S E C R E T S O F T H E K O R A N 3

B A B L I M A
POLIGAMI DAN NABI ISLAM
Selain barang rampasan dan uang tebusan, Muhammad dan para
pengikutnya juga mengumpulkan tawanan-tawanan wanita. Aturan-aturan
apakah yang diterapkan Muhammad dalam mengendalikan perilaku para
pengikutnya terhadap tawanan-tawanan wanita mereka ?
Muhammad menyadari bahwa kaum pria yang memiliki tanggungjawab
terhadap perempuan yatim atau memiliki budak-budak mungkin saja
tergoda untuk melakukan kekerasan seksual terhadap mereka. Oleh
karena itulah Muhammad kemudian menyarankan kepada kaum pria
tersebut sebagai berikut : "Kawinilah wanita-wanita lain yang kamu
senangi dua, tiga, atau empat" (Surat 4 : 3) , dengan tujuan agar
pikiran-pikiran mereka tidak beralih kepada tawanan-tawanan baru yang
lebih muda. Perhatikan dua adalah jumlah minimun yang disarankan
Muhamad. Hal tersebut berarti monogami diabaikan sama sekali. Karena
Muhammad menyebut juga angka empat, syariat Islam yang diterapkan
dimana-mana di seluruh dunia menetapkan bahwa pria Muslim diijinkan
menikahi empat isteri. M.M. Ali, yang ingin menunjukkan bahwa
Muhammad sebenarnya lebih menginginkan para pengikutnya
bermonogami daripada berpoligami sebagai suatu solusi untuk
menghindari ketidakadilan, berusaha untuk meyakinkan para pembaca
Barat yang monogami dengan mengatakan : "Ayat tersebut hanya
mengijinkan poligami dengan syarat-syarat tertentu, bukannya
memerintahkan orang supaya berpoligami".1 Jika memang demikian,
mengapa Muhammad tidak mengatakan dalam Surat 4 : 3 sebagai
berikut: "Kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi; satu, dua, tiga,
atau empat ..............". Selain itu, walaupun Muhammad sendiri tidak
sepatah katapun menyebutkan monogami sebagai suatu hal yang bisa
diterima , M.M. Ali tetap berusaha meyakinkan kita bahwa Alquran lebih
menginginkan monogami daripada poligami. Benarkah demikian ?
Kebijakan Muhammad adalah poligami bagi
yang kuat dan monogami bagi yang lemah
Memang benar dalam Surat 4 : 3 Muhammad juga menyatakan:
"Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil (maksudnya
dalam memenuhi kebutuhan lahiriah beberapa isteri yang akan dinikahi),
maka kawinilah seorang saja". Muhammad memang merekomendasi
monogami tetapi sebagai pilihan terakhir. Mengawini satu isteri hanya
dilakukan oleh kaum pria yang mempunyai masalah pribadi yang
menyebabkan mereka tidak mampu "berlaku adil". Poligami bagi yang
kuat dan monogami bagi yang lemah merupakan kebijakan Muhammad.
56
MUHAMMAD, PERKAWINAN DAN PARA BUDAK
Ketika masih muda tingkah laku Muhammad dalam bermasyarakat
sangat terpuji. Pada usia 25 tahun dia menikahi Siti Khadijah yang telah
berusia 40 tahun. Selama 25 tahun usia perkawinan mereka, Muhammad
tetap monogami. Khadijah meninggal 3 tahun sebelum Muhammad hijrah
dari Mekah ke Medinah. Menurut para pengikutnya pada saat itu,
Muhammad adalah seorang monogamis. Mengapa dia tidak
mempertahankan sifat monogaminya agar menjadi contoh bagi para
pengikutnya ? Pasti telah terjadi suatu perubahan dalam diri Muhammad.
Pada waktu masih di Mekah (bersama Khadijah) Muhammad tidak pernah
melakukan kekerasan, dia juga tidak pernah merampok, juga bukan
seorang poligamis. Ketika dia di Medinah segalanya berubah , dia menjadi
seorang yang suka kekerasan, suka merampok dan menjadi seorang
poligamis. Mengapa dia berubah ? Perlu diketahui keberadaannya di
Medinah adalah karena dia diusir oleh orang-orang Arab Mekah. Hal
tersebut bisa diartikan bahwa dia menyimpan dendam untuk membalas
perbuatan orang-orang Arab Mekah tersebut. Untuk dapat membalas
dendam dia membutuhkan kekuatan bersenjata dan dana yang dapat
diperolehnya melalui jalan kekerasan dan merampok para kafilah, selain
itu agar misinya menyiarkan agama Islam berjalan mulus dia harus
menyingkirkan atau membunuh para penghalangnya ( yang dimaksud
adalah orang-orang Yahudi ). Mengapa Muhammad menjadi poligamis ?
Tidak lama setelah Khadijah meninggal , seorang pemuja Muhammad
membawa anak perempuannya, Aisha, yang baru berusia 6 tahun untuk
diserahkan kepada Muhammad agar diperisterinya. Muhammad ternyata
menerima tawaran tersebut dan tiga tahun kemudian Aisha yang masih
berumur 9 tahun dinikahinya secara resmi. Umat Muslim kala itu cukup
terkejut dibuatnya. Mungkinkah Muhammad seorang "pedophilia" ( orang
yang gemar bercinta dengan anak-anak) ?
Muhammad terus menambah isteri untuk
memenuhi haremnya -- semuanya itu atas
seijin Allah
Allah mengijinkan Muhammad untuk memilih sebanyak mungkin wanita
untuk dijadikan isterinya (Surat 33 : 50-51). Sesudah Muhammad
memperoleh isteri-isteri sebanyak yang telah dipilihnya itu, dia tidak
diperbolehkan lagi mengawini perempuan lain dan tidak pula
diperbolehkan untuk mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan
menikahi perempuan lain, namun dia masih diperbolehkan mengawini
budak-budak perempuan yang dimilikinya (Surat 33 : 52). Jadi kalau
Muhammad ingin menambah penyedap dalam kehidupan seksualnya, dia
harus melakukan penyerangan dan perampokan lagi agar dapat menawan
wanita-wanita lain untuk dijadikan budak-budak seksualnya.
57
Aturan-Aturan untuk membuat seorang budak perempuan menjadi
seorang "wanita terhormat"
Menurut Surat 4 : 25 M.M. Ali mencatat ada 3 aturan :
1. Budak perempuan tersebut harus beriman Islam.
2. Budak perempuan beriman tersebut harus dinikahi oleh laki-laki
beriman yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita
merdeka yang beriman.
