S E C R E T S O F T H E K O R A N 5

B A B S E M B I L A N
AKHLAK ALKITAB PERJANJIAN BARU DAN
ALQURAN
11 September 2001, pengeboman bunuh diri di Israel dan unjuk rasa anti
Amerika dan anti Barat yang digelar secara besar-besaran di negara- negara
Islam telah membuat masyarakat tertegun, berpikir dan terheran-heran.
Apakah yang menyebabkan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam ?
Apakah hal tersebut merupakan sistem keyakinan Islam itu sendiri ? Apakah
masyarakatlah yang menyebabkan timbulnya kekerasan itu ?
Orang-orang terpelajar, para komentator, dan para politisi
mengumandangkan pernyataan Presiden George W. Bush bahwa para teroris
telah membajak agama besar yang cinta damai. Bahkan Senator Hillary
Clinton menulis bahwa "kami, sebagai suatu masyarakat, juga seringkali
keliru melukiskan Islam dan para penganut ajaran-ajarannya".1 Tetapi dia
memperingatkan : "Terdapat suatu gerakan anti-Kristen yang menakutkan di
balik misi pro-Islam dari media sekuler".
Suatu pandangan aneh yang mulai diterima yaitu: "Anda tidak mungkin
memuji Islam tanpa menjelek-jelekkan kekristenan". Dalam pembahasan
mengenai Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama (bab tujuh) kita
telah membuktikan hal itu. Dalam berbagai program, para pembicara Islam
secara terbuka mengkritik Alkitab dan para pengelola media massa hanya
tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala mereka. Tetapi manakala
seorang pembicara Kristen mengkritik Alquran , para pengelola media massa
memberi reaksi yang sangat dahsyat.
Banyak media penyiaran Muslim dan Barat menghubungkan kekristenan
dengan perang salib dan "inquisition" yang terjadi berabad-abad yang lalu,
seolah-olah kedua hal tersebut masih ada sampai hari ini. Menghubungkan
kekristenan dengan kedua hal tersebut sesungguhnya merupakan suatu
sarana bagi mereka untuk mengalihkan perhatian publik dari fakta-fakta
tentang jihad Islam yang sedang marak terjadi saat ini. Pada masa kini kita
seringkali mendengar ungkapan :"Kekerasan dapat ditemukan di dalam
semua agama. Pertanyaan yang lebih tepat adalah : "Agama manakah yang
sedang melakukan kekerasan sekarang ?" Pertanyaan tersebut dilanjutkan
dengan pertanyaan : "Agama manakah yang berpotensi untuk melakukan
kekerasan karena pendirinya memang memerintahkan kekerasan ? Agama
manakah yang harus melanggar perintah pendirinya kalau agama tersebut
melakukan kekerasan ?"
Saya telah memperlihatkan bahwa Alquran dan Hadis menetapkan semua
umat non-Muslim sebagai "Rumah Perang" (lihat bab tiga). Dan Alquran
memang mempromosikan perang, pemenggalan kepala, perbudakan, dan
88
pengeksploitasian seksual budak-budak perempuan. Berjuta-juta orang
Muslim memang tidak pernah melakukan kekerasan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Alquran, tetapi harus diakui bahwa Alquran yang menurut
mereka merupakan ilham Ilahi memang memerintahkan umatnya untuk
melakukan kekerasan.
Media berusaha untuk menunjukkan bukti bahwa kekristenan juga
melakukan kekerasan seperti misalnya yang dilakukan dalam berbagai
peristiwa yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama. Dalam suatu
wawancara televisi baru-baru ini, Pendeta Jerry Falwell mengutip satu ayat
Alquran yang memerintahkan perang. Robert Novak dengan serta merta
membalas dengan mengutip ayat Alkitab Perjanjian Lama yang menyatakan
bahwa umat Israel membantai orang-orang Kanaan (lihat kitab Yosua). Saya
berusaha "mengontak" pikiran Pendeta Falwell agar dia dapat menanggapi
dengan tepat pernyataan Robert Novak tersebut, tetapi saya gagal. Falwell
tidak dapat memberikan tanggapan yang memuaskan atas pernyataan Novak
tersebut.
Pada masa-masa mendatang saya berharap bahwa pembicara Kristen
akan dapat berpikir jernih untuk menanggapi pernyataan Novak sebagai
berikut : "Tuan Novak, saya bukan orang Israel jaman Yosua. Saya adalah
seorang Kristen yang hidup dalam jaman Perjanjian Baru. Silahkan anda
mengutip ayat Alkitab Perjanjian Baru yang memerintahkan kekerasan, kalau
ada, dan saya akan memberikan tanggapan saya untuk anda".
MENGIDENTIFIKASI AGAMA-AGAMA PALSU
Umat Muslim mengimani Alquran sebagai landasan agama Islam. Umat
Kristen mengimani Alkitab Perjanjian Baru sebagai landasan bagi kekristenan.
Perang Salib , "inquisition", ritual-ritual , pernyataan-pernyataan resmi tahta
suci (pernyataan Paus), tradisi-tradisi dan kebijakan-kebijakan memang
ditempelkan pada Alkitab Perjanjian Baru tetapi hal-hal tersebut tetap bukan
merupakan bagian dari Alkitab Perjanjian Baru itu sendiri. Seperti ibaratnya
lumut yang tumbuh di atas permukaan batu, lumut tersebut tetap bukan
merupakan bagian dari batu itu.
Lalu bagaimana kalau terjadi suatu gerakan pada masa pasca Perjanjian
Baru yang menyebut diri Kristen tetapi perilaku kekristenan gerakan
tersebut ternyata penuh kepalsuan (jauh menyimpang dari perintah dan
ajaran) Alkitab Perjanjian Baru ? Kalau ternyata gerakan tersebut bukan saja
tidak ada kaitannya dengan Alkitab Perjanjian Baru tetapi justru lebih jahat
dari itu yaitu anti kebijakan-kebijakan Alkitab Perjanjian Baru, apakah kita
masih tetap menyebutnya kekristenan sesungguhnya? Jawaban logisnya
adalah bahwa gerakan seperti itu jelas merupakan kekristenan palsu.
