahi Khadijah yang kaya raya. Dalam pikirannya,
perkawinan ini hanya akan mengurangi kekayaan Khadijah, bukannya
menjaganya dalam keluarga. Kejadian2 berikutnya membuktikan bahwa
perkataan orang tua ini benar.


Khadijah

sudah mempersiapkan diri akan reaksi pamannya ini. Dia terus menerus
mengisi gelas anggur pamannya hingga mabuk. Setelah pamannya mabuk,
Khadijah memberi tanda dan Abu Taleb langsung pidato, menerangkan
kehebatan2 keponakannya, Muhammad, setelah itu Khadijah sendiri juga
memberikan pidato, menerangkan bagaimana para malaikat telah melindungi
dia dari panas matahari dan juga membesar2kan semua perbuatan2 Muhammad
baginya dan keluarganya. Akhirnya, dia mendesak pamannya untuk mengakui
kebaikan2 Muhammad, dan untuk menerimanya sebagai menantu.


Setelah

Khadijah pidato, semua yang hadir meminta Amr ibn Assad untuk menjawab.
Sebelum dia sadar apa yang terjadi, dia telah membuat pidato yang
isinya menyetujui pernikahan itu. Waraqah ibn Nofal juga menjawab; dan
Muhammad langsung mengenakan hadiah jubah pada sang orang tua, yang
menurut tradisi Arab, calon menantu harus memberi jubah pada calon
mertua saat pernikahan. Khadijah langsung menandatangani kontrak
pernikahannya sebelum sebelum pamannya sadar bahwa dia telah ditipu dan
menyatakan pernikahan ini sah. Pernikahan ini dikatakan terjadi pada
595 M ketika Muhammad berumur 25 dan pengantin perempuannya 40 tahun.

Mengenai
pernikahan tersebut Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada
Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya
untuk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum,
memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu
dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya
menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia
berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab,
“kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak
melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat
di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada
seorang gelandangan? ” (Persian Tabari v. 3 p.832)


Pihak

Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh
anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan
kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika
saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui
banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amr ibn Asaad lalu
menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di bohongi dan
rekonsiliasipun terjadi.


Khadijah

adalah seorang wanita berhasil dan pesolek. Dia telah menolak lamaran
dari banyak orang Quraish yang kaya dan terkenal. Bagaimana orang
menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat
mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda?
Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri
Khadijah.


Muhammad

butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan
Khadijah merupakan untung besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan
kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga
jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu bekerja lagi. Khadijah dengan
senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia
dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi Muhammad.


Kejadian

seputar perkawinan Muhammad-Khadijah ini layak mendapat perhatian
khusus, bukan hanya karena ini sebuah batu loncatan bagi calon 'nabi'
ini, tapi juga karena menggambarkan posisi yang dipegang wanita yang
menjalankan bisnisnya. Khadijahlah, bukan calon suaminya, yang pertama
minta dinikahi. Selain Khadijah, kita juga tahu bahwa ada wanita2 lain
dijaman sebelum islam yang bukan hanya berperan dalam urusan2 dagang
dll di Mekah disisi laki2 mereka, mereka juga berpartisipasi dalam
perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki2. Mereka, sering menggunakan
pengaruh yang besar sebagai nabi2 wanita atau penulis2 puisi.


Fakta

sejarah diatas menunjukkan luasnya kebebasan wanita Arab yg dinikmati
sebelum munculnya Islam dan mementahkan klaim Doktor2 Muslim yang
berkata bahwa Islamlah, yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka
nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya, ini jelas bertentangan
dengan fakta. Yang benar, Islam, telah merampas kebebasan2 wanita
sebelumnya dan membuat mereka budak dibawah tindakan dan keinginan
laki2 mereka.