3. Budak perempuan beriman tersebut harus dinikahi oleh laki-laki
beriman yang takut kalau-kalau dia akan jatuh ke dalam dosa
perzinahan jika dia tidak mengawini budak perempuan beriman
yang cantik tersebut. 2
Sudah tentu, mayoritas umat Muslim tidak
ingin mengganggu umat non-Muslim
Tidak seperti nabi mereka, mereka tidak merampok rumah orang-orang
lain, juga tidak mengeksploitasi tawanan-tawanan wanita untuk dijadikan
budak-budak seks. Saya tidak menghendaki para pembaca ulasan tentang
Alquran ini untuk berpendapat bahwa umat Muslim harus dipersalahkan
karena mereka mau disesatkan oleh nabi mereka dan Alquran.
Poligami dalam Alkitab ?
Beberapa orang terkemuka dalam Alkitab Perjanjian Lama misalnya
Daud dan Salomo adalah poligamis. Kalau kita simak II Samuel 12 : 8
nampaknya seolah-olah Tuhan mendiamkan orang-orang terkemuka
dalam Perjanjian Lama melakukan poligami, padahal itu bukanlah hukum
ilahi melainkan kata2 tajam dari nabi Natan yang sengit mengecam raja
Daud. Natan menggunakan istilah umum yang dikala itu raja-baru
dianggap mewarisi harem dari raja-lama, dan bukan hukum sebagaimana
yang ditegaskan oleh Yesus dalam Matius 19 : 4-5 : "Sejak semula Tuhan
menciptakan manusia menjadi laki-laki dan perempuan ......... . Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging". Dalam ayat
tersebut jelas dikatakan keduanya itu menjadi satu, bukan ketiganya,
keempatnya, atau kelimanya. Hal tersebut menegaskan bahwa seorang
laki-laki hanya boleh memiliki satu isteri. Mengapa terjadi poligami dalam
Alkitab Perjanjian Lama ? Menurut istilah Yesus hal tersebut terjadi karena
ketegaran (kekerasan) hati mereka. Yesus mengatakan hal tersebut dalam
kaitannya dengan konteks pembicaraan mengenai masalah perceraian
sebagaimana tercantum dalam Markus 10 : 5.
Tuhan umat Yahudi dan Kristen mengambil satu tulang rusuk Adam
untuk dijadikan Hawa (satu-satunya isteri Adam). Tuhan umat Muslim
mengijinkan seorang laki-laki memperisteri sampai 4 orang wanita ketika
masih di dunia dan sampai puluhan houris ketika sudah berada di firdaus.
Alangkah malangnya nasib si Adam karena habislah sudah semua tulang
58
rusuknya. Yang jelas, dalam monogami kedudukan suami-isteri adalah
sama dan sederajat.
Bagaimana Umat Muslim Membenarkan Perilaku Poligami
Muhammad
Dalam kutipan sebelumnya dinyatakan bahwa Muhammad memang
diijinkan Allah untuk mempunyai banyak isteri. M.M. Ali bahkan
menambahkan alasan baru mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dia
menyatakan bahwa banyak di antara kaum pria pengikut Muhammad yang
gugur di medan laga dengan meninggalkan isteri-isteri mereka menjadi
janda. Para janda tersebut harus dilindungi dengan cara dinikahi oleh
kaum pria pengikut Muhammad lainnya yang masih hidup. Itulah
sebabnya Muhammad memberi peluang bagi poligami . Hanya satu hal
yang tidak boleh dilakukan yaitu janda-janda Muhammad (kalau dia telah
meninggal) tidak boleh dinikahi oleh pria Muslim lain (Surat 33:53 b). Lalu
bagaimana dengan budak-budak perempuan yang dikawini oleh
Muhammad ? Surat 4 : 3 juga memperbolehkan hal tersebut.
Muhammad dan Anak Mantu Perempuannya
Muhammad mempunyai seorang anak angkat laki-laki yang bernama
Zaid ibn Haritha. Dia telah menikah dengan seorang wanita cantik yang
sangat dicintainya yang bernama Zainab. Pada suatu hari Muhammad
berkunjung ke rumah Zaid. Zaid tidak ada di rumah waktu itu.
Mendengar suara ayah mertuanya memanggil nama suaminya, Zainab
segera membukakan pintu. Ketika Muhammad melihat isteri Zaid tanpa
mengenakan kerudungnya, dia sangat terpesona melihat kecantikan
Zainab yang segera membangkitkan nafsu birahinya.
Singkat kata Muhammad kemudian minta kepada Zaid untuk
menceraikan isterinya dan menyerahkannya kepada Muhammad. Sudah
barang tentu Zaid dan Zainab menolak permintaan semacam itu.
Menghadapi penolakan Zaid dan isterinya tersebut, Muhammad kemudian
menyatakan bahwa dia memperoleh wahyu dari Allah yang
memerintahkan Zaid dan isterinya untuk memenuhi permintaan
(ketetapan) Muhammad itu. (Surat 33 : 36). Zaid dan isterinya tidak
punya pilihan lain dalam hal ini, karena tak seorangpun dapat menolak
perintah Muhammad (Alquran).3 Akhirnya Muhammad menikahi Zainab.
Lihat juga Surat 33 : 37. 4
PARA WANITA SEBAGAI OBYEK-OBYEK SEKS
Perhatikan perintah Muhammad yang sangat mengejutkan ini:
"Janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan
pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi" (Surat 24 : 33).
59
Apakah yang dimaksud oleh Muhammad dengan pernyataan tersebut di
atas? Apakah dia bermaksud mengatakan bahwa kalau budak-budak
wanitamu tidak mempedulikan kesuciannya , kamu boleh memaksa
mereka untuk melakukan pelacuran ? Alangkah mudahnya bagi majikan
yang gasang untuk memaksa seorang budaknya untuk mengatakan
bahwa dia tidak mempedulikan kesuciannya, walaupun sesungguhnya
sang budak sangat benci pada paksaan majikannya tersebut. Hal itu
dilakukan oleh sang majikan karena dia hendak mencari keuntungan
duniawi.
Catatan :
1. Maulana Muhammad Ali, Quran (Columbus, OH: Lahore, Inc., USA, 1998),
comment 535.
2. Ibid., comment 561.
3. Maxime Rodinson, Muhammad (New York: Pantheon Books, 1971), pp.. 204-208.
4. Sahih al-Bukhari, Translation of Sahih Bukhari (The Books of Knowledge), trans.
Mohammed Muhsin Khan, book 93, vol. 9, no. 516, University of Southern
California, http:// www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals /hadithsunnah/
bukhari/059.sbt.html (diakses 25 Oktober 2002).
60
B A B E N A M
BAGAIMANA UMAT MUSLIM BERUSAHA UNTUK
MEMPERTAHANKAN (MEMBELA) ALQURAN
Dalam bab-bab sebelumnya saya telah menanggapi beberapa usaha M.M.
