JALAN KELUAR BAGI MUSLIM
JALAN KELUAR DARI ISLAM
BAGI PARA MUSLIM
BAGI PARA MUSLIM
Tamu wawancara Frontpage kali ini adalah Hossain Salahuddin, penyair, penulis essay dan mantan muslim yang menulis beberapa buku. Dia menjadi editor majalah Maverick, yang memajukan literatur, free thinking dan rasionalisme.
FP: Hossain Salahuddin, welcome to FrontPage interview.
HS: Thanks very much for having me. It's a real pleasure to be here.
FP: Ceritakan tentang masa kecil dan didikan islam terhadap anda.
HS: Aku lahir tahun 1984 disebuah keluarga Muslim di Bangladesh. Keluarga saya kolot dan mereka pastikan saya belajar Quran dengan baik sebelum saya masuk sekolah. Saya punya guru mengaji, seorang Mullah, yang mengajarkan membaca Arab – dan saya sungguh berbakat dalam hal ini. Saya ingat telah tamat membaca Quran tiga kali sebelum umur 12 tanpa mengerti satupun kalimatnya. Jika saya ingat-ingat, saya bisa merasakan sesaknya kondisi saat itu dengan larangan ini dan larangan itu. Tidak boleh ini tidak boleh itu, dan ada peringatan terus menerus – “Kau seorang muslim, berlakulah seperti muslim.”
So, yeah, masa kanak-kanak saya bukan sesuatu yang bisa saya banggakan. Ada banyak batasan religi dileher saya dan itu mempengaruhi hubungan saya dengan anggota keluarga lain. Tapi, saya harus katakan saya masih menjadi seorang percaya saat itu; hanya ada seulas ketidaknyamanan dalam diri saya dalam mempraktekkan islam. Saya akui bahwa saya punya masa kanak-kanak yang bermasalah tapi saya belum lagi jadi seorang pemberontak saat itu.
FP: Apa yang membuat anda memikirkan kembali dan akhirnya berujung pada keluarnya anda dari islam?
HS: Well, ketika umur 13 atau 14, berkembang ketertarikan yang besar dalam hal menulis, khususnya syair dan saya mulai menghabiskan banyak waktu saya membaca dan menulis puisi. Saya ingat meminjam sepuluh buku sekaligus dan membacanya semua. Buku Sejarah, Sains, Filosofi, Agama, apa saja. Saya bisa bilang itu adalah saat-saat yg mempesonakan. Saya pikir saya lebih dewasa dalam pemikiran dibanding usia saya sebenarnya dan saya sungguh-sungguh mensyukuri bagian tersebut dalam hidup saya sebagai perioda pencerahan.
Menurut saya buku-buku mengajar saya berpikir dan menilai segala sesuatu secara rasional, utk keluar dari prasangka dunia dan kepercayaan-kepercayaan irasional. Buku-buku adalah pembebas saya yang sejati, sahabat terbaik yang pernah saya miliki. Tapi, tidak selalu menyenangkan. Keluarga saya tidak suka ketika melihat ada perubahan dalam diri saya dan juga guru-guru saya disekolah. Malah guru-guru sayalah yang membuat semua kesulitan. Sialnya, kebanyakan guru saya itu adalah muslim ortodoks dan mereka tidak suka tulisan-tulisan saya. Bahkan melarang tulisan saya ditampilkan di majalah sekolah hal itu membuat saya marah karena mungkin sayalah satu-satunya murid yang bisa menulis hal-hal yang kreatif. Dan mereka terus menerus mengingatkan saya bahwa Islam melarang puisi, musik, lukisan, bergaul dengan non muslim ataupun membaca tulisan-tulisan agama lain dan hal ini sungguh membingungkan saya.
Hanya ada satu cara utk mengetahuinya dengan benar: membaca Quran dan Hadis dalam bahasa ibu saya. Saya membaca dan membaca Quran dan tidak bisa percaya apa yang saya baca. Saya mulai memberi tanda pada ayat-ayat yang saya pertanyakan dan menulis komentar-komnetar disebelahnya. Saya bertanya-tanya, apakah ayat-ayat penuh kebencian ini disebarkan dan didakwahkan setiap hari di seluruh pelosok kota saya? Saya benar-benar terkejut. Awalnya saya pikir terjemahannya yang salah. Tapi saya mengumpulkan banyak terjemahan Quran yg lain dan para scholar (akademisi) islamik terkenal yang menterjemahkannya. Saya sungguh-sungguh shock dan kuhabiskan dua tahun hidup saya, tahun ke-9 dan ke-10, mencari jawabannya.