Peran
Waraqah ibn Naufal
juga tidak bisa dihilangkan dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini.
Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke
Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme
Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2
menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini
"Hai
Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu"..’ (QS 5:68)


(Gambar disamping adalah gambar Pendeta Nestorian, seperti inilah kemungkinan rupa Waraqah )


Nosrania / Nestorian

adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan
Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang
dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Yesus baginya
hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah
kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya sepeti yang ditulis
dalam ke empat Injil kaum ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan
kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang dinamakan EBIONISME.



Itulah sebabnya Muhammad dalam Quran menyebut orang Kristen sebagai
NASRANI, para pengikut Nestorian.


Data2

sejarah menunjukkan bahwa dalam areal Hijaz Arab pusat ini, terdapat
sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania. Bahkan beberapa
anggota clan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul
Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis: ‘Diantara para Arab yang memeluk
Nosrania adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul Uzzah
dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad.’ (Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1,
hl 257)


Al Ya’qubi juga menuliskan kepercayaan non-Kristen Mekah.



‘…

Arab dibagi atas 2 kelompok: al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang
tidak peduli). Kelompok Qurasy termasuk kelompok yang pertama (hl 256).
Dan tentang praktek agama mereka, Al Yaqubi menjelaskan: ‘Mereka
percaya pada nabi Ibrahim (Al-Hanif), mengadakan hijrah, menghormati
bulan suci … menghukum tindak kriminal. Mereka selalu berlaku seakan
mereka tuan rumah di tempat2 ini.’ (hl 254)


Sejarawan lain, Al-Azraqi mempelajari bukti2 tentang adanya gereja2 Nosrania



Quraysh

dengan memperhatikan penggalian arkeologis. ‘Mereka memasang di Kabah
gambar2 para nabi, pohon2 dan malaikat. Anda bisa melihat gambar2
Ibrahim, Yesus dan malaikat2 di Kabah. Setelah penaklukan Mekah tahun
632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah itu, memerintahkan
diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain
kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk menghilangkan
semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar2 Yesus dan
mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar2 dibawah tangan saya.’’
(Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165).


Al

Isfahani, sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’,
jabatan bagi orang suci /pendeta Kristen. Katanya, ‘Al Qiss Waraqah
adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode
jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku2 suci dan abstain dari
memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah
salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu –
daging hewan yang dicekik dan darah hewan.’ (Tabaqat, hl 162)


Waraqah

juga dianggap ahli tafsir kitab2 suci, guru dan penerjemah kitab suci
kedalam bahasa Arab. Ia menjelaskan isi kitab2 suci, ajarannya dan
mempraktekkan kewajibannya.


BUKTI WARAQAH MENERJEMAHKAN INJIL KEDALAM BAHASA ARAB:


‘Pendeta/Biarawan Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Bukhari 1:3)

‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Muslim 301)

‘Waraqah
mengganti agamanya kepada Nosrania pada jaman jahilyah. Ia menulis buku
Ibrani apa yang ia ingin tulis.’ (Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al
Afghani,’ Vol III, p 114)


Quran

tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya
mengenal satu Injil, yaitu Injil Ibrani (INJIL MATIUS), satu2nya Injil
yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab. Inilah Injil yang
digunakan kaum Ebionis.


Al

Qiss Waraqah, sebagai pemimpin Gereja Nosrania di Mekah, harus
menjelaskan Injil kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu
tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil
Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu
muridnya adalah MUHAMMAD BIN ABDULLAH, sepupunya, suami Khadijah.


Hubungan

keduanya memang dekat. Waraqah-lah yang menikahkan Muhammad dengan
Khadijah. Ia mengajarkannya berdoa dan semedi di Bukit Hira. Ia
mengumumkan ramalannya tentang Muhammad kepada sesama Arab di Mekah.
Bahkan setelah kematian Waraqah, kata Bukhari,
‘PERSEDIAAN WAHYU BAGI MUHAMMAD MENGERING’ (Bukhari 1:3, 60:478) Komentar Muhammad sendiri tentang Waraqah : ‘Saya melihatnya di pusat Surga. Ia mengenakan kain putih.’ (Nasrani bukan Islam masuk surga???)