Ali, seorang apologis Islam, untuk mempertahankan ayat-ayat Alquran yang
berpotensi menyulitkan Islam. Sekarang saya akan membahas mengenai
argumentasi-argumentasi yang lebih umum yang sering digunakan oleh para
pembela Islam untuk membenarkan klaim-klaim Islam atas kebenaran Islam
secara berlebih-lebihan.
Pembelaan 1: Alquran akan mengkonfirmasikan dirinya sendiri
sebagai wahyu dari Allah kepada orang-orang yang mengamatinya
(mempelajarinya) dengan penuh rasa hormat.
Umat Muslim menekankan pada siapapun yang akan mengamati Alquran agar
bersikap penuh hormat bahkan sebelum mulai membacanya. M.Z. Khan
mengingatkan :
Seorang pembelajar Alquran harus memiliki kualitas tertentu agar
dapat mempelajarinya dengan baik .........Dua di antaranya yang paling
penting adalah rasa hormat dan kerendahan hati. Alquran mengklaim
sebagai firman Allah. Seorang pembaca non-Muslim mungkin tidak
dapat menerima hal ini, tetapi dia harus menyimpannya di dalam hati
dan menghormatinya. Alquran akan memberi reaksi terhadap
seseorang yang mempelajarinya dengan sikap semaunya sendiri
terhadap Alquran. Jika seseorang mulai dengan asumsi bahwa Alquran
adalah suatu rekayasa, studinya .......... akan mengkonfirmasikan
prasangka yang sebelumnya telah diasumsikannya tersebut. Seorang
siswa Alquran harus membersihkan pikirannya dari segala
prasangka ......... Alquran mengharapkan pikiran terbuka.1
Khan bahkan mengklaim bahwa jika Alquran tidak mengesankan kita atau
jika kita menemukan adanya kekeliruan-kekeliruan logis atau pelanggaran
norma-norma kesusilaan di dalamnya, hal tersebut berarti kitalah yang harus
dipersalahkan bukan Alquran.
Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebuah kitab yang
mengklaim sebagai Firman Allah seharusnya justru siap dipertanyakan
kebenarannya secara jujur oleh para pembacanya. Khan tidak memberi
kesempatan kepada para pembaca yang akan mempertanyakan Alquran
karena hal tersebut merupakan sikap tidak menghormati Alquran. Apapun
61
yang bersikap tidak menghormati Alquran dicapnya sebagai "kesombongan",
"berprasangka", atau "tidak takzim".2 Hal tersebut merupakan cara
pengultusan yang berupaya untuk memperdayakan atau membingungkan
orang dan akhirnya justru membuat kaum intelektual yang berpotensi untuk
masuk Islam membatalkan niatnya.
Pernyataan Khan mengenai "pikiran terbuka" sebenarnya berarti "pikiran
kosong". "Pikiran kosong" berarti tidak berfungsinya logika.
Pembelaan 2: Cara Alquran dilantunkan demikian indahnya dalam
bahasa Arab membuktikan bahwa Alquran adalah ilham Ilahi.
Para apologis Muslim merapsodikan dan bahkan menyimfonikan tentang
kepuitisan dan keindahan pesonanya bagi telinga kita manakala Alquran
dilantunkan dalam bahasa Arab. Seandainya hal tersebut benar sekalipun
apakah kita harus menerimanya sebagai suatu bukti atas klaim yang
menyatakan bahwa Alquran adalah wahyu Ilahi ? Apakah kebenaran wahyu
Ilahi semata-mata ditentukan oleh keindahan bunyi lantunannya ? Semua
retorika semacam itu hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk mengelabuhi
para pembaca kritis agar tidak memperhatikan atau bahkan tidak
mempedulikan kejahatan-kejahatan kemanusiaan , moralitas palsu,
kekerasan-kekerasan , dan pengulangan-pengulangan yang sesungguhnya
merupakan eksistensi, realita dan esensi atau ciri Alquran yang sebenarnya.
Pembelaan 3 : Seandainya dianggap sebagai kelemahan, Alquran
memang mempunyai kelemahan tetapi kelemahannya adalah bahwa
pesan-pesannya hanya dapat diungkapkan dengan menggunakan
bahasa Arab tidak bisa menggunakan bahasa-bahasa lain karena
bahasa-bahasa lain tidak akan mampu menyampaikan pesan Alquran
yang sebenarnya.
Kalau memang bahasa-bahasa lain tidak mampu menyampaikan pesan-pesan
Alquran, bagaimana dengan terjemahan-terjemahan Alquran ke dalam
bahasa-bahasa lain yang telah dikerjakan oleh para ilmuwan dan para ahli
tersebut ? Apakah mereka semuanya ngawur ? Kalau mereka ngawur
bagaimana mungkin hasilnya mendekati sama, padahal mereka tidak bekerja
sama ? Ketika para apologis Muslim ditanya mengenai arti beberapa ayat
Alquran oleh seorang Amerika , mereka akan menjelaskannya dengan
menggunakan bahasa Inggris yang sederhana dan mudah dimengerti. Kalau
memang para apologis Muslim tersebut dapat menjelaskan dengan
menggunakan bahasa Inggris berarti bahasa lain ternyata juga mampu
menyampaikan pesan-pesan Alquran.
Kalau makna Alquran hanya dapat dijelaskan
seutuhnya dengan menggunakan bahasa Arab, hal
itu berarti Alquran bukanlah suatu wahyu Ilahi
yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia.
62
Kalau makna Alquran hanya dapat dijelaskan seutuhnya dengan
menggunakan bahasa Arab, hal itu berarti Alquran bukanlah suatu wahyu
Ilahi yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, kecuali Allah
mewajibkan seluruh umat manusia mempelajari bahasa Arab. Faktanya, para
guru agama Islam di madrasah-madrasah mewajibkan jutaan siswa non-
Arab untuk menghafalkan seluruh isi Alquran dalam bahasa Arab yang tidak
mereka ketahui artinya sama sekali. Para kiailah yang kemudian menjelaskan
interpretasinya dengan menggunakan bahasa setempat.
Pembelaan 4: Tanpa adanya inspirasi Ilahi , karya agung
kesusasteraan seperti ini tidak mungkin dibuat oleh seorang manusia
yang tidak berpendidikan.
Jutaan orang yang tidak pernah membuka Alquran mendengar dari
umat Muslim bahwa Alquran merupakan sebuah buku yang ajaib. Bahkan
sejumlah ilmuwan sekuler memujinya. Sejumlah profesor enggan
membicarakan sesuatu yang akan menyebabkan mahasiswa-mahasiswa
Muslim memboikot kelas-kelas mereka.