Demikian juga, Islam yang tidak berlandaskan Alquran adalah Islam palsu.
Jadi jelas bahwa kekristenan yang mengijinkan kekerasan adalah kekristenan
palsu, tetapi sebaliknya Alquran justru mengajarkan kekerasan jadi Islam
yang tidak menjalankan kekerasan (maksudnya Islam moderat) adalah Islam
89
palsu. Yang saya maksud dengan istilah "palsu" yaitu 'tidak otentik'. Sesuatu
yang dirubah sedemikian rupa sehingga tidak lagi sama dengan aslinya.
Islam yang tidak berlandaskan Alquran disebut
Islam palsu (tidak otentik).
Kristen palsu memang telah menjadi sebab timbulnya "inquisition", perang
salib, pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi di Jerman pada abad ke-16
dan pembunuhan orang-orang tak bersalah di Bosnia pada abad ke-20.
Namun untuk menuduh bahwa Kristen asli telah mendukung kejahatan
(kekerasan), seseorang harus menemukan ayat-ayat dalam Alkitab Perjanjian
Baru yang telah mengajarkan atau memerintahkan kekerasan. Ternyata tidak
ada satupun ayat dalam Alkitab Perjanjian Baru yang memerintahkan
kekerasan , tetapi mengapa secara terus menerus Kristen asli dipersalahkan
atas perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh Kristen palsu.
Kenneth Woodward, dalam artikelnya di Newsweek yang dikutip dalam
bab tujuh buku ini, secara terpuji menghindari tuduhan tak adil terhadap
Kristen asli tersebut. Dia menulis: "Pasukan Perang Salib telah menggunakan
perisai-perisai bergambar salib tetapi mereka tidak dapat menunjukkan
adanya satupun ayat dalam Alkitab yang diucapkan Yesus yang
membenarkan pembunuhan".2
Bahkan Ibn Warraq -- yang dahulunya seorang Muslim tetapi sekarang
menjadi seorang ateis -- memuji penolakan Yesus atas digunakannya
kekerasan sebagai senjata oleh keluarga Tuhan di dunia ini. Dia menulis:
Para pemikir liberal Barat, seperti Bertrand Russell, menunjukkan
bahwa Yesus Kristus tidak semulia Socrates atau Buddha karena Yesus
telah mengutuk sebuah pohon ara sehingga menyebabkan pohon
tersebut layu dan mati (Matius 21: 18 - 21). Sementara para pembela
Islam, baik orang Barat maupun orang Muslim sendiri, sedang
berusaha untuk membenarkan pembunuhan yang dilakukan oleh
Muhammad. 3
Pernyataan-Pernyataan Yesus
Ketika Yesus berkata "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi" (Lukas
12 : 49), Dia tidak bermaksud memproklamirkan diriNya sebagai seorang
pembakar. Maksud Yesus adalah mengirim api spiritual ke muka bumi untuk
menerangi, menghangatkan, dan menguji kualitas spiritual dan hal tersebut
tidak sama artinya dengan membakar planet bumi ini secara fisik. Yesus juga
berkata : "Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan
pedang" (Matius 10 : 34). Pedang yang dimaksud adalah pedang ideologis.
Pedang tersebut akan membagi manusia menjadi dua kubu yang masingmasing
mempunyai pendapat yang berbeda tentang Yesus (dua kubu
manusia yang pro dan kontra tentang Yesus).
Ketika orang-orang Samaria tidak mau menerima Yesus, dua murid Yesus
yaitu Yakobus dan Yohanes kemudian berkata : "Tuhan, apakah Engkau mau,
90
supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan
mereka?" (Lukas 9 : 54). Apakah jawaban Yesus ? Dia "berpaling dan
menegur mereka (kedua muridNya), lalu mereka pergi ke desa yang lain".
(Lukas 9 : 55-56).
Kalau penolakan tersebut ditujukan kepada Muhammad, kita sudah dapat
menduga apa kira-kira yang akan dilakukan Muhammad terhadap mereka.
Pada suatu ketika Yesus berkata pada Pontius Pilatus: "Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu
telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang
Yahudi" (Yohanes 18 : 36).
Suatu ketika seorang murid Yesus yang bernama Petrus berusaha untuk
membela Yesus dengan cara memotong telinga hamba Imam Besar, yang
dianggap sebagai musuh Yesus, sehingga putus. Melihat kejadian tersebut
Yesus dengan serta merta menyembuhkan telinga orang tersebut dan
selanjutnya Yesus menegur Petrus dan memperingatkannya : "Masukkan
pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan
pedang, akan binasa oleh pedang" (Matius 26 : 52).
Alkitab Perjanjian Baru memang menyetujui bahwa pemerintahan sipil
menggunakan pedang untuk melindungi ketatatertiban sosial masyarakat di
dalam negaranya dari gangguan kejahatan (Roma 13 : 4). Tetapi tidak ada
satupun ayat dalam Alkitab Perjanjian Baru yang memberi kewenangan
kepada umat Kristen untuk menggunakan senjata-senjata duniawi dalam
pelayanan gerejani. "Tentara" Kristen berjuang dengan menggunakan
lututnya untuk berdoa.
Yesus berkata : "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu
manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena
dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
surga ......." (Matius 5 : 43-45).
Yesus juga berkata : "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10 : 10).
Rasul Paulus menyebutkan bahwa kasih merupakan sasaran paling
penting yang harus dicapai oleh umat Kristen. Berikut pernyataan Paulus:
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati ....................Kasih tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita
karena ketidakadilan, .................................. Kasih menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu" (1 Korintus 13 : 4-7).
Rasul Paulus mengacu konsep tentang kasih sebagaimana yang
dipaparkan Yesus dalam kotbahNya di bukit. Berikut pernyataan Paulus:
"Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk !
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik
bagi semua orang ! .................... janganlah kamu sendiri menuntut
91
pembalasan ...................... Jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika dia
haus, berilah dia minum" (Roma 12 : 14, 17, 19-20).