Apa agama Waraqah saat wafat ? Muslim atau Kristen Sektarian (Nosrania) ?



Ibn al Abbas : ‘Ia mati sesuai dengan kepercayaan Nazarethnya.’

Ibn al Yaouzi : ‘Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan Muslim.’
(Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)


Al

Houjoun adalah kuburan para pemercaya satu Tuhan (Al-Hanif) dari suku
Quraisy. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan orang tuanya juga dikubur
disana.


Para

penulis Sirat Rasulullah, anehnya, tidak memberikan banyak fakta
tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan
misi aktifnya di Mekah. Ini aneh karena Quran sendiri yang menegaskan
eksistensi mereka. Malah, kebanyakan ajaran Quran tidak bisa dimengerti
jika ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, sangat sulit untuk
mengerti sejarah nabi2 Perjanjian Lama atau ajaran taurat dan Injil,
seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam
kerangka dasarnya. Cerita Johanes Pembaptis, putera Zakariah,
pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Yesus, mukjizat2
Yesus serta pesan2nya dalam Injil.


Status

Waraqah harus ditekankan dalam pernikahan Muhammad-Khadijah. Al Qiss
Waraqah adalah salah satu diantara para ketua dan petinggi masyarakat
Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika menyatakan:
‘Kami para pemimpin dan ketua para Arab …’ Saudara2 Arabnya
menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan manajer masyarakat
Nosrania.


Kedua,

disebutkan bahwa Waraqah-lah yang mensahkan kontrak perkawinan ini. Ia
adalah ulama utama, yang atas nama Tuhan menetapkan kontrak yang hanya
bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan
itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis. Sebagai pendeta Kristen
Nosrania, ia mensahkan penyatuan kedua sepupunya, Muhammad dan
Khadijah. Kontrak inilah salah satu alasan mengapa Muhammad tidak
berpoligami saat Khadijah masih hidup.


Ketiga,

harapan Waraqah akan perkawinan ini adalah bagi kaumnya. Apakah ia
hanya memberikan perlindungan dan kemapanan material bagi Muhammad yang
miskin dan yatim piatu itu atau apakah ia juga ingin mempersiapkan
Muhammad sebagai PENERUSnya, sebagai pemimpin (religius) Nosrania dan
kepala kaum Quraysh ?


Keempat,

partisipasi paman Muhammad, Abu Talib dalam rencana pendeta itu harus
dicatat. ‘Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan
saya ini akan mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya.’
Bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu?
Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan
seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia
akan menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Memang, tanpa
Waraqah dan Khadijah, Muhammad tidak akan berarti apa2.


Waraqah

kemudian mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhammad guna
persiapan masa depan. Langkah pertama adalah isolasi ke Bukit Hira.
Disitu ia akan mengasah kemampuannya bersemedi. Kakeknya sendiri sering
bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Waraqah dan Muhammad
mencari kesepian di sebuah goa di daerah itu dan setiap sekali setahun
menghabiskan waktu satu bulan untuk semedi, selama bulan puasa selama
periode 15 tahun. Dalam goa Khalwah ini, Waraqah menurunkan
pengetahuannya kepada Muhammad.


Ibu

angkat Muhammad, Halimah melaporkan: ‘Dalam masa pertumbuhannya,
Muhammad kadang keluar dengan teman2nya. Begitu mereka mulai bermain,
ia meninggalkannya dan pergi ke tempat terkucil. Bagi Muhammad,
pengalaman ini membebaskan jiwanya dari keramaian dunia dan memilih
kehidupan yang dekat dengan Tuhan… tidak ada yang lebih penting baginya
ketimbang menyendiri dan bersemedi pada Tuhan. Ia biasanya pergi ke
Bukti Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam hari.’


Namun

Muhammad tidak mungkin melakukan ini kalau ia tidak dibimbing orang2
yang berpengalaman. Kakeknya, Abdul Muttalib dan pendeta Waraqah,
adalah beberapa orang diantaranya. Muhammad mengadopsi contoh mereka
untuk mempersiapkan mentalnya bagi misinya.