Dengan pujian-pujian yang berlebih-lebihan terhadap Alquran seperti itu,
orang-orang yang tidak pernah membaca Alquran-pun tertarik untuk segera
mulai membacanya dengan penuh antusias dengan harapan bahwa mereka
juga akan mendapatkan ilham. Namun kebosanan segera membuat harapan
mereka untuk mendapatkan ilham menjadi kandas di tengah jalan. Dalam
Surat 7 : 157 dikatakan bahwa Muhammad adalah Nabi yang buta-huruf
(ummi). Dalam Surat 7 : 184 dikatakan bahwa Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.
Untuk menuliskan ajaran-ajarannya ke dalam kertas-kertas kulit, seorang
buta-huruf dengan cakrawala berpikir yang sangat terbatas seperti
Muhammad tentu saja memerlukan bantuan dari orang lain yang lebih
berpendidikan. Atau dia hanya mengulang-ulang saja ayat-ayat yang telah
ditulis sebelumnya agar catatannya penuh. Bagaimana mungkin
pengulangan-pengulangan yang demikian banyaknya itu tidak membosankan
para pembacanya ? Inilah kesulitan yang dihadapi Muhammad. Berikut ini
contoh pengulangan-pengulangan yang dimaksud.
Surat 1 hanya terdiri dari 7 ayat. Surat 2 terdiri dari 286 ayat. Mulai Surat
2 inilah pembaca akan menjumpai pengulangan-pengulangan, misalnya Surat
2:7 Muhammad memperingatkan umat non-Muslim tentang "siksa yang
amat berat" yaitu hukuman di neraka. Surat 2:10 dia memperingatkan akan
adanya "siksa yang pedih". Dalam Surat 2 : 24 dia menulis tentang
"neraka yang bahan bakarnya manusia.......... yang disediakan bagi
orang-orang kafir". Dalam Surat 2:39 dinyatakan "Adapun orang-orang
yang kafir ..........., mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya". Dalam Surat 2 : 48 Muhammad memperingatkan "akan
adanya azab hari kiamat". Surat 2:81 memperingatkan "orang-orang
yang berbuat dosa, mereka itulah penghuni neraka,, mereka kekal di
dalamnya". Dalam Surat 2 : 85 dia menyatakan "pada hari kiamat
63
mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat". Dalam Surat
2 : 86 Muhammad menyatakan "maka tidak akan diringankan siksa
mereka". Dalam Surat 2: 89 dia menyatakan "maka laknat Allah-lah atas
orang-orang yang ingkar".
Dalam Surat 2:90 dinyatakan "Karena itu mereka mendapat murka
sesudah mendapat kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan
yang menghinakan". Dalam Surat 2:98 dinyatakan "maka
sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir".
Para pembaca pada umumnya mengharapkan Muhammad mengurangi
pengeksploitasian tema-tema nerakanya. Namun sebaliknya Muhammad
terus menerus memperingatkan orang akan neraka. Rata-rata setiap 9,5 ayat
dari 286 ayat yang ada dalam Surat 2 terdapat 1 ayat yang isinya
mengancam orang-orang non-Muslim dan orang-orang Muslim yang ingkar
dengan siksa neraka. Bahkan rata-rata setiap 7,4 ayat dari 200 ayat yang
ada dalam Surat 3 terdapat 1 ayat yang memperingatkan tentang api
neraka. Rata-rata setiap 7,2 ayat dari 176 ayat yang ada dalam Surat 4
terdapat 1 ayat yang berbicara tentang neraka. Rata-rata setiap 8 ayat dari
120 ayat yang ada dalam Surat 5 terdapat 1 ayat yang berbicara tentang
pelemparan ke dalam api neraka.
Rata-rata setiap 7,9 ayat dari seluruh ayat yang ada
dalam Alquran terdapat 1 ayat yang berbicara
tentang ancaman neraka.
Menurut terjemahan Alquran berbahasa Inggris yang dikerjakan oleh
Rodwell, di dalam seluruh Alquran terdapat 114 Surat dengan jumlah ayat
sebanyak 6.151. 783 ayat di antaranya merupakan ayat ancaman hukuman
api neraka, kemurkaan, hukuman kekal dan kebinasaan. Hal tersebut berarti
rata-rata setiap 7,9 ayat dari seluruh ayat yang ada dalam Alquran terdapat 1
ayat yang berbicara tentang ancaman neraka.
Memang, Alkitab juga memberi peringatan tentang neraka, tetapi tidak
sebanyak Alquran. Menurut "New Strong's Exhaustive Concordance of the
Bible", kata "neraka" disebut 31 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama, itu
berarti 1 kali dalam setiap 774 ayat.3 Kata "neraka", "kebinasaan", dan
"api" (api dalam arti neraka) disebut 74 kali 4 dalam Alkitab Perjanjian Baru,
itu berarti 1 kali dalam setiap 120 ayat.
Menurut Muhammad orang-orang yang ditargetkan masuk api neraka
jahanam adalah orang-orang yang tidak patuh kepada perintah Allah, yang
menolak Muhammad sebagai nabi, dan yang mempertanyakan (meragukan)
kebenaran dari inspirasi Alquran. Selain itu orang-orang yang menolak untuk
maju perang demi Islam atau orang-orang yang mengundurkan diri dari
medan perang membela Islam juga ditargetkan masuk neraka jahanam
(Surat 8 : 16; 9 : 49).
Mudah bagi umat non-Muslim seperti kami untuk menyarankan pada umat
Muslim agar mengesampingkan ayat-ayat tentang ancaman neraka atau
perang yang dicanangkan Muhammad dan hanya melaksanakan ayat-ayat
64
dalam Alquran yang baik-baik saja. Umat Muslim tidak akan mau menerima
saran semacam itu. Para otoritas Islam menekankan bahwa seluruh isi
Alquran adalah Firman Allah yang ditetapkan di surga baik yang menyangkut
masalah akhirat, pembatalan (penghapusan) ayat-ayat, ancaman-ancaman
neraka, dan peperangan. Jadi Alquran sendiri merupakan dongkrak secara
de facto yang dapat digunakan oleh orang-orang Muslim radikal untuk
mendongkrak orang-orang Muslim moderat untuk meninggalkan
kemoderatannya dan menjadi radikal. Itulah sebabnya dalam rangka untuk
mempertahankan diri orang-orang non-Muslim harus melakukan sanggahan
atau bantahan terhadap Alquran. Sekaranglah waktunya bagi kita untuk
terus melakukan bantahan-bantahan atau sanggahan sepantasnya.