Hidup dan Berkembang
Ketika umat Kristen hidup menurut prinsip-prinsip Alkitab Perjanjian Baru
yang sangat mulia tersebut, kekristenan berkembang pesat di seluruh dunia,
menaklukkan kejahatan dengan karisma bukan dengan kekuatan fisik
(bersenjata). Sebaliknya Islam, yang diterapkan dengan keras sesuai
perintah Alquran, bergantung sepenuhnya pada penaklukan-penaklukan
dengan kekerasan bukan dengan karisma.
Alkitab menyikapi seluruh umat manusia dengan penuh
"kebajikan" (memberi rahmat), sementara Islam radikal menyikapi manusia
yang tidak mau menerima Muhammad dan Islam atau yang disebut juga
manusia-manusia yang menjadi penghuni "Rumah Perang" dengan penuh
"kedengkian".
Islam, yang diterapkan dengan keras sesuai
perintah Alquran, bergantung sepenuhnya pada
penaklukan-penaklukan dengan kekerasan bukan
dengan karisma.
Menurut Gambar dan Rupa Tuhan
Dasar berpikirnya adalah keyakinan yang berlandaskan pada kitab Kejadian
1 : 26-27 yang menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Tuhan. Bahkan orang-orang yang menolak bahwa mereka diciptakan
menurut gambar dan rupa Tuhan sekalipun tetap diperlakukan dan dihargai
oleh orang-orang Yahudi dan Kristen sebagai manusia yang serupa dan
segambar dengan Tuhan. Jadi mereka berhak mendapatkan keadilan dan
harus diperlakukan dengan hormat. Orang yang diciptakan menurut gambar
dan rupa Tuhan secara otomatis layak dihormati tetapi pada gilirannya
mereka juga harus bertanggungjawab untuk menjaga kehormatannya dan
berperilaku yang terhormat sesuai dengan predikatnya sebagai orang yang
segambar dan serupa dengan Tuhan.
Keyakinan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan
mengharuskan umat Kristen untuk menghormati dan menghargai siapa saja
bahkan termasuk orang-orang yang terhukum dan orang-orang yang
seharusnya dijauhi atau orang-orang yang terbuang.
Yakub mengingatkan kepada umat Kristen : "Dengan lidah kita memuji
Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan
menurut rupa Tuhan, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini,
saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi" (Yakub 3 : 9-10).
Tidak ada ayat Alquran yang menyatakan bahwa Muhammad
mempercayai atau pernah mendengar tentang doktrin penciptaan manusia
yang segambar dan serupa dengan Tuhan seperti yang tertulis dalam kitab
Kejadian 1: 26-27 tersebut di atas. Sehubungan dengan tidak
dicantumkannya hal itu dalam Alquran oleh Muhammad, umat Muslim
92
berdalih bahwa meyakini manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Tuhan merupakan suatu keyakinan yang sangat menyakiti hati Tuhan (itulah
sebabnya Muhammad tidak mencantumkannya di dalam Alquran).
Pengabaian Hak-Hak Asasi Manusia
Hanya sedikit orang Barat yang mengetahui bahwa banyak prinsip demokrasi
dan sistem keadilan Barat sesungguhnya bertumpu (berlandaskan) pada
kitab Kejadian 1 : 26 dan kitab Yakub 3 : 9. Salah satunya adalah
kepercayaan bahwa seorang tertuduh tetap dinyatakan tidak bersalah
sebelum kesalahannya dibuktikan di pengadilan. Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat menyatakan bahwa setiap manusia, baik laki-laki maupun
perempuan, diberkati oleh Tuhan, Sang Pencipta, dengan "hak-hak yang
tidak dapat dicabut (hak-hak asasi)" dan oleh karenanya mereka mempunyai
hak untuk "mendapatkan kehidupan, kebebasan, dan mencari kebahagiaan".4
Demikian juga halnya dengan kegagalan Muhammad mewujudkan suatu
perintah yang sejiwa dengan ayat kitab Yakub 3 : 9 di dalam Alquran
menyebabkan dunia Muslim tidak dapat menemukan kebebasan demokrasi
bagi individu-individu.
Bassam Tibi, seorang profesor beragama Islam kelahiran Syria yang
membidangi kajian studi Islam pada Universitas Goettingen di Jerman, dalam
suatu wawancara dengan Jakarta Post Indonesia, menyatakan: "Konsep hakhak
asasi individu adalah konsep yang berasal dari Barat. Jika kami sebagai
umat Muslim menyatakan bahwa konsep tersebut bukan berasal dari Barat
berarti kami membohongi diri sendiri".5
Newsweek menyusun urutan dari 15 negara Muslim sesuai dengan
tingkatan seberapa besar negara tersebut menghargai (mengakui) hak-hak
asasi individu warga negara mereka. Survei membuktikan bahwa Saudi
Arabia, Sudan, Lybia, Syria, dan Irak merupakan 5 negara yang sangat
mengabaikan hak asasi individu warga negara mereka. Sementara 7 negara
lainnya "sedikit sekali" menghargai hak asasi individu warga negara mereka.
Selanjutnya 3 negara yang tersisa "agak" menghargai hak asasi individu. Di
antara ketiga negara yang disebutkan terakhir itu , Turkilah yang paling
menghargai hak asasi individu warga negaranya walaupun masih tetap jauh
dari ideal. Tidak ada satupun dari seluruh negara Muslim yang berjumlah 55
negara yang menghargai hak asasi individu secara ideal. 6
KETAATAN (KEPATUHAN) DALAM ISLAM
Karena ketiadaan doktrin segambar dan serupa Tuhan, Muhammad
menekankan suatu hal yang lain sebagai gantinya yaitu "ketaatan
(kepatuhan)". Nama yang diberikan kepada agama barunya adalah Islam
yang berarti ketaatan (kepatuhan). Ketaatan dalam Islam berarti ketaatan
kepada Allah, ketaatan kepada Muhammad sebagai nabi Allah terakhir,
ketaatan kepada Alquran sebagai wahyu terakhir dari Allah, ketaatan wanita
kepada pria dan ketaatan siapa saja kepada kalifah, sultan, syekh (setingkat
93
kiai), dan ketaatan kepada pemimpin-pemimpin Islam yang sedang
berkuasa.