Ibn

Hisham mencatat pernyataan al Yaqubi tentang goa Khalwah; ‘Rasulullah
memasuki bukit Hira selama satu bulan sekali setahun begitu juga
anggota2 Quraysh lainnya.’


Biografer

lainnya menyebutkan: ‘Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali
ke Kabah sebelum pulang. Ia melingkarinya sebanyak TUJUH KALI dan lalu
berjalan pulang.’


Pengajar2

kompeten seperti Waraqah memberi instruksi kepada Muhammad. ‘Sebelum
tibanya ramalan, Muhammad melakukan praktek agama sesuai dengan hukum
Ibrahim dan Musa atau tradisi2 yang ada waktu itu.’


Sirah

yg sama mengatakan: ‘Muhammad mempraktekkan puasa seperti Musa dan
Elijah di Bukit Horeb (Exodus 3:1) dan seperti Yesus dan bapak2 Kristen
pertama di gurun2 di Palestina.


Praktek

puasa bulan Ramadhan juga merupakan tradisi pra-islam. Ini adalah bulan
puasa dan doa2 khusus. Seperti disebutkan dalam Quran, ‘Wahai kalian
yang beriman! Puasa ditentukan bagimu seperti yang diperintahkan kepada
mereka yang datang sebelummu.’ (QS 2:183)


Selama

bertahun2, Muhammad dan Waraqah bersama2 bekerja keras. Injil Matius
yang diterjemahkan sang pendeta dari bahasa Ibrani kedalam bahasa Arab
juga dipelajari Muhammad. Muhammad kagum bukan hanya dengan pesan Injil
Yahudi, tetapi juga dengan kerja keras sepupunya, sang pendeta, dalam
menerjemahkan kitab suci itu. Quran sendiri menunjukkan bahwa
terjemahan Waraqah memperkenalkan Muhammad pada perbendaharaan kata2
suci. Untuk mempelajari lebih lanjut hal ini, kita harus menghilangkan
sangkaan bahwa Muhammad buta huruf (tidak dapat membaca danm menulis).


Lihat topik selengkapnya:
MUHAMMAD TIDAK BUTA HURUF


Kepercayaan

kuat bahwa Muhammad buta huruf melawan segala bukti yang ada: Ekspresi
Quran ‘nabi buta huruf’ bukan berarti ia tidak bisa baca tulis. Penting
disini untuk mengetahui apa yang diketahui Muhammad dan apa yang tidak
diketahuinya. Yang diketahuinya adalah membaca/menulis yang sudah
diajarkan padanya sejak kanak2. Bukti melek aksaranya sudah nampak
dalam Quran dan buku2 lain. Apa yang TIDAK ia ketahui dan ingin
dipelajarinya adalah ilmu kitab suci yang diwahyukan, yaitu ilmu
spiritualitas dan hukum2. Ia akan mendapatkan ilmu ini dari seseorang
yang sudah memilikinya.


1)

orang ‘buta huruf’ menurut Quran adalah seseorang yang tidak memiliki
kitab suci. Yahudi, keturunan Ishak, putera Ibrahim adalah kaum Ahlul
Kitab. Sementara Arab, keturunan Ismael, putera Ibrahim BELUM memiliki
Alkitab. Inilah yang dimaksudkan dengan ‘buta huruf’ di jaman Arab
pra-Islam.


Quran membuat perbandingan ini :
‘Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?’ (QS 3:20) Ini menunjukkan keinginan para ‘buta huruf’ untuk mempelajari kitab suci.

‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS 2:78)


Muhammad

menunjukkan kebanggaannya karena Tuhan memilihnya dari antara orang2
yang tidak memiliki kitab suci itu. ‘Allah mengirimkan rasul dari
antara mereka.’ (QS 7:63)


Jadi

keadaan ‘buta huruf’ ini lebih menunjuk kepada status sosial, ketimbang
pada kemampuan baca tulis. Ayat2 berikut menunjukkan bahwa Muhammad
percaya bahwa ia datang dari latar belakang ‘buta huruf’ ini. ‘
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi …’ (QS 7:157) dan ‘maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya’ (QS 7:158).