Pada tahun ke-10, buku puisi pertama saya diterbitkan dan tahun ke-11, saya yakin islam adalah sebuah kepercayaan sangat keji. Dengan membaca Quran atau teks-teks islam lainnya hanya ada dua efek buatmu: Kau berubah menjadi orang keji, muslim yg dicuci otak siap memusnahkan apapun yang menentang, atau kau meninggalkan islam sepenuhnya dan menjadi seorang yang bebas. Saya pilih jalan yang terakhir dan pada umur sangat muda.
FP: Apa kau hadapi ancaman kekerasan karena meninggalkan islam? Apa kau masih dalam bahaya sekarang?
HS: Well, meninggalkan islam bukan sebuah keputusan mendadak; malah sebuah proses pelahan-lahan. Saya pikir ketika saya umur 12, secara sadar saya telah meninggalkan islam sepenuhnya. Dan beberapa teman dekat saya tahu tentang pandangan-pandangan saya akan islam. Saya pikir mereka sungguh terkejut. Jadi, meninggalkan islam mulanya adalah masalah pribadi, pada awalnya saya tidak menceritakannya pada banyak orang.
Tentu ada rasa takut membuat mayoritas muslim marah. Jadi yang saya lakukan adalah mulai banyak bertanya utk menyebarkan pesan-pesan saya. Saya belajar dari Socrates, itu yang dulu dia lakukan, dan kadang bisa sangat efektif. Saya mulai banyak mempertanyakan agama dan tradisi-tradisi islam dalam tulisan-tulisan saya dan itu membuat saya masuk dalam kesulitan. Meski saya punya beberapa teman yang peduli dan kami menyebut diri kami sebagai ‘free thinker’, tapi juga menghasilkan banyak musuh yang sangat tidak menyenangkan dan saya sadar mereka mengawasi setiap langkah saya. Tapi saya masih muda saat itu dan ceroboh – jadi saya jalan terus saja.
Akhirnya, permainan tunggu menunggu ini berakhir dan mereka menyerang saya secara fisik suatu malam – beruntung sekali saya bisa lolos dengan memar-memar dan beberapa luka tusukan. Setelah kejadian itu saya mulai memperlambat hidup saya. Kayaknya itu tahun 2002, ketika sebuah organisasi islam menerbitkan sebuah buku dan mengumumkan saya sebagai seorang Murtad-Kafir. Jadi, saya sebenarnya tidak perlu mengumumkan secara publik tentang kemurtadan saya, mereka telah melakukan hal itu bagi saya.
Setelah itu saya memutuskan utk meninggalkan negara saya dan tahun 2003 saya sampai ke Australia sebagai seorang pelajar. Dan jika
Anda bertanya apa saya masih ada dalam bahaya sekarang ini, well yang bisa saya katakan adalah jangan pernah menganggap remeh jangkauan tangan mereka. Bukan saya saja, siapapun yang non muslim atau terlahir muslim tapi tidak peduli pada islam – siapapun yang berbeda dengan mereka ada dalam bahaya saat ini dan itu adalah kenyataan yang sangat menyedihkan.
FP: Apa pendapat anda tentang Imperialisme Arab dan penjajahan Islam? Dan bagaimana cara kerja pemikiran mualaf/muslim non arab dalam konteks ini?
HS: Yang paling keras memukul saya adalah bahwa Islam cuma sebuah bentuk penjajahan Arab yang menyamar. Di Asia Tenggara anda bisa lihat orang terus menerus berteriak tentang penjajahan Inggris dan bagaimana mereka masih menjadi korbannya. Tapi tak ada seorangpun yang berbicara tentang penjajahan Arab yang sangat aktif dalam diri setiap individu muslim non arab di negara-negara mereka. Islam aslinya adalah agama arab, dan bukan sebuah agama hati nurani, agama pribadi atau spiritualitas; tapi sangat politis dan imperial. Tempat sucinya ada ditanah arab, bahasa keramatnya bahasa arab dan figur-figur sejarah semua orang arab asli. Jadi apa yang terjadi pada benak mualaf/muslim non arab adalah sangat menarik.