Itulah sebabnya orang-orang Islam yang dibina oleh Muhammad untuk
memerangi orang-orang kafir yang berada di dalam Rumah Perang juga
dibina untuk menjadi orang-orang yang patuh (taat) dalam keluarga Islam.
Masalahnya adalah ketaatan membuta dan tanpa dipikir yang telah
berlangsung selama berabad-abad tersebut sama sekali tidak mendorong
umat Muslim untuk berpikir secara kritis, padahal tidak ada demokrasi yang
dapat sukses tanpa berpikir kritis.
Apakah yang dimaksud dengan voting dalam suatu konteks ketaatan
terfokus tersebut ? Belasan negara Muslim memang menyelenggarakan
pemilihan anggota parlemen, tetapi selama ini selalu ada orang kuat yang
apabila dia menghendaki dapat memaksa seluruh anggota parlemen yang
terpilih untuk taat (patuh) kepadanya. Mereka yang menolak untuk
mentaatinya menghadapi resiko dibunuh.
Nilai Seorang Muslim
Seorang Muslim yang taat pada hakikatnya menilai dirinya sendiri tidak
berlandaskan pada pandangan bahwa dirinya segambar dan serupa dengan
Tuhan. Sebaliknya dia menilai (mengukur) dirinya dengan ukuran seberapa
besar intensitas dari ketaatannya kepada setiap perintah Alquran. Ayat dalam
Surat 2 : 2 menyatakan : "Alquran ini tidak ada keraguan padanya".
Pernyataan tersebut berarti Alquran tidak untuk diragukan (tidak untuk
dikritisi). Kalau seandainya saja tidak demikian (maksudnya kalau seandainya
Alquran meragukan), buku-buku yang mengkritisi Alquran seperti buku ini
pasti sudah ditulis oleh orang-orang Muslim sendiri berabad-abad yang lalu,
sehingga Alquran tidak perlu dikritisi oleh orang luar seperti diri saya. Alquran
juga tidak memerlukan orang luar untuk mencermatinya dengan lebih teliti.
Persoalan Mengenai Poligami
Alkitab Perjanjian Baru tidak membenarkan perilaku kekerasan, poligami,
perbudakan, dan pengeksploitasian budak. Hal tersebut sungguh berbeda
dengan perintah Muhammad yang membenarkan terjadinya perilaku
tersebut.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius menyampaikan beberapa
kualifikasi (persyaratan) bagi seorang penilik jemaat sebagai berikut :
"Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari
satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan,
cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan
peramah, pendamai, bukan hamba uang" (1 Timotius 3 : 2 - 3).
Sudah jelas Muhammad tidak mampu memenuhi persyaratan yang
disampaikan oleh Rasul Paulus tersebut. Walaupun telah berjalan selama
2000 tahun, persyaratan yang telah dicanangkan Rasul Paulus yang
mengharuskan penilik jemaat Kristen untuk mampu memberi contoh hidup
monogami kepada para anggota jemaatnya tersebut tetap berlaku sampai
94
sekarang. Negara-negara demokrasi Barat sampai saat ini hanya mendukung
monogami sebagai satu-satunya bentuk perkawinan yang sah. Pada masa
kini umat Kristen hanya melaksanakan sistem perkawinan monogami.
Isu Mengenai Perbudakan
Kritikan terhadap kekristenan berbunyi sebagai berikut : "Alkitab Perjanjian
Baru -- sama seperti Alquran -- tidak melarang perbudakan". Sudah barang
tentu kritikan tersebut tidak benar. Dalam 1 Timotius 1: 8- 11 dinyatakan:
"Kita tahu bahwa hukum Torat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan
keinsafan bahwa hukum Torat itu bukanlah bagi orang yang benar,
melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang
berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi
pembunuh ................................., bagi orang cabul dan pemburit, bagi
penculik (catatan penerjemah : dalam Alkitab Perjanjian Baru asli berbahasa
Yunani digunakan kata andrapodistes yang artinya ada dua yaitu pedagang
budak dan penculik, dalam Alkitab Indonesia digunakan kata penculik,
sedangkan dalam Alkitab New International Version yang menjadi acuan dari
pengarang buku ini digunakan kata pedagang budak), bagi pendusta, bagi
orang makan sumpah (bersumpah palsu) dan seterusnya segala sesuatu
yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Elohim
yang mulia dan maha bahagia ............................ ".
Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa perdagangan budak bukan
saja bertentangan dengan hukum Torat tetapi juga bertentangan dengan
Injil.
MENYELEWENGKAN ISI ALKITAB
Muhammad mengklaim dalam Alquran bahwa Allah memberinya Alquran
untuk membenarkan Torat dan Injil. Muhammad mengatas-namakan Allah
ketika dia menulis ayat berikut ini : "Dan Kami telah turunkan kepadamu
Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab
sebelumnya (maksudnya Alkitab Perjanjian Lama dan Baru), dan sebagai
batu ujian terhadap kitab-kitab itu (maksudnya Alquran adalah ukuran
untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitabkitab
sebelumnya tersebut)" (Surat 5 : 48).
Kami hampir tidak mungkin berharap pada sebuah
kitab suci hasil karya seorang nabi yang gemar
melakukan kekerasan untuk memberi inspirasi
perdamaian dan keharmonisan hubungan antara umat
Muslim dan umat non-Muslim.
Pada suatu ketika seorang Muslim mengeluh pada saya : "Umat Kristen
dan Yahudi dengan bebas menikmati asal usul mereka ketika mereka
berbicara tentang Yahudi-Kristiani. Sementara itu Islam yang juga
95
mempunyai asal usul yang sama dengan mereka tidak pernah dihiraukan.
Mengapa Islam tidak dihiraukan ? Mengapa tidak dikatakan saja Yahudi-
Kristiani-Islam ?"