Jadi,

kaum ‘buta huruf’ adalah bangsa Arab, keturunan Ismael, yang tidak
memiliki kitab suci, sementara Ahlul Kitab, adalah keturunan Ishak,
yang memiliki kitab suci.


2) Malaikat Jibril menyuruh Muhammad membaca dalam ayat pembuka Surah 96:



‘BACA

('Ikrar'), dalam nama Allahmu, yang menciptakan manusia dari segumpal
darah… BACA ! Karena Allahmu maha pemurah, Ia yang mengajarkanmu cara
penggunaan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.’
(1-6)


Para

ilmuwan Muslim setuju bahwa ini surah pertama yang turun pada Muhammad.
Mereka juga bersikeras bahwa Jibril membawa buku di tangannya untuk
ditunjukkan kepada Muhammad. Jika Muhammad tidak dapat membaca, maka
mengapa ayat Quran ini memerintahkan nabi untuk ‘BACA’ ?


3)

Muhammad mendapatkan kemampuan ilmu2 alam termasuk kemampuan membacanya
dari Abu Talib. Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan
keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anak2nya sendiri. Ketika
Muhammad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan
cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhammad makanan yang paling
baik.’


Ini

jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada
keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan
puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhammad ini, menulis karyanya berjudul
Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib
mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.


Ilmu

Ilahi yang diberikan Waraqah kepada Muhammad adalah ilmu Kitab Suci.
Mereka bersama2 belajar Midrash, Talmud, Taurat dan Injil Matius, empat
kitab yang nantinya menjadi dasar penulisan Quran. Dalam uraian yang
akan datang kita akan mengetahui bahwa Quran adalah hasil modifikasi
dari keempat kitab tersebut.


Muhammad mempelajari
Injil Ibrani (Injil Matius)
dengan Waraqah. Kitab ini adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Arab
oleh Waraqah, dimaksudkan agar dapat menyelesaikan perselisihan.

‘Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).’ (QS 43:3)


Dengan

pengetahuan ini, Muhammad dan pengikutnya akan membantu bangsa Arab
yang bermasalah dengan hukum pidana. Orang2 ini tidak bisa dihakimi
ataupun dibela karena mereka tidak memiliki kitab suci. ‘Apakah kami
akan memberlakukan Muslim seperti orang yang berdosa? Ada apa denganmu?
Bagaimana kalian menghakimi? Atau apakah kalian memiliki sebuah buku
yang kalian pelajari? Itu kalian akan miliki …’ (QS 68:35-39)


Jadi

Muhammad mempelajari kitab suci yang ditawarkan Waraqah. Ia akan
menggunakan pengetahuannya ini untuk menjelaskan arti2nya kepada
saudara2 Arabnya. Dengan itu ia dapat menyatakan dengan yakin ‘kepada
orang yang membahas Tuhan, tanpa ilmu, tanpa pengarahan dan tanpa buku
pengarahan yang mapan.’ (QS 31:20,22)


Bukti

ini menunjukkan bawha Muhammad mampu membaca dan memiliki ilmu Ilahi.
Jadi kalau Quran merujuk kepada ‘ilmu yang tidak diketahui manusia’ ini
berarti ilmu tentang kitab2 suci yang sudah diturunkan terdahulu.


Saat Muhammad mengalami keraguan atas wahyu Allah, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab.


Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,’ (QS 16:43)


Dan salah satunya yang membaca kitab dan memiliki pengetahuan yang datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.