Seorang mualaf/muslim mulai tidak suka atau bahkan membenci budayanya sendiri, dianggapnya tidak islami dan dia menjadi terpesona dengan pengaruh-pengaruh arab dan ingin menjadi bagian dari kisah-kisah arab tsb; ironisnya, dia mulai memuja-muja para pejuang arab yang menaklukan tanahnya sendiri. Dan utk itu yang pertama dia lakukan adalah memalingkan wajahnya dari segala sesuatu yang secara etnis adalah milik dia dan bangsanya dan dia hidup dalam sebuah dunia khayal fundamentalis utk memurnikan budaya non islami miliknya yang dia sekarang benci.
Anda bisa lihat sakit jiwa dan nihilisme ini dalam pemikiran seorang mualaf/muslim dan bisa dibilang ini adalah penyakit syaraf yang sulit atau tidak bisa disembuhkan yang telah merasuki jiwa mereka dan mengganggu masyarakatnya selama seribuan tahun. Penjajahan arab ini berupa politik dan budaya dan saya pikir ini adalah sebuah bentuk penjajahan bertahan paling lama. Anda bisa lihat sekarang sudah menjadi mode menyalahkan anahh dan imperialisme eropa, barat dan israel pada umumnya – bagi semua penderitaan yang terjadi diplanet ini; para muslim tidak pernah malu bergabung dalam mode menyalahkan ini. Tapi jika disinggung tentang imperialisme dan penjajahan islam, para muslim malah merasa bangga dan mereka mengagumi para pejuang yang dulu pernah menjadi bagian dunia arab dan menaklukan tanah kakek moyang mereka sendiri.
Dengan cara ini, penjajahan islam dan imperialisme arab bersama-sama telah menaklukan dan menghancurkan banyak peradaban kuno dan maju dan membawa bencana perubahan dalam budaya pada tanah- yang mereka jajah. Bisa dibilang orang Arab adalah penjajah paling berhasil sepanjang masa, karena yang mereka jajah malah suka dijajah oleh mereka, malah memuja-muja penjajahnya, memuja para ‘pejuang suci’ dari ‘tanah suci’ – ini semacam keselamatan bagi para mualaf/muslim.
FP: Penafsiran anda tentang Perang Suci Islam?
HS: Islam selalu dihubungkan dg ekspansi politik dan disitulah Jihad atau perang suci berfungsi. Quran dan Hadis berulang-ulang menyebutkan bahwa tidak ada yang lebih besar, lebih baik dari pada Jihad dijalan Allah. Sebagian pembela islam mencoba mengatakan bahwa islam adalah agama damai, Jihad adalah kiasan bukan berarti kekerasan dll. Tapi sejarah berdarah islam bicara lain. Dan Quran sungguh-sungguh menyatakan hal yang harus diartikan harafiah dalam hal ini. Muhammad berulang menyatakan bahwa Quran bukanlah syair atau kiasan; Quran adalah suara Allah sendiri yang sudah jelas agar setiap orang bisa mengerti dan menganggap serius; sebenarnya bisa dianggap menghujat utk berpikir Quran adalah kiasan.
Dalam Hadis, Muhammad berkali-kali meminta para pengikutnya utk menghentikan praktek-praktek tidak islami dengan kekuatan. Sebagai sebuah agama, islam punya tradisi yang panjang dan berakar kebencian yang dalam terhadap orang kafir. Dalam Quran Allah berulang kali memerintahkan muslim utk melakukan perang suci dan menjanjikan pahala tak terbatas dalam kehidupan berikutnya jika mereka menjadi syuhada dalam perang dijalan Allah.
Jika kau kau bertanya pada seorang sufi Turki kaum Dervish (muslim yang menjalani hidup sengsara dan dikenal akan ritual-ritual liar mereka) yang melakukan dansa-dansa berputar yang indah itu, anda tidak akan mendapatkan gambaran literal tentang islam. Malah akan mendapatkan pandangan-pandangan humanitarian yg menyenangkan dari filosofi mistik sufi. Tapi sialnya, islam garis keras menganggap para sufi ini murtad dan mereka secara berkala dianiaya oleh para muslim ortodoks sepanjang sejarah.