Jawaban saya di antaranya : (1) Kristen bersedia menerima Alkitab
Perjanjian Lama sebagaimana adanya sedangkan Islam tidak. (2) Umat
Kristen tidak pernah merevisi Alkitab Perjanjian Lama apalagi menuduh
orang-orang Yahudi telah melakukan perubahan-perubahan terhadap Alkitab
Perjanjian Lama yang asli. (3) Penghapusan peristiwa Pesta Paskah Yahudi
oleh Islam merupakan suatu tindakan yang mencemari kesucian Alkitab
Perjanjian Lama. (4) Islam sendiri sesungguhnya tidak mengijinkan
namanya ditempatkan pada urutan ke 3 dari kesatuan ungkapan Yahudi-
Kristiani-Islam, karena Islam menganggap dirinya lebih tua dari Yahudi dan
Kristen.
Alquran dan Perawan yang Melahirkan
Walaupun Muhammad dengan keras menolak keilahian Yesus Kristus, dia
masih sudi mengakui kelahiran Yesus melalui seorang Perawan (lihat Surat 3:
45-47; 19 ; 16 - 21). Alquran menyebut Yesus sebagai "Isa putera
Maryam" (Surat 2 : 87) dan tidak pernah sekalipun menyebut nama Yusuf
atau nama pria lain sebagai ayah dari Yesus. Alquran justru menyatakan :
"Dan Maryam yang telah memelihara kehormatannya , lalu Kami
tiupkan ke dalam tubuhnya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan
anaknya tanda yang besar bagi semesta alam" (Surat 21 : 91).
Karena Roh Tuhan masuk ke dalam tubuh Maryam, dia
kemudian mengandung Yesus secara ajaib, dengan
demikian kami dapat menyimpulkan bahwa Tuhanlah
Bapak dari Yesus secara spiritual (bukan secara
badaniah).
Pernyataan tersebut di atas itulah yang selalu diajarkan oleh umat Kristen,
tetapi sebaliknya umat Muslim malahan menuduh bahwa umat Kristen
mengajarkan bahwa Tuhan telah bersetubuh dengan Maryam.
Ketika seorang ayah menurunkan seorang anak laki-laki, dia
memindahkan DNA-nya, kemiripannya, kekuatannya kepada anak lakilakinya
tersebut. Menurut pengakuan Alquran sendiri dalam Surat 21 : 91,
Tuhanlah yang menurunkan Yesus secara spiritual (melalui rohnya) , ciri-ciri
keilahian yaitu tidak berdosa, mampu menciptakan hidup, mampu untuk
membuat mujizat yang tidak dapat dilakukan oleh manusia dan lain-lain.
Apakah Alquran memberi bukti bahwa Tuhan telah memindahkan
kemampuanNya kepada diri Yesus ? Jawabannya adalah "ya".
Yesus dalam Alquran
Alquran menyatakan bahwa Yesus adalah suci. Dalam surat 19 : 19 utusan
Tuhan menyatakan bahwa Maryam akan diberi Tuhan "seorang anak lakilaki
yang suci". Sebaliknya Alquran mendeskripsikan bahwa para nabi lain
96
harus mengakui dosa-dosa mereka atau berdoa memohon pengampunan dari
Tuhan termasuk Muhammad.
Surat 40 : 55 menyatakan : "Maka bersabarlah kamu, karena
sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk
dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu
petang dan pagi". Namun demikian, dalam Alquran tidak terdapat satu
ayatpun yang mengaitkan Yesus dengan dosa, apapun jenisnya.
Bahkan dalam Surat 5 : 110 Alquran menyatakan : " (Ingatlah), ketika
Allah mengatakan: 'Hai, Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu
dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu
masih dalam buaian dan sesudah dewasa, dan (ingatlah) di waktu
Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah
pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang
berupa burung , dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya,
lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.
Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak
dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati
dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku .............' ". Bukankah
hal-hal tersebut dalam ayat di atas merupakan ciri-ciri keilahian yang
diturunkan Allah kepada Yesus ?
Muhammad juga menyebut Yesus sebagai "Kalimat Allah" (Surat 3 : 39).
Dalam Surat 4 : 171 dinyatakan bahwa "Yesus adalah utusan Allah yang
diciptakan dengan kalimat-Nya dan dengan tiupan roh-Nya". Karena
Yesus berasal dari Kalimat dan Roh Allah, hal itu berarti bahwa Yesus
sesungguhnya sudah ada bersama Allah sebelum Dia menjadi manusia,
kenyataan ini tentunya sangat bertentangan dengan dogma Islam.
Sekalipun Muhammad mengakui Yesus seperti yang dinyatakan dalam
ayat-ayat Alquran tersebut di atas, dia tetap menyangkal tentang kematian
dan kebangkitan Yesus, padahal kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang
menjadi inti dari ajaran Alkitab Perjanjian Baru. Demikianlah sejumlah alasan
yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan yang disebutkan
di atas yaitu tentang mengapa Islam tidak dihiraukan dan mengapa tidak
dikatakan saja Yahudi-Kristiani-Islam.
Catatan:
1. Hillary Clinton, "Islam in America", Chicago Sun-Times, February 25, 1996, n.p.
2. Kenneth L. Woodward, "The Bible and the Qur'an", Newsweek (February 11, 2002), p.
53.
3. Ibn Warraq, Why I Am Not a Muslim (Amherst, NY: Prometheus Books, 1995), p. 350.
4. The Thirteen United States of America, Declaration of Independence, 1776.
5. Mochtar Buchori, ""Secularization: An Extention of the Idea of the Primacy of
Reason", Jakarta Post (December 22, 1998), p. 5.
6. "Freedom Barely Rings", Newsweek (December 22, 2001), p. 25.
97
B A B S E P U L U H
PEWARIS KESUPREMASIAN NABI MILITAN
YANG BERHALUAN KERAS
Sebagaimana halnya Muhammad mewujudkan militansi pada awal
berdirinya Islam demikian juga contoh-contoh yang diberikannya serta
Alquran juga mengilhami kemilitansian yang sama bahkan lebih hebat lagi.
Setelah kematian Muhammad pada tahun 632 sesudah Masehi, pasukan
Muslim menyerbu Yerusalem, Alexandria, Antiokia, dan Carthega.