Kami
tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.’
(QS 21:7)

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka..’ (QS 6:90)

Dan
di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk
(kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka
menjalankan keadilan.’ (QS 7:159)

Dan
di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan
keadilan.’ (QS 7:181)


Terbukti

bahwa Muhammad merupakan bagian dari rencana Waraqah. Khadijah, wanita
mapan & beruntung itu menyediakan fasilitas yang diperlukan
Muhammad dalam misinya dalam bentuk uang, kehormatan dan cinta.
(Muhammad bisa pergi dari rumah, belajar, berkotbah, bertapa selama
berbulan2 lamanya tanpa mengkhawatirkan keuangan keluarga.)


Kesemuanya

ini diatur Waraqah dan diwujudkan oleh Khadijah. Wanita Arab ini
menjadi penghubung antara Waraqah dan Muhammad. Sering dikatakan,
‘Khadijah mengeksekusi semua hal sesuai dengan nasehat Waraqah.’


Waraqah,

Khadijah dan Abu Talib memainkan peranan penting dalam hidup dan misi
Muhammad. Setelah kematian mereka sekitar th 619, Muhammad merasakan
kehilangan hubungan intim dan dukungan emosional. Dengan kematian
Waraqah, ‘persediaan wahyu mengering.’ Dengan kematian Khadijah,
‘cobaan semakin meningkat dalam kehidupan Muhammad. Setelah kematian
Abu Talib, ‘klan Quraysh mencoba melukai Rasulullah.’
Muhammad kehilangan TRINITAS nya.


Apa

sebenarnya maksud sang pendeta Kristen sekte Nosrania tersebut? Apa
yang diinginkannya dari Muhammad? Kenabian Muhammad atau kepentingannya
sendiri ?


Setelah

para kolektor Quran mulai meremehkan peran sang pendeta, mereka
terdorong oleh tradisi oral yang lebih mementingkan aspek hukumnya,
ketimbang bukti2 sejarah. Para kolektor ini menerima sedikit informasi
atas peran sang pendeta dalam kenabian Muhammad. Mereka ini juga tidak
mempertanyakan bagaimana otoritas religius (al-Qussussiyyah)
ditransmisikan oleh sekte Nosrania kepada mereka yang mengikuti Islam.


Namun

karena banyak keraguan bahwa Muhammad benar2 seorang nabi, para
kolektor ini mencari tanda2 yang mereka lacak ke hari2 pertama Adam.
Mereka terus mencari tanda2 dengan mengatakan bahwa rabbi, pendeta,
tukang sihir, JIN, SETAN, hewan, berhala, pohon dan batu mendukung
pesan nabi. Mereka bersikeras bahwa nama Muhammad ditemukan dalam
Taurat dan Injil. Pada saat yang sama mereka mengesampingkan al Qiss
Waraqah yang sebenarnya adalah orang yang pertama2 menyatakannya
sebagai nabi disamping Khadijah.


Ini peristiwa saat Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, kemudian Waraqah menyatakan Muhammad sebagai seorang nabi:



Satu

aliran Islam menulis, di suatu malam dibulan Ramadhan ditahun 610 M,
saat berumur 40 tahun, ketika dia bersemedi di gua Hira, malaikat
Jibril muncul didepannya “dalam bentuk manusia yang sangat menyilaukan”
(R.V.C. Bodley, op. cit. hal 56) dan memerintahkannya untuk “membaca
dalam nama tuhanmu” (QS 96:1).


(Gambar disamping adalah gambar Gua Hira, mungkinkah Malaikat menemui Muhammad disaat bertapa tempat seperti ini? )


Muhammad

kemudian protes bahwa dia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Jibril
tersebut. Hadits yang diceritakan istri mudanya, Aisha, menceritakan
bahwa Jibril menekan dada Muhammad sebanyak tiga kali (Martin Lings,
op.cit hal 43) dengan maksud untuk membuatnya mengikuti perintah.
Mendadak, dia merasa dipenuhi sinar pengertian, dan dia membaca lima
ayat pertama dari Surat yang disebut Iqraa (Surat 96), ditulis dalam
sebuah spanduk / bendera yang tergantung diujung langit. Ketika
selesai, sang utusan surga berkata, “Oh, Muhammd, sebenarnya kau adalah
nabi tuhan dan aku adalah malaikatnya Jibril!”