Untuk mengetahui arti sebenarnya dari Jihad anda harus melihat kehidupan dari Muhammad, para sahabat dan penguasa berikutnya serta para pemikir islam. Anda akan mendapatkan sebuah gambar kekerasan yang sangat mengerikan. Bahkan penerus tahta Muhammad memakai istilah Jihad sebagai cara utk menaklukan teritori baru, jadi saya tidak melihat ada kesempatan utk salah paham dalam hal ini.
Apapun yang dikatakan para pembela islam tentang arti Jihad, bagi muslim kebanyakan hanya berarti memperluas kerajaan Allah SWT lewat perintah Allah itu sendiri. Jika mereka mati dalam perjuangan mereka menjadi martir atau Syahid, dijamin Allah masuk surga langsung tanpa harus menunggu hari kiamat dan diadili.
Akademisi islam seperti Taqi al din ibn Taymiyyah, Muhammad ibn abdul Wahhab, Sayyid Qutb, Abdullah Mawdudi, Hassan al Turabi punya banyak tunggakan jawaban dalam masalah ini. Para pejihad modern terus menerus mengulang pernyataan-pernyataan para akademisi ini sebagai sumber inspirasi mereka. Mereka berpendapat bahwa para muslim selalu ada dalam peperangan kosmik melawan kekuatan kegelapan. Kekuatan kegelapan ini tidak boleh dibiarkan, dan meski pada akhirnya Allah yang bertanggung jawab dalam penghancurkan kegelapan ini, para muslim tetap perlu memeranginya. Itu sebabnya saat ini tidak ada ulama muslim atau negara muslim yang mengutuk terorisme secara terang-terangan. Anda lihat hampir semua gaya hidup Barat bertentangan dengan kepercayaan islam – Barat secara otomatis menjadi target, dg demikian ulama muslim membagi dunia menjadi dua kubu; Dunia islam (Darul Islam) atau Tanah Damai dan Dunia non islam (Darul Harb) atau Tanah peperangan.
FP: Jadi teroris islam tidak salah menafsirkan islam?
HS: Tidak, teroris tidak salah tafsir; malah merekalah yang paling benar menafsirkan islamnya. Secara teologis menjadi kewajiban suci umat muslim utk berperang sampai seluruh dunia hanya menyembah Allah saja karena tidak ada tuhan lain selain Allah. Allah sangat otokratis diantara tuhan-tuhan lain dan dia tidak suka berdampingan dengan tuhan lain. Kedengaran lucu tapi ini sungguhan; berapa banyak negara muslim yang mempraktekan demokrasi? Liberalisme, kebebasan dan privacy individu, kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat dan kebebasan beragama – semua ini dan komponen-komponen modernitas lainnya yang bisa anda sebut bertentangan dengan kepercayaan islam.
Apapun yg para pembela islam katakan, “Islam” dan “Kebebasan” adalah dua kata yang bertentangan dengan arti yang bertentangan pula. Tidak seperti KeKristenan dan Buddhisme, islam bukanlah agama yg bersifat personal; islam sangat praktis, sosial, politis dan unspiritual dan tujuannya adalah menguasai dunia. Islam menembus bahkan kedalam aspek sangat pribadi dari kehidupan manusia dan mendiktenya. Hukum Islam atau Syariat dianggap sebagai undang-undang Langit dan mendikte setiap aspek kehidupan manusia, dari mulai cara memakai tusuk gigi sampai bagaimana melakukan aktivitas seks; dari menyembelih binatang sampai ayat apa yang harus dibaca ketika masuk WC dll. Apa saja yang terpikirkan.
FP: Apa pandangan anda mengenai Muhammad dan para fans-nya?
HS: Bagi saya, Muhammad tidak ragu lagi adalah salah satu karakter paling berpengaruh dalam sejarah manusia, jika melihat ada milyaran muslim yang siap mati baginya, dan ini sangat unik mengingat perluasan pengaruhnya ini. Tapi, salah satu karakteristik Muhammad yang disukai adalah dia tidak pernah mengklaim dirinya sebagai sempurna meski milyaran muslim berpikir demikian saat ini.