Akhirnya pasukan Muslim menguasai seluruh Afrika Utara, Syria, Asia
Kecil, Spanyol dan Portugis. Suatu pasukan Islam menyerbu Perancis,
memasuki wilayah pantai selatan Inggris sampai sejauh 300 mil. Akhirnya
muncullah Charles Martel dengan pasukan Perancis yang secara gemilang
berhasil mengalahkan mereka dalam Pertempuran di Tours pada tahun 732
sesudah Masehi. Dalam perang-perang berikutnya, pasukan Eropa berhasil
merebut kembali Spanyol dan Portugis, tetapi Asia kecil, seluruh Afrika Utara
dan sebagian besar Timur Tengah tetap dikuasai oleh pasukan Islam.
Berabad-abad kemudian tepatnya pada tahun 1683 pasukan Muslim
berusaha menguasai Eropa untuk kedua kalinya dengan mengirim pasukan
Muslim Turki melalui Balkan untuk selanjutnya melakukan pengepungan
terhadap Wina, Austria. Pasukan Turki dapat dipukul mundur, peristiwa
tersebut terjadi pada 11 September 1683. Namun pasukan Muslim Turki
masih tetap menguasai sebagian dari Balkan.
Serbuan pasukan Islam pertama ke Eropa yang merupakan awal dari
serangkaian bencana yang ditimbulkan oleh Islam sesungguhnya tidak dapat
ditafsirkan sebagai reaksi Muslim terhadap Perang Salib. Perang Salib baru
muncul berabad-abad kemudian. Perang Salib adalah usaha Eropa yang
sudah sangat terlambat yang bertujuan semata-mata untuk melindungi
Tanah Suci (Yerusalem) agar para peziarah Kristen dapat beribadah di
dalamnya dengan aman dan nyaman.
Pengiriman pasukan Islam pertama ke negara-negara di luar Arabia
sesungguhnya bukan dalam rangka menghadapi lawan manapun, jadi tujuan
penyerbuan tersebut semata-mata karena pasukan Muslim ingin memaksa
orang-orang di negara-negara tersebut agar masuk Islam, dan ketika ribuan
orang Yahudi, Kristen, dan penganut paganisme menolak masuk Islam,
mereka dibunuh oleh pasukan Muslim tersebut. Sejarawan Bat Ye'or
mendeskripsikan tragedi mengerikan tersebut sebagai berikut :
Penaklukan Arab dibarengi oleh kehancuran yang sangat
luar biasa. Sumber-sumber Kristen bahkan kronik-kronik
Muslim mendeskripsikan bahwa kota-kota dan desa-desa
98
dijarah dan dibakar, para penghuni di tempat-tempat
tersebut dibunuh secara massal, dijadikan budak-budak
atau diusir. Bahkan kota-kota yang disediakan sebagai
imbalan bagi orang-orang yang menyerah tanpa syaratpun
tidak luput dari penjarahan yang dilakukan oleh suku-suku
bangsa Arab yang tertarik oleh banyaknya barang-barang
jarahan.1
Prinsip dasar yang dicanangkan Alquran sebagai formulasi jihad tertulis
dalam Surat 9 : 33 yang menyatakan bahwa agama Islam adalah agama
yang benar untuk dimenangkan Allah atas segala agama lain; Surat 3 : 19
yang menyatakan bahwa agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam;
Surat 3 : 110 yang menyatakan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik
yang pernah dilahirkan oleh manusia sehingga mereka layak untuk mengatur
dunia (maksudnya mereka layak menyuruh orang melakukan yang ma'ruf
dan menghindari yang munkar); Surat 8 : 39 yang menyatakan bahwa umat
Islam wajib melaksanakan jihad sampai gangguan-gangguan terhadap umat
Muslim dan agama Islam tidak ada lagi. Sementara itu agama Yahudi, agama
Kristen, dan agama Zoroastrian dipandang lebih rendah daripada Islam
karena para pengikut mereka telah memalsukan Wahyu yang benar yang
telah disampaikan oleh para nabi mereka sebelum kedatangan Muhammad.
Wahyu yang benar yang dimaksud dalam konteks ini adalah agama Islam
(Catatan: Menurut umat Muslim agama Islam lebih tua dari agama
Yahudi dan Kristen karena agama Islam sudah ada sejak jaman Adam). Kaum
Yahudi, Kristen, dan Zoroastrian harus memilih perang atau tunduk kepada
Islam, sedangkan para penyembah berhala dipaksa untuk masuk Islam atau
dibunuh .................. Mereka (Yahudi , Kristen, dan Zoroastrian) dapat
masuk Islam secara individual atau secara berkelompok atau kalau mereka
tidak bersedia masuk Islam, mereka dapat menggantinya dengan membayar
ji'zya (pajak).2
Hanya orang mati yang tidak perlu membayar pajak,
jadi rasa takut akan menghadapi pembunuhan
(kematian) akan membuat orang mau membayar pajak
sekalipun jumlahnya sangat besar.
Ji'zya adalah pajak kepala spesial yang dikenakan (dibebankan) kepada
orang-orang taklukan. Ji'zya ini diterapkan berdasarkan perintah Muhammad
dalam Surat 9 : 29. Hanya orang mati yang tidak perlu membayar pajak jadi
orang akan berpikir bahwa lebih baik membayar pajak daripada dibunuh
(dimatikan). Implikasi dari pernyataan tersebut adalah bahwa rasa takut
akan ancaman pembunuhan (atas diri orang-orang taklukan) memberi
peluang bagi terkumpulnya hasil pajak dalam jumlah sangat besar (bagi para
penakluk). Menurut Bat Ye'or :
99
Jumlah ji'zya biasanya diperhitungkan berdasarkan keadaan
perekonomian wajib pajak, ada yang jumlahnya 12, 24, atau 48
dirham ............ Kaum Syafii menyatakan: "Agama kami mewajibkan
ji'zya dibayar oleh orang-orang yang hampir meninggal (sedang
sekarat), orang-orang tua walaupun dalam keadaan tidak mampu,
orang-orang buta, para rahib, para buruh dan orang-orang
miskin ................".