Penuh

ketakutan, Muhammad lari kerumah. Khadijah menenangkan dan
menyelimutinya. Setelah beberapa waktu, malaikat Jibril muncul
dirumahnya dan memerintahkan dia utk “Bangun dan berilah peringatan,
Hai orang yang berselimut!” Menurut hadis Hadhrat Zubair, Surat
Muddaththir (Surat 74) adalah Surat pertama yang diturunkan pada
Muhammad dan bukan surat Iqraa (Surat 96), seperti yang dipercaya
banyak muslim.


Khadijah kemudian memanggil Waraqah. Katanya ‘Sepupuku, dengarkan apa yang dikatakan keponakanmu!’



‘Keponakan

tersayang! Apa yang kau lihat?’ tanya Waraqah. Saat Muhammad selesai
berbicara, sang pendeta bertanya kepadanya dan mengulangi peringatan2
sebelumnya. Dia lalu menyatakan bahwa apa yang dikatakan Muhammad bukan
saja benar tapi Muhammad juga adalah nabi yang kedatangannya telah
dituliskan oleh kitab agama2 lain. Waraqah juga mengatakan,
‘Ah! Seandainya saya masih muda dan dapat menyaksikan saat dimulainya misi ini !’ (Sahih Bukhari 1:3). Meski ia mendukung Muhammad, Waraqah tidak pernah memeluk islam dan mati sebagai Kristen Nosrania. Mengapa?

Nampaknya
maksud Waraqah agak berbeda terhadap Muhammad. Tujuan Waraqah
sebenarnya adalah untuk mengumumkan bahwa Muhammad menjadi penerusnya
(sebagai pendeta Nestorian!) untuk menjadi kepala masyarakat Nosrania
di Mekah.


Muhammad

mengerti tugasnya dan apa yang diharapkan darinya. Ia mulai mengkotbah
dan memperingatkan orang tentang hal2 yang tidak mereka ketahui dalam
Kitab Suci. Ia menunjukan kepada mereka jalan yang benar dan agama yang
sah. Ia membacakan mereka teks dari buku suci Yahudi yang diterjemahkan
Waraqah itu. Tujuannya sebenarnya memperingati orang akan Taurat dan
Injil. ‘Peringatkan. Kau hanyalah seseorang yang memperingatkan!


’Setelah

kematian Waraqah, ia diberi jabatan sebagai pemimpin religius. Namun ia
takut bahwa Allah telah meninggalkannya karena wahyu tidak turun selama
2-3 tahun. Tetapi akhirnya wahyu datang juga dan malah ia sempat
memodifikasi pesan2 sebelumnya. Perubahan ini sesuai dengan
perkembangan watak Muhammad. Kemudian di Medinah, wahyu2 Quran
ditambahkan kepada ayat2 Mekah.


Para

kolektor Hadis seperti Muslim Ibn al Hajjaj, al Bukhari dan al Isfahani
setuju bahwa pendeta Ebionit bernama Waraqah itu menerjemahkan Injil
kedalam bahasa Arab. Apa isi Injil ini? Untuk itu kita harus melihat ke
data2 bapak2 pendiri gereja.


Buku2

terbitan mereka merupakan indikator menakjubkan tentang keempat abad
pertama Injil Ibrani ini. Injil yang tidak terkenal ini akhirnya
tertanam dalam Quran berbahasa Arab dan menjadikannya hubungan penting
kepada
‘naskah asli’ (al-lawh al-mahfouz) yang dikatakan merupakan sumber Quran.


Sejarawan paling dini,
Eusebius
(w. 340) mengutip Hijsub, yang hidup di permulaan abad ke dua,
mengatakan: ‘bahwa ia mereproduksi teks Injil menurut Yahudi, yaitu
Injil Aramaik dalam bahasa Ibrani. Katanya, ‘Injil ini adalah yang
paling dipercaya kaum Ibrani yang percaya kepada Yesus Kristus.’