Jika seorang penulis moderen menyerahkan suatu kitab semacam Alquran
kepada seorang penerbit, buku tersebut akan ditolak karena dianggap
sebagai buku pegangan bagi suatu peribadahan radikal yang dirancang untuk
memanipulasi para pengikutnya dan mengintimidasi orang-orang yang bukan
pengikutnya dengan teror-teror. Kegemaran Muhammad mengancam siapa
saja dengan api neraka mungkin menjadi salah satu alasan bagi banyak
kalangan umat Muslim moderat untuk tidak membaca Alquran. Mereka lebih
baik disalahkan karena tidak membaca Alquran daripada membacanya dan
kemudian dihinggapi rasa takut dengan ancaman-ancaman untuk menerima
kotbah-kotbah yang penuh gembar-gembor yang bersifat radikal sebagai
normatif.
Banyak orang berhenti membaca Alquran karena merasa dihantui atau
ketakutan oleh ancaman-ancaman api neraka dan siksaan-siksaan yang
menanti mereka di hari kiamat.
Tema-tema lain yang sering diulang-ulang oleh Muhammad termasuk :
Pernyataan yang berbunyi :"Dan Kami turunkan kepadamu
Alquran" (Surat 16 : 14; 21 : 10) sering diulang-ulang oleh Muhammad
sampai hampir 100 kali dalam Alquran.
Kisah mengenai anak domba dalam Pesta Paskah
Yahudi telah disingkirkan dari 27 kali pengulangan
cerita yang sama mengenai epos Musa dan Firaun yang
tertulis dalam Alquran.
Salah satu bahan kotbah yang paling disukai oleh Muhammad adalah saga
Musa lawan Firaun. Dia mengulang-ulang cerita tentang Musa lawan Firaun
tersebut sampai 27 kali dalam 89 Bab pertama Alquran. Namun sungguh
menimbulkan tanda tanya mengapa dari 27 kali pengulangan itu tidak satu
kalipun Muhammad menceritakan tentang bagian yang paling integral dari
kisah itu yang dikenal dengan nama Pesta Paskah Yahudi. Padahal sebagian
besar masyarakat Mekah dan Medinah termasuk orang-orang penyembah
berhala tahu benar bahwa umat Yahudi setiap tahun merayakan Pesta Paskah
tersebut. Bahkan kemungkinan besar penduduk Mekah juga tahu bahwa
umat Kristen mengidentifikasi anak domba Paskah Yahudi sebagai bayangbayang
dari Yesus Kristus, sang Anak Domba Elohim. Selain itu, Muhammad
65
sesungguhnya mengenal orang-orang Kristen termasuk di antaranya
Waraqah yang menjadi saudara sepupu Siti Khadijah (isteri Muhammad
pertama). Mengapa Muhammad mencoret bagian integral dari Pesta Paskah
Yahudi tersebut ? Apakah hal itu disebabkan karena Muhammad telah
memutuskan untuk menyangkal bahwa Yesus mati sebagai "Anak Domba
Elohim, yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1 : 29) sehingga dengan
sengaja dia menghindari bayang-bayang Yesus sebagai penebus dosa
manusia yang dilambangkan oleh anak domba Paskah Yahudi dalam
Perjanjian Lama tersebut ? Apapun alasannya, Muhammad masih terus saja
mengklaim paling sedikit sebanyak 12 kali bahwa dia mengkonfirmasikan
kitab Injil Kristen dan kitab Torat Yahudi (lihat Surat 2 : 97, 101).
Muhammad mencampuradukkan dan mengacaukan berbagai kisah Alkitab
serta para tokoh pelakunya seolah-olah semua kisah dan pelaku tersebut
merupakan produk dari kurun waktu atau jaman yang sama, padahal
sebenarnya masing-masing kisah dan pelaku yang ditulis dalam Alkitab
tersebut merupakan produk dari jaman-jaman yang berbeda. Muhammad
menyatakan dalam Alquran bahwa Hamam hidup pada jaman Musa dan dia
bekerja untuk Firaun membangun sebuah menara dari batu-batu bata
sebagai sebuah sarana untuk mencapai surga (Surat 28 : 38 dan Surat 40:
36-37). Nampaknya Muhammad dibingungkan dengan kisah menara Babel
yang diungkapkan dalam kitab Kejadian 11 : 4. Padahal sesungguhnya
Hamam hidup di Persia dan dia bekerja untuk raja Ahasyweros. Untuk lebih
terperinci lihat kitab Ester. Masih banyak lagi contoh-contoh lain di antaranya
kisah mengenai Nuh, kisah mengenai Lot dengan Sodom dan Gomora, dan
sebagainya. Bahkan kisah-kisah yang kacau-balau tersebut diulang-ulangnya
berkali-kali.
Sangat Banyak Kata Ganti, Sangat Sedikit Kata Benda
Muhammad mengganti beratus-ratus kata benda yang sangat penting
dengan kata ganti yang sangat ambigu (mengandung makna ganda dan sulit
ditebak maksudnya). Misalnya dalam Surat 8 : 19 dikatakan :"Jika kamu
mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu
berhenti, maka itulah yang lebih baik bagimu". Dalam dua pernyataan
tersebut terdapat 4 kali kata "kamu". Siapa yang dimaksud oleh Muhammad
dengan kata "kamu" tersebut ? Mengenai apa keputusan itu ? Siapakah yang
harus berhenti ? Dia harus berhenti dari apa ? Muhammad tidak memberikan
jawaban yang spesifik atas pertanyaan tersebut, bahkan dalam konteks ayat
itu sekalipun.
Perhatikan alangkah beraninya Rodwell menebak-nebak kata-kata benda
yang disingkirkan Muhammad dari Surat 8 : 19 tersebut (kalau dia salah
menebak akibatnya fatal karena itu bisa berarti dia merubah isi Alquran).
Dengan tebakan tambahan yang tercetak miring tersebut kalimat dalam
Surat 8 : 19 menjadi : "Wahai orang-orang Mekah ! Jika kamu mencari
keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu
menghentikan peperangan, maka itulah yang lebih baik bagimu".
66
Pembelaan 5 : Kekerasan melawan umat Yahudi dan umat-umat non-
Muslim lain dapat dibenarkan pada jaman Muhammad, tetapi tidak
seorangpun perlu takut pada kekerasan yang dilakukan umat Muslim
sekarang.
Para apologis Muslim seringkali menyatakan dengan tegas bahwa
peperangan antara Muhammad atau para penggantinya melawan umat
Yahudi atau umat non-Muslim lain sebenarnya merupakan perang yang sah
karena umat Muslim melakukannya sebagai pembelaan diri atas serangan
umat non-Muslim. Klaim semacam itu telah menipu banyak orang yang tidak
mengenal Alquran atau tidak mengenal asal usul Alquran. Tidak ada ceritanya
bahwa kaisar Augustus atau raja George menarik pajak dari orang-orang
Arab pada jaman Muhammad. Selain itu Muhammad bukanlah George
Washington yang harus berjuang merebut kemerdekaan melawan tirani.