Saya pikir Muhammad selalu sadar akan kekurangannya sebagai manusia dan dia melakukan semampu dia utk meyakinkan agar bukan dia yang dipuja tapi tuhannya. Namun bagi para muslim Muhammad itu tanpa dosa, manusia paling hebat dan paling sempurna yang pernah hidup diplanet ini, dan bahkan dianggap sebagai nabi yang paling besar dari semua nabi. Setiap muslim memuja Muhammd, sadar atau tidak sadar dan bereaksi keras jika Muhammad dihina oleh kartunis atau novelis atau siapapun juga.
Tapiiiii, jika anda mengikuti biografi Muhammad yang ditulis oleh muslim terkenal seperti Bukhari, Ibn Ishaq, al Tabari, anda akan menemukan banyak kejadian yang menunjukkan bahwa Muhammad jauh dari sempurna, bukan orang tidak berdosa. Kekejamannya terhadap orang Yahudi, Pagan Mekah dan musuh-musuhnya tercatat dengan baik oleh sejarawan muslim. Dia membantai hampir seluruh penduduk dari tiga suku Yahudi – Bani Nadir, Bani Qurayza dan Bani Qaynuqa; membunuh pemimpin Khaibar dan memperkosa istrinya saat itu juga; ada banyak kisah-kisah seperti ini; tinggal baca saja biografi-biografi yang ditulis oleh para muslim sendiri, terjemahan mana saja silahkan.
Para pembela islam akan mencoba membenarkan tindakan-tindakannya ini dengan logika-logika kosong; tapi jika anda yang jadi nabi anda harus punya penampilan moral yang lebih baik dari manusia lainnya. Muhammad menikah 12 atau 13 kali – yang bertentangan dengan khotbah-khotbahnya sendiri yang membatasi maksimum empat pernikahan dalam saat yang sama, tapi yang menjijikan adalah, Muhammad berumur 53 tahun menikahi anak teman dekatnya yang berumur 6 tahun, Aisha. Sekarang jika kau lakukan itu didunia modern dan beradab, anda akan dianggap pedofil dan menghabiskan sisa umur anda sebagai kakek-kakek tua bangka dipenjara.
Kejadian menjijikan lain, Muhammad tertarik pada istri anak angkatnya sendiri, yaitu Zaynab dan belakangan malah menikahinya. Sebagai pemimpin, dia gagal utk menunjuk penggantinya hingga berujung pada pertikaian berdarah Shia-Sunni dalam Islam dan anda lihat kalifah kedua, tiga dan empat Islam semuanya mati terbunuh (mati tak wajar) karena perebutan kekuasaan. Ini hanya sedikit saja kejadian dalam kehidupannya yang penuh sebagai orang berpengaruh. Tapi sejauh yang saya ketahui, Muhammad bukanlah orang suci. Tak ragu dia adalah orang yang sangat berpengaruh, tapi tidak saya lihat sebagai orang tidak berdosa seperti yang diidolakan para muslim.
FP: Mari kita bicara lebih banyak tentang Islam sebagai sebuah sistem kepercayaan yang totaliter seperti yang anda diskusikan sebelumnya.
HS: Sudah saya katakan, Islam ada dalam peperangan kosmik melawan dunia non islam. Saya pikir – diluar dari pemikiran mistik sekte sufi, yang dicap murtad oleh muslim garis keras – seluruh dunia islam dan sistem kepercayaannya tidak ragu lagi totaliter secara alami.
Anda lihat, tidak ada pengikut agama lain yang mencoba menciptakan asosiasi international berdasarkan negara-bangsa dan agama. Hanya muslim yang melakukannya dan mereka menyebutnya Ummat atau pengikut Muhammad, sangat mirip dengan revolusionaris Komunis dan sosialis.
Dalam label pribadi, islam mencoba memasuki setiap fase kehidupan; tujuan utama dari Syariat adalah utk mengatur kehidupan politis, religius dan sosial seluruh umat manusia dalam semua aspeknya. Jihad dan Syariah adalah dua alat pamungkas mekanisme kontrol islam. Kehidupan Muhammad menggambarkan sifat alami sistem totaliter. Tidak ada pemisahan negara dan agama; bukan saja Muhammad bertindak sebagai kepala negara tapi juga sebagai pembuat undang-undang, hakim, pemimpin komunitas dan banyak peran-peran lainnya.