Mengenai

golongan Ebionit, ia mengatakan: Mereka hanya menggunakan Injil Ibrani
dan tidak menunjukkan ketertarikan kepada Injil2 lain. Katanya, ‘Mereka
mematuhi hari Sabat dan tradisi2 Yahudi lainnya. Mereka saling menegur
agar mempraktekkan prinsip2 Taurat. Mereka menganggap bahwa
penyelamatan manusia tidak terbatas pada hanya percaya dalam Yesus
Kristus, tetapi dalam melaksanakan hukum Musa.’


Epiphanus

(w. 403) menulis tentang sekte Ebionit dan Injil Ibrani sekte tersebut:
‘Mereka hanya terikat pada Injil (Matius) dan menamakannya ‘Injil
menurut Ibrani’. Injil Matius itu tidak sempurna tetapi telah dirubah
dan masih tidak lengkap.’ Epiphanus mengutip St Irenaeus, uskup Lyon
(w.208), ‘Ebionit hanya menggunakan Injil Matius, tetapi mereka tidak
memiliki kepercayaan yang benar kepada Tuhan.’


Para

bapak2 pendiri gereja berbicara tentang penyelewengan (unorthodoxy)
kaum Ebionit. Ada kalanya injil mereka disebutkan Injil Nazerine (Injil
orang Nazareth), Injil Ibrani, Injil Ebionis atau Injil ke12 Apostel.
Ini merupakan versi injil aramaiknya Matius, yang juga menjadi salah
satu sumber injil2 kemudian. Injil Ibrani ini menurut kaum Ibrani
memainkan peran penting dlm men-transfer doktrin2 heterodox ataupun
ortodox kedalam kepercayaan dan praktek Muslim.


Ajaran2

seperti Yesus sang Mesiah, Roh Kudus, zakat, kiamat dan pengadilan
terakhir dan nasib akhir manusia, ini semua tercakup dlm Injil Ebionis.
Tapi teks Injil Ibrani yang diadopsi dan ditulis kembali oleh Waraqah
dalam versi Arabnya bukan terjemahan akurat dan penuh. Metodanya lebih
dekat kepada exegesis dan apologetic ketimbang terjemahan dan transmisi
secara harafiah.


Selain

mendapatkan pengetahuan agama dari Waraqah, Muhammad juga mendapatkan
pelajaran agama dari Zaid bin Amr. Seperti yang ditulis diartikel
terdahulu, bahwa Muhammad bukanlah orang yang pertama kali menentang
budaya berhala di Mekah. Di Sirat Rasul diceritakan mengenai beberapa
orang yang dengan keras menentang polytheisme dan ingin mereformasinya
menjadi monotheisme absolut. Salah satunya adalah Zayd bin Amr ini.
Muhammad dan Zaid bin Amr sering bertemu digua2 sewaktu mereka sedang
bersemedi. Bahkan gua Hira, tempat dimana Muhammad mengaku bertemu hal
gaib, adalah tempat bersemedi favorit bagi Zaid.


Pelajaran

keagamaan yang diterima Muhammad dari Zaid, dikemudian hari banyak
dituangkannya kedalam Quran. Anda dapat membandingkan tulisan2 berupa
syair yang di buat oleh Zaid dengan Quran buatan Muhammad tersebut.


Silahkan lihat hal tersebut di:
Sumber Quran 2


Dengan

bekal keagamaan yang cukup dari guru2nya, sekaligus dukungan penuh dari
orang2 seperti Khadijah dan Waraqah, Muhammad mulai yakin dengan misi
yang diembannya. Misi awalnya ia lakukan secara sembunyi2, kebanyakan
yang menjadi target Muhammad adalah sahabatnya, para budak, dan orang2
miskin. Dengan modal kekayaan yang memang diberikan Khadijah untuk
mendukung misi suaminya tersebut, Muhammad berhasil menarik para budak
dan orang2 miskin untuk menjadi pengikutnya.