Mekah dan Medinah pada jaman Muhammad merupakan dua wilayah yang
bebas dan merdeka. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh para
tokoh yang dipilih secara demokratis menurut ukuran waktu itu.
John L. Esposito, seorang profesor dalam kajian Islamologi di Universitas
Georgetown, mungkin merupakan seorang apologis Islam yang paling
terpelajar dalam sejarah. Bukunya yang berjudul Islam: The Straight Path
pada saat ini telah digunakan sebagai buku teks bagi ratusan kursus dalam
kajian Islam yang setingkat akademi di seluruh Amerika dan di negaranegara
berbahasa Inggris.5 Profesor Esposito juga merupakan editor dari
Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. Perhatikan bagaimana dia
membenarkan kekerasan yang dilakukan Muhammad terhadap orang-orang
Mekah dan orang-orang Yahudi. Dia menyatakan: "Peperangan yang
dilakukan oleh Muhammad pada umumnya tidak berbeda dengan kebiasaan
Arab , juga tidak berbeda dengan kebiasaan dari para nabi Yahudi. Keduanya
percaya bahwa Tuhan berperang melawan musuh-musuhNya.6
Esposito mengacu pada Musa, Yosua, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya
yang berperang melawan musuh-musuh Israel. Acuan-acuan ini
dimaksudkan untuk meyakinkan kita bahwa Muhammad -- dengan cara
merampok para kafilah, membantai para penyair, memperbudak atau
mengusir orang-orang Yahudi -- meneguhkan dirinya sendiri sebagai salah
seorang nabi dalam barisan nabi-nabi Israel. Esposito menyelinapkan suatu
anakronisme yang tidak masuk akal. Dia menyatakan bahwa para nabi Israel
juga menggunakan pedang dalam melayani Tuhan. Padahal para nabi Israel
seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Mikha, Amos, Maleakhi dan nabinabi
yang datang belakangan tidak pernah menggunakan pedang atau
merekomendasi penggunaan pedang dalam menghadapi musuh-musuh
Israel.
Sehubungan dengan masalah umat Yahudi di Medinah, Esposito
menjelaskan : "Setelah peperangan besar antara umat Muslim melawan
penduduk Mekah usai, salah satu suku bangsa Yahudi di Medinah dinyatakan
bersalah karena melanggar Konstitusi Medinah dan mereka dijatuhi hukuman
dengan cara diusir dari Medinah".7 Dia juga mengklaim : "Alquran menuduh
67
suku-suku bangsa Israel secara reguler melakukan pelanggaran terhadap
berbagai perjanjian".8 Dia kemudian mengutip Surat 2 : 100. 9
Marilah kita cermati 2 hal yang tertulis dalam Surat 2 : 100 yang diajukan
oleh Esposito yaitu istilah secara reguler (setiap berkala) dan segolongan
(segelintir) dari mereka (orang-orang Yahudi). Bagaimana mungkin
dikatakan secara reguler , sedangkan perjanjian yang mereka anggap telah
dilanggar oleh orang Yahudi hanya Konstitusi Medinah (satu-satunya
perjanjian yang dibuat antara umat Yahudi dengan umat Muslim).
Selanjutnya kalau memang segolongan (segelintir) dari mereka (orang-orang
Yahudi) melakukan pelanggaran, mengapa Muhammad, sebagai arbiter ,
tidak membicarakan hal tersebut terlebih dahulu dengan suku-suku Yahudi
yang lainnya sebagai kelompok mayoritas orang-orang Yahudi yang tidak
melanggar agar mereka dapat membujuk segolongan (segelintir) orang
Yahudi yang dianggap melanggar tersebut untuk melakukan koreksi dan
menciptakan kembali perdamaian ? Mengapa Muhammad justru
menyingkirkan semua orang Yahudi tanpa kecuali ? Bukankah yang dianggap
bersalah hanya satu kelompok (segelintir orang) mengapa seluruh kelompok
harus menanggung kesalahan itu ?
Satu hal yang pasti yaitu baik Muhammad , Esposito, maupun para
apologis Muslim lainnya tidak dapat menunjukkan bukti-bukti otentik yang
dapat digunakan untuk membenarkan tindakan brutal Muhammad dalam
mengusir, membunuh, dan memperbudak umat Yahudi di Medinah.
Perbuatan tersebut adalah perbuatan kriminal yang tidak dapat ditolerir.
Memang tidak dapat disangkal bahwa Profesor Esposito adalah seorang
ilmuwan yang pandai, tetapi saya rasa tindakannya membela Islam secara
bias tersebut bertujuan untuk mengaburkan fakta-fakta kebenaran yang ada.
Umat Muslim tidak punya dasar sama sekali untuk
melukiskan pengkhianatan dan kekerasan yang
dilakukan Muhammad terhadap umat Yahudi di
Medinah sebagai suatu tindakan untuk membela diri.
Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Jika memang umat Yahudi
merencanakan atau bahkan merasa takut akan timbulnya konflik dengan
umat Muslim, sudah pasti mereka akan menimbun makanan-makanan ekstra
dan air yang banyak di dalam benteng-benteng mereka sebagai persiapan
bagi adanya kemungkinan mereka akan dikepung dalam jangka waktu lama.
Menurut catatan umat Muslim, setiap kali orang-orang Yahudi diserang oleh
Muhammad mereka selalu tidak mempunyai persediaan makanan dan
minuman yang cukup sehingga hanya dalam beberapa hari saja mereka
menyerah.
Ketiadaan persiapan semacam itu sudah tentu merupakan suatu masalah
serius (kecerobohan serius) bagi suatu bangsa yang sedang menghadapi
musuh. Sudah jelas, hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya orang-orang
Yahudi memang tidak punya rencana sedikitpun untuk menjadikan
68
Muhammad dan umat Muslim sebagai musuh mereka, sehingga mereka tidak
perlu persiapan apapun.
Jadi, umat Muslim tidak punya dasar sama sekali untuk menggambarkan
bahwa kekerasan yang dilakukan Muhammad terhadap umat Yahudi sebagai
tindakan membela diri. Mereka juga tidak punya dasar untuk mengatakan
bahwa 109 ayat yang memerintahkan perang yang terdapat dalam Alquran
hanya ditujukan dan diterapkan untuk orang-orang Muslim pada jaman
Muhammad di negeri Arab waktu itu saja dan tidak untuk diterapkan di
tempat-tempat lain pada masa kini bahkan pada hari ini. Muhammad sendiri
mengatakan bahwa dia menghendaki agar kekerasan yang dilakukannya
tanpa dipikirkan masak-masak terlebih dahulu tersebut dapat dijadikan
contoh supaya dilakukan oleh umat Muslim di masa-masa datang dalam
rangka meluaskan siar Islam sampai terwujudnya cita-cita Muhammad untuk
mengislamkan seluruh dunia (maksudnya Islam menjadi satu-satunya agama
di dunia).