Jadi, anda jelas bisa melihat awal dari totaliter secara alami. Para muslim harus mengikuti Quran, Hadis dan fatwa ulama jika jawaban tidak ditemukan dalam tulisan-tulisan lainnya. Menariknya, sementara undang-undang manusia lain secara terus menerus berubah mengikuti jaman, Syariah itu bersifat ilahi dan tidak berubah – otak manusia tidak boleh dan tidak bisa mengkritiknya, harus diterima tanpa tanya dan ragu.
Jadi, anda melihat sebuah masyarakat yang dikontrol dengan ketat tanpa ada harapan bagi kebebasn individu. Syariah berisi segala macam prinsip=prinsip gila, seperti, intoleransi terhadap pagan dan Yahudi, ketidak setaraan pria dan perempuan, larangan religius, sosial dan keuangan bagi penduduk non muslim, diterimanya perbudakan dan poligami, hukuman barbar seperti potong tangan, pancung dll.
Hukum ini diturunkan lebih dari seribu tahun lalu dan tidak berubah sampai saat ini. Jelas Syariah sudah basi dan ketinggalan jaman tidak sesuai utk abad 21. Seribu tahun terakhir kita banyak kemajuan, tapi hukum islamik serta pandangan-pandangan mereka berhenti (mandeg/stagnan) digurun abad pertengahan, banyak generasi muslim tertahan disana juga dan perlu dibebaskan. Bagaimana bisa ada kemajuan jika mereka menganggap Quran sebagai kebenaran mutlak dan solusi final bagi semua masalah? Kemajuan butuh perubahan, Islam tidak bisa diubah. Ini sebabnya islam bukan cuma sebuah agama, tapi sebuah sistem kepercayaan totaliter dan para muslim menjadi korban pertamanya – tapi sedikit sekali dari mereka yang sadar tentang hal itu.
FP: Bagaimana tentang para reformer muslim yang mencoba membawa islam kedalam dunia modern dan demokratik? Apa ada harapan utk usaha mereka ini? Jika mereka meminta pertolongan anda, saran apa yang akan anda berikan?
HS: Look, saya pikir anda tidak bisa jadi seorang muslim sekaligus seorang reformis; ini sebuah paradoks dan pertentangan. Islam melarang reformasi, dan muslim merasa bangga dan membual bahwa tidak seperti Bible, Quran tidak mengalami perubahan edisi dan versi; murni, suci dan tak tersentuh.
Muhammad berkeras sepanjang hidupnya bahwa Quran itu kata-kata Tuhan langsung – kebenaran yg berlaku sekali dan selamanya, titik. Jadi bagaimana bisa membawa reformasi dan masih tetap jadi muslim? Ini kontradiksi yang membuat pening kepala dan sepertinya menyesatkan juga. Para reformis ini akan terus berkata bahwa islam adalah agama damai dan islam sejati tidak menyetujui tindakan-tindakan keji Taliban, islam tidak ada hubungannya dengan para jihadis, dll. Anda akhirnya akan bosan dengan bualan itu semua. Penyangkalan ini sangat menyedihkan, tidak perlu jauh-jauh utk melihat apakah islam sejati punya hubungan dengan tindakan barbar atau tidak, baca saja Quran, Hadis, Syariah – tulisan-tulisan islam dan itu semua ada tersebar. Itu sebabnya kenapa begitu penting mengijinkan debat dan kritik tentang islam diseluruh dunia. Kejujuran dan diskusi intelektual yang tajam sangatlah penting utk menciptakan sebuah bangsa dan negara modern serta demokratis.
FP: Saran apa yang akan anda berikan pada mereka yang ingin menyelamatkan peradaban barat? Cara terbaik yang bagaimana utk bisa memerangi musuh kita dalam perang total?
HS: London, New York, Sydney – semua kota-kota besar punya kesamaan: banyak muslim pergi kesana utk memperbaiki kondisi ekonomi mereka – kota besar seperti itu ibarat ratu kecantikan – diperalat (diekploitasi habis-habisan) oleh semua orang tetapi tidak dicintai oleh siapapun.
Kebanyakan muslim telah memperjelas bahwa mereka tidak punya niatan utk berasimilasi kedalam masyarakat yang mereka masuki; malah mereka berulang meminta diterapkan Undang-undang Syariat di Kanada, Inggris, dan Australia – seakan hal itu terserah masyarakat yang mereka masuki utk berubah.