Setiap orang non-Muslim yang meninggalkan rumah tanpa
membawa resi yang menyatakan bahwa dia telah membayar ji'zya atau
yang telah kehilangan resinya akan menghadapi bahaya besar. Dalam
jaman kekaisaran Otoman, para pemungut pajak akan menghadang
kaum non-Muslim di jalan-jalan untuk memeriksa apakah orang-orang
non-Muslim yang bersangkutan dapat memperlihatkan resi pembayaran
ji'zya mereka. Orang-orang non-Muslim dapat dikenali dari cara mereka
berpakaian.3
Ji'zya bukan satu-satunya pajak utama yang dibebankan kepada para
non-Muslim taklukan. Lebih lanjut Bat Ye'or menyatakan :
Semua pajak yang dikenakan atas usaha perdagangan dan transportasi
yang dikelola oleh umat non-Muslim taklukan biasanya besarnya dua
kali lipat dari pajak yang dikenakan kepada umat Muslim atas usaha
yang sama. Selain itu, komunitas non-Muslim taklukan bahkan
diharuskan menutup seluruh kerugian keuangan yang diakibatkan oleh
perang yang berlangsung secara terus menerus. Akhirnya akibat
tekanan-tekanan pajak yang sangat berat tersebut, banyak orang non-
Muslim taklukan yang kemudian masuk menjadi Islam atau mereka
melarikan diri sehingga jumlah mereka makin sedikit. 4
Orang akan bertanya-tanya mengapa orang-orang Yahudi, Kristen, dan
Zoroastrian yang sangat menderita selama berabad-abad akibat perlakuan
diskriminatif yang sangat keterlaluan dari para penguasa Muslim tersebut
tidak masuk Islam saja ? Mengapa mereka malahan melarikan diri dengan
hanya membawa bekal ala kadarnya yang dapat mereka peroleh ? Mengapa
mereka melarikan diri kalau akhirnya hanya ibaratnya seperti lepas dari
kesulitan yang satu masuk ke dalam kesulitan yang lain ? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas adalah karena mereka membenci
Muhammad, membenci Alquran, dan membenci Islam. Rasa benci terhadap
ketiga hal tersebut bahkan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan rasa
takut yang akan mereka alami dalam pelarian mereka tersebut.
Namun demikian, selama berpuluh-puluh tahun kenyataan-kenyataan
tentang perlakuan Islam terhadap orang-orang non-Muslim taklukan seperti
tersebut di atas tidak pernah terungkap karena para apologis Muslim telah
menutup-nutupi fakta-fakta tersebut dan sebaliknya mereka malahan
menanamkan persepsi yang salah yang justru memperlihatkan bahwa umat
10
Islam seolah-olah sangat toleran terhadap umat Yahudi dan Kristen. Bahkan
sejumlah orang Barat menganggap bahwa Islam memang toleran terhadap
umat Yahudi dan Kristen. Para peneliti Barat biasanya hanya menerima
begitu saja laporan dari para apologis Muslim yang menyatakan bahwa Islam
sangat toleran terhadap umat Yahudi dan Kristen. Baru akhir-akhir ini usaha
untuk melakukan penelitian secara bebas dilakukan terutama yang dipimpin
oleh Bat Ye'or dan Bernard Lewis. Hasil penelitian mereka ternyata telah
membongkar rahasia yang selama ini ditutup-tutupi yaitu kekejamankekejaman
dan tekanan-tekanan ekonomi yang telah dilakukan oleh Islam
terhadap umat Yahudi dan Kristen yang hidup di wilayah atau di negaranegara
yang dikuasai Islam sejak tahun 700 sesudah Masehi sampai
sekarang. Warraq mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Why I Am
Not a Muslim sebagai berikut :
Perlakuan Muhammad terhadap umat Yahudi di Kaybar telah dijadikan
"model yang diikuti oleh orang-orang Arab dalam memperlakukan
bangsa yang mereka taklukkan di seluruh teritorial Arab". Muhammad
menyerang oasis Kaybar pada tahun 628, dia memerintahkan orangorangnya
untuk menyiksa salah satu pimpinan Yahudi agar
menunjukkan tempat harta benda orang-orang Yahudi disembunyikan.
Ketika orang-orang Yahudi menyerah, Muhammad memang masih
mengijinkan mereka untuk tetap menggarap tanah oasis mereka tetapi
dengan perjanjian mereka harus menyerahkan 50% dari hasilnya
kepada Muhammad. Selain itu Muhammad juga berhak untuk
membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut dan dia berhak pula
untuk mengusir orang-orang Yahudi manakala dia menghendakinya.
Perjanjian tersebut dikenal dengan nama "dhimma" dan orang-orang
Yahudi taklukan yang menerima dan mengakuinya disebut "dhimmi".
"Dhimmi" adalah semua orang non-Muslim (termasuk Yahudi) yang
tunduk (menyatakan takluk) kepada kesupremasian Muslim dan
bersedia membayar ji'zya (pajak).5
Membayar ji'zya bukan satu-satunya kekejian yang dilakukan Islam
terhadap orang-orang taklukannya.
Dalam proses perkara di pengadilan antara seorang Muslim dan
seorang non-Muslim taklukan (dhimmi), kevaliditasan sumpah atau
kesaksian dari seorang "dhimmi" tidak diakui ........... karena "dhimmi"
dianggap tidak punya wewenang memberikan bukti yang melawan
Islam dan biasanya pihak Islam kemudian dibebaskan tanpa hukuman.
"Dhimmi" tersebut justru kemudian dipaksa untuk memberikan uang
pelicin agar dia bisa lepas dari perkaranya di
pengadilan. ......................... Besarnya denda yang dikenakan kepada
seorang Muslim sebagai hukuman atas kesalahannya terhadap seorang
"dhimmi" biasanya hanya 50% dari ketetapan denda yang berlaku
10
yang seharusnya dibayarnya. ..................... Sebaliknya tuduhan
menghujat yang dituduhkan kepada seorang "dhimmi" seringkali
berakhir dengan hukuman mati bagi "dhimmi" tersebut. ...............