Berikut ini dua contoh para apologis Muslim kontemporer yang berusaha
untuk menentang persepsi tentang Islam sebagai suatu agama yang
dilahirkan dalam kekerasan dan untuk berperilaku penuh kekerasan
(kekasaran).
Dr. Hasan Hathout
Dia adalah seorang apologis Muslim moderat yang membeberkan tentang
klaim-klaim Islam yang tidak benar yang dilontarkan oleh kaum radikal. Dia
juga seorang pembicara dari Pusat Studi Islam yang berpangkalan di Los
Angeles, Kalifornia Selatan. Dr. Laura Schlessinger mewawancarai Dr. Hasan
Hathout dalam acara wawancara radio yang disiarkan secara nasional selama
tiga jam penuh pada tanggal 5 Oktober 2001.10 Percakapan ini
mengungkapkan secara konstruktif strategi yang cerdik dan halus dari
seorang apologis Islam yang sangat terampil.
Dr. Laura menanyakan pada Dr. Hathout apakah memang benar bahwa
Islam sedang terlibat dalam "suatu perjuangan apologetika melawan dunia
Barat dalam rangka menciptakan suatu dunia Islam". Hathout tahu bahwa
jawaban yang benar adalah "ya", tetapi bila dia menjawab "ya", dia
mengkonfirmasikan kecurigaan dan rasa khawatir terhadap tujuan-tujuan
Islam di Barat. Dia juga tahu bahwa bila dia menjawab "tidak", dia akan
ditertawakan dan dianggap pengecut oleh orang-orang Muslim radikal. Maka
akhirnya Hathout menghindari untuk memberi jawaban "ya" atau "tidak".
Sebaliknya dia mengatakan: "Saya telah belajar untuk tidak mempercayai
apapun yang saya baca". Dr. Laura tahu hal itu maka dia mengatakan kepada
Dr. Hathout : "Anda belum menjawab pertanyaan saya". Tetapi Dr. Laura
berkata lebih lanjut: "Baiklah, kita lupakan pertanyaan itu". Sekarang
marilah kita lanjutkan dengan pertanyaan berikut : "Apakah benar bahwa
pelaku bom bunuh diri mengharapkan pahala berupa 72 houris cantik untuk
melayani kebutuhan seksualnya di firdaus sebagai upah dari
pengorbanannya?" Dengan tertawa Hathout menjawab: "Hal tersebut
69
merupakan dongengan eksotis". Seandainya Dr. Laura dapat mengantisipasi
tentang kemungkinan jawaban semacam itu sebelumnya, dia pasti akan
menyiapkan diri dengan ayat-ayat tersebut agar dapat ditunjukkan kepada
Hathout atau dibacakannya sehingga memungkinkan dia untuk menanggapi
jawaban Hathout itu dengan mengatakan : "Jadi anda percaya bahwa Alquran
mengandung suatu dongengan yang eksotis".
Selanjutnya Hathout menambahkan : "Membunuh diri sendiri dilarang
dalam Islam" , padahal Surat 2 : 207 nyaris berarti boleh membunuh diri.
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhoan Allah".
Ada perbedaan mendasar antara mengorbankan nyawa sendiri dengan
sengaja melalui cara kekerasan demi mendapatkan pahala dari Allah menurut
keyakinan orang-orang Muslim radikal dengan mengorbankan diri sebagai
pilihan yang tidak dapat dihindari demi melayani Tuhan atau demi
mewujudkan cinta kasih kepada sesama manusia menurut konsep Alkitab
Perjanjian Baru.
Ketika Dr. Laura mengutip sejumlah ayat yang memerintahkan perang,
Hithout menyatakan bahwa perintah melaksanakan perang dan kekerasan itu
sifatnya sementara, artinya hanya untuk waktu dan situasi saat itu.
Seandainya saja Dr. Laura lebih jeli melihat situasi dia pasti tahu bahwa
itulah saatnya yang tepat baginya untuk melanjutkan dengan pertanyaan
gaya seorang pengacara sebagai berikut: "Secara pasti apakah yang
dimaksud dengan waktu dan situasi saat itu yang menurut anda kekerasan
dapat dibenarkan ?" "Apakah itu berarti bahwa setiap Muslim masa kini yang
berada dalam situasi yang seperti situasi saat itu tersebut di atas juga akan
dibenarkan untuk melakukan kekerasan ?
Jika Hathout berkata : "O, hal itu tidak berlaku untuk saat ini". Dr. Laura
dapat melanjutkan dengan pertanyaan: " Apakah anda dapat mengutip ayat
dalam Alquran yang memastikan umat Muslim masa kini bahwa mereka
dilarang menggunakan kekerasan lagi terhadap umat Yahudi dan umat
Kristen karena perintah kekerasan yang dinyatakan oleh Muhammad waktu
itu hanya berlaku untuk situasi kehidupan umat Muslim pada jaman
Muhammad saja (dan sekarang tidak berlaku lagi)". Hathout pasti akan
mengalami kesulitan besar (namun patut disayangkan Dr. Laura tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut).
Dalam suatu kesempatan justru Hathout mengungkapkan bahwa:
"Konstitusi Amerika adalah esensi dari Islam yang benar". Kalau demikian
pertanyaan selanjutnya adalah: "Lalu mengapa di antara 55 negara Muslim
tidak ada satupun yang menerapkan demokrasi (seperti Amerika) ?"
Seorang pewawancara Barat yang kurang informasi
justru akan menyebabkan seorang propagandis Islam
untuk mempromosikan Islam secara leluasa.
70
Ketika seorang penelpon mengajukan suatu pertanyaan yang sama,
Hathout menjawab bahwa Islam belum dijalankan secara murni di negaranegara
Islam karena mereka masih dikuasai oleh para diktator. Seharusnya
penelpon tadi menanyakan lagi :"Mengapa Iran yang dipimpin oleh seorang
ulama Muslim juga menerapkan pemerintahan diktator ?" Dan jika Islam
memang merupakan kekuatan spiritual dan politis yang sangat hebat di
dunia, mengapa Islam tidak mampu menggantikan satupun dari sistem
pemerintahan diktator yang ada dengan sistem pemerintahan yang menjamin
hak-hak asasi manusia ?