Pada benak muslim, islam adalah agama universal dan mereka berharap suatu hari seluruh umat manusia masuk islam. Jadi, ada elemen mentalitas ekspansi dalam diri mereka, karena islam tidak dibatasi pada hubungan rumah dan pribadi. Bagi muslim, islam adalah aturan lengkap hidup dan bermasyarakat yang harus dipatuhi. Jadi, anda lihat dunia memandang islam sebagai sesuatu yang sangat totaliter dan anda harus memeranginya secara intelektual, bukan hanya militer. Ini juga menjadi sebuah peperangan ideologi, jangan lupakan itu.
Sialnya, sebagian masyarakat Barat terus menutup mata ketika ada kekerasan muslim pada muslim: seperti remaja dipaksa oleh orangtua migran mereka utk patuh terhadap perintah-perintah islam. Sebagian masyarakat Barat terlalu ‘politically correct’ utk mengambil tindakan ketika sebuah pemikiran bebas diserang karena ketidak-percayaannya, takut kehilangan suara muslim populer atau dukungan politis. Saya percaya bahwa Barat harus selalu setia pada prinsip-prinsip seklularnya dan langsung bertindak ketika ada kekerasan terhadap perempuan atau seseorang yang dipaksa mengikuti kode-kode islam. Ini akan mengirimkan pesan yang jelas pada para islamis dan pejihad potensial. Ada peningkatan jumlah sekolah islam di negara Barat, ini cara lain utk mencuci otak anak-anak dimasa muda dan mengisolasi mereka dari masyarakat utama dengan menekankan bahwa Kita adalah muslim, mereka (Barat) adalah orang Kristen; kita berbeda. Mereka makan babi, kita tidak; kita berbeda, dengan memaksa para perempuan memakai hijab sama dengan mengirim pesan jelas: perempuan kita (islam) keramat, suci, sedangkan perempuan mereka (Barat/Kristen) kotor, najis dan pelacur.
Jadi, sangat berbahaya jika menutup mata akan kejadian-kejadian seperti ini atas nama multi budaya. Hargai budaya lain, menghargai yang lain adalah komponen yang sangat penting dalam sekularisme dan demokrasi; tapi jika nilai-nilai yang lain ini menghancurkan nilai-nilai peradaban dan modernitas kita sendiri – maka kita harus melawannya dengan dashyat pula – dengan akal, argumen, kritik, alat legal dan militer jika berbalik menjadi kekerasan – jadi nilai-nilai perabadab kita bisa terlindungi.
Kepercayaan (iman) itu baik; tapi praktek-prakteknya, tunduk secara membuta pada ayat-ayat; institusi agama tidak harus ditoleransi. Dengan mengatakan demikian, seorang muslim harus punya kebebasan mutlak akan agama pribadinya; tapi jika dia meloncati dan menuntut hukuman mati bagi seorang penulis atau menyebarkan kebencian dalam sebuah komunitas dia harus diajarkan disiplin sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Sudah saya katakan, Barat harus setia pada prinsip sekularnya dan membela hak-hak demokratis dan kebebasan dalam segala cara dan para politisi Barat harus berhenti bertindak ‘politically correct’ dan mereka harus tiada maaf jika membela nilai-nilai inti peradaban mereka.
Tapi, kita harus ingat ini bukanlah semata peperangan antara Barat dan islam – seperti ada yang menggambarkannya demikian utk memenuhi agenda mereka sendiri. Sudah saya katakan, para pejihad membagi dunia menjadi dua kubu – dunia islam (Darul Islam) dan dunia non islam (Darul Harb). Saya tidak akan melakukan itu. Bagi saya, ini adalah peperangan mutakhir antara mereka yang menghargai kebebasan, damai dan kemanusiaan dengan mereka yang tidak menghargainya, dan kita harus menang dengan segala upaya demi keberadaan kita sendiri.
FP: Hossain Salahuddin, terima kasih telah bergabung dengan Frontpage. Terimakasih atas keberanian dan perjuangan anda demi kebebasan dan kebenaran.
HS: It's an honor. Thanks.
By Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com
FrontPageMagazine.com
Sumber:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=23632
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=23202
http://www.frontpagemag.com/Articles/authors.asp?ID=3