Bahkan dalam praktek kesehari-harian , seorang "dhimmi" seringkali
dihukum mati kalau dia berani memukul seorang Muslim sekalipun hal
itu dilakukannya sebagai pembelaan diri. Lebih parah lagi suatu
pembunuhan yang secara tidak disengaja telah dilakukan oleh seorang
"dhimmi" terhadap seorang Muslim bisa berakibat seluruh komunitas
"dhimmi" tersebut dihukum mati atau diusir dari kediaman mereka. 6
Seorang khalifah Muslim yang bernama Umar bin Abd al-Aziz yang
memerintah dari tahun 717 - 720 sesudah Masehi telah membuat
serangkaian daftar peraturan yang harus dipatuhi oleh para "dhimmi".
Serangkaian peraturan tersebut dikenal dengan nama Pakta Umar. Pakta
Umar ini mengharuskan para "dhimmi" berjanji sebagai berikut :
Kami tidak akan membangun biara-biara, gereja-gereja, tempattempat
bermeditasi atau pertapaan-pertapaan. Kami tidak akan
membangun kembali bangunan-bangunan seperti tersebut di atas yang
telah roboh atau yang terletak dalam wilayah kekuasaan Muslim.
Kami akan menyediakan makanan dan penginapan selama tiga hari
bagi para musafir Muslim yang melintasi daerah kami.
Kami tidak akan menyelenggarakan upacara-upacara keagamaan
secara publik. Kami tidak akan menyebarkan agama kami kepada
orang lain. Kami tidak akan mencegah anggota keluarga kami yang
ingin memeluk agama Islam jika mereka
menghendaki. ....................... Kami harus menawarkan tempat duduk
kami kalau orang-orang Muslim ingin menduduki tempat tersebut.
Kami tidak akan menunggang kuda berpelana. Kami tidak akan
menyandang pedang atau membawa senjata dalam bentuk apapun.
Kami tidak akan membangun rumah-rumah kami lebih tinggi dari
rumah-rumah orang Muslim.7
Para "dhimmi" senantiasa menghadapi ancaman perbudakan (maksudnya
setiap saat dapat dijadikan budak-budak). Ibn Warraq mengungkapkan :
Ketika Amr menaklukkan Tripoli pada tahun 643, dia memaksa umat
Yahudi dan Kristen untuk menyerahkan isteri-isteri dan anak-anak
mereka untuk dijadikan budak-budak oleh pasukan Arab. ........... Umat
Yahudi dan Kristen mendapatkan penjelasan bahwa dengan
melaksanakan hal tersebut mereka akan mendapatkan pengurangan
beban pajak atau ji'zya mereka. 8
Mereka tidak mendapat penjelasan tentang seberapa besar potongan
pajak tersebut akan diberikan atas imbalan bagi penyerahan para isteri dan
10
anak-anak mereka sebagai budak-budak tersebut. Warraq lebih lanjut
mengungkapkan
Antara tahun 652 sampai tahun 1276, Nubia (sekarang disebut Sudan)
dipaksa untuk mengirimkan rombongan budak-budak ke Kairo setiap
tahun. Perjanjian itu diadakan pada masa dinasti Umayyad dan dinasti
Abbasid (dua dinasti kepemimpinan Muslim yang berbeda) antara
Kairo dengan berbagai kota yang termasuk dalam Trans-oxiana seperti
Sijistan, Armenia, Fezzan (sekarang Afrika Barat Laut) yang isinya
menetapkan upeti tahunan dalam bentuk pengiriman budak-budak lakilaki
maupun perempuan. ..................Pada tahun 781, dalam suatu
penyerangan ke Efesus, 7000 orang Yunani dijadikan tawanan. Setelah
penyerbuan Amorium pada tahun 838, tak terbilang banyaknya
tawanan sehingga khalifah al-Mutasim memutuskan untuk melelang
mereka dalam kelompok 5 sampai 10 orang. Dalam penyerbuan
Tesalonika pada tahun 903, 22000 orang Kristen dibagi-bagikan
kepada para kepala suku bangsa Arab atau dijual sebagai budakbudak.
Pada tahun 1064, Sultan Seljuk yang bernama Alp Arslan
menghancurkan Georgia dan Armenia. Orang-orang yang tidak
ditangkap sebagai tawanan oleh Alp Arslan pada umumnya dibunuh. 9
Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang mengungkapkan adanya
paksaan masuk Islam yang dilakukan oleh umat Muslim terhadap orangorang
Yahudi, Kristen, Zoroastrian, dan pemeluk paganisme.
Memang benar pasukan perang salib juga melakukan kekejaman yang
sama sebagai pembalasan atas kekejaman yang telah dilakukan oleh umat
Muslim. Namun dengan berbuat demikian pasukan perang salib telah
melanggar perintah Alkitab Perjanjian Baru yang jelas menyatakan bahwa
umat Kristen tidak boleh membalas dendam kepada siapapun, sebaliknya
kekejaman yang dilakukan oleh umat Muslim merupakan suatu tindakan yang
dibenarkan oleh Alquran karena memang hal tersebut merupakan perintah
Alquran sendiri.
Kekejaman yang dilakukan oleh pasukan perang salib
merupakan suatu tindakan yang melanggar perintah
Alkitab Perjanjian Baru sebaliknya kekejaman yang
dilakukan oleh umat Muslim merupakan tindakan yang
dibenarkan oleh Alquran karena memang demikian
perintah Alquran.
Kalau anda ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal tersebut
di atas, silahkan anda membaca buku-buku karya Bat Ye'or, Bernard Lewis,
dan Ibn Warraq. Dalam bab berikut ini saya akan menyoroti tentang
10
bagaimana umat Muslim moderen melakukan usaha untuk membangun
kembali kesupremasian Islam.
Catatan:
1. Bat Ye'or, Islam and Dhimmitude: Where Civilizations Collide (Cranbury, NJ:
Associated University Presses, 2002), p. 48.
2. Ibid., p. 41.
3. Ibid., p. 69.
4. Ibid., p. 71.
5. Ibn Warraq, Why I Am Not a Muslim (Amherst, NY: Prometheus Books, 1995), p. 217.
6. Ibid., p. 229.
7. Ibid., p. 230.
8. Ibid., p. 231.
9. Ibid.