Namun, memang harus diakui ada juga pernyataan Hathout yang benar
yaitu pernyataannya bahwa Konstitusi Amerika mengandung suatu hal yang
dikenal dengan baik dalam Islam yaitu salah satu amandemen terhadap
Konstitusi Amerika menyatakan bahwa Konstitusi tersebut menjamin hak
untuk memilih bagi seorang wanita tetapi Konstitusi itu tidak menjamin
sama sekali hak wanita yang telah menikah untuk tetap seumur hidup
menjadi satu-satunya isteri bagi suaminya sekalipun mereka tinggal terpisah
(hal itu dapat diartikan bahwa Konstitusi Amerika masih memberi peluang
pada seorang dengan status masih suami orang untuk mengawini wanita
lain). Islam memperbolehkan laki-laki menikahi empat isteri. Jadi benarlah
kata Hathout bahwa Konstitusi Amerika adalah esensi dari Islam yang benar.
Jadi kesimpulannya, seorang pewawancara Barat yang kurang informasi
justru akan menyebabkan seorang propagandis Islam untuk mempromosikan
Islam secara leluasa.
Dr. Khaled Abou El Fadl
Adakalanya seorang Muslim moderat menentang pandangan Islam radikal,
tetapi kedua kubu tersebut tidak pernah menyangkal mengenai integritas dan
inspirasi Ilahi Alquran. Misalnya, harian Los Angeles Times tertanggal 2
Januari 2002 , menyampaikan suatu testimonial kepada Khaled Abou El Fadl,
seorang profesor Muslim dalam bidang kajian Hukum di UCLA karena dia
menegur orang-orang Muslim radikal sebagai "puritan yang tidak punya
toleransi" 11
Kecaman-kecaman Abou El Fadl melalui e-mail, melalui perkuliahan, dan
melalui berbagai buku yang ditulisnya, telah membuat marah orang-orang
Muslim radikal sepanjang dari Arab Saudi sampai Los Angeles. Dia menerima
banyak sekali ancaman kematian dari berbagai kelompok Muslim radikal,
sehingga dia harus memasang sistem keamanan canggih di sekeliling
rumahnya.
Teresa Watanabe melaporkan bahwa strategi Abou El Fadl adalah mencari
Hadis yang moderat untuk menetralkan pengaruh dari ayat-ayat yang
memerintahkan perang yang tertulis dalam Alquran dan Hadis yang radikal
yang sudah dikenal secara umum. Dengan cara ini dia berusaha membujuk
umat Muslim radikal agar mengikuti jalur moderat dan toleransi.
Alhasil, Abou El Fadl menjadi hilang harapan manakala dia menemukan di
dalam Alquran sendiri adanya hal-hal yang dapat menyeimbangkan
71
pengaruh dari ayat-ayat yang memerintahkan perang yang tertulis dalam
Alquran maupun perintah penumpahan darah yang tertulis dalam Hadis
radikal tersebut.
Itulah sebabnya seseorang yang mengenal Islam dengan baik tidak akan
mengutip ayat-ayat dari Alquran manakala dia berargumentasi dengan
orang-orang Muslim mengenai kemoderatan. Anda dapat mengutip ayat-ayat
Alquran untuk membahas hal itu hanya kalau anda berbicara dengan orangorang
non-Muslim dalam konteks anda akan melakukan pembelaan terhadap
agama Islam. Umat Muslim yang paham benar akan Alquran tahu dengan
pasti bahwa Alquran tidak pernah mendukung bahkan tidak memberi tempat
sama sekali bagi kemoderatan.
Artikel yang ditulis oleh Watanabe tidak menunjukkan bukti-bukti sama
sekali bahwa Abou El Fadl mendiskreditkan atau menolak apapun yang
dikatakan oleh Muhammad dalam Alquran. Itulah sebabnya kita tidak bisa
mengambil manfaat sama sekali dari usaha Abou El Fadl yang setengahsetengah
dalam memoderatkan pandangan-pandangan Islam radikal
tersebut.
Pembelaan 6: Kalau ada perbedaan antara cerita-cerita Alkitab
dengan revisi-revisi yang dilakukan Muhammad atas cerita yang
sama, umat Yahudi dan umat Kristen-lah yang harus disalahkan
bukan Muhammad.
Para apologis Muslim menyatakan dengan tegas bahwa orang-orang
Yahudi dan Kristen telah mengadakan perubahan yang tidak sah pada naskah
asli Alkitab, sehingga Tuhan merasa wajib turun tangan dengan mengutus
Muhammad untuk mengembalikan isi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru
kepada keasliannya yang semula yaitu dalam wujud Alquran.12
Perbuatan semacam itu sama saja dengan perbuatan seorang yang
membeli rumah tetangga sebelah rumah anda dan kemudian dia menyatakan
bahwa seseorang telah merubah dengan cara tidak sah hak kepemilikan
rumah anda dan sekaligus juga hak kepemilikan rumah tetangga sebelahnya
yang lain, jadi dia merasa perlu untuk memperbaiki kesalahan dalam
kepemilikan tersebut. Tetapi setelah semuanya diperbaiki, tiba-tiba dia
menyatakan bahwa sekarang dialah yang menjadi pemilik yang sah dari
ketiga rumah tersebut yaitu rumah yang baru dibelinya, rumah anda dan
rumah tetangga sebelahnya yang satu lagi . Benar-benar tetangga yang
jahat! Dalam dunia nyata, suatu hukum yang berlaku akan menghentikan
penipuannya tersebut, tetapi dalam dunia maya dari teologia Islam tidak ada
pengadilan untuk mengadu bagi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru yang
tertipu tersebut.
Dalam agama Islam, para ulama Muslim diwajibkan untuk mengajarkan
pengajaran yang sulit ini di dalam mesjid-mesjid, yang dimaksud adalah
pengajaran yang menyatakan bahwa sebenarnya peristiwa Pesta Paskah
Yahudi tidak pernah ada dalam kitab Keluaran. Orang-orang Yahudi-lah yang
72
dengan seenaknya sendiri menambahkan hal itu. Juga kisah Gideon yang
memilih 300 kesatria sebetulnya tidak ada, yang ada bukan Gideon tetapi
raja Saul, hanya karena suatu kekeliruan raja Saul disebut Gideon oleh
orang-orang Yahudi dan Kristen.
Islam dengan cara yang sangat arogan memamerkan pengajaran tanpa
dasar tersebut demi kepentingan Islam dan untuk menutupi kesalahan
Muhammad dan Alquran.
Perhatikan bahwa baik Yesus, para rasul, dan orang-orang Kristen dari
segala abad tidak pernah merevisi satu katapun dari Alkitab Perjanjian Lama
tanpa mengacu pada teks-teks yang lebih kuno yang mungkin baru
ditemukan. Para ilmuwan Yahudi dan Kristen seringkali saling melakukan
konsultasi, tetapi para ilmuwan Muslim tidak merasa perlu untuk
membandingkan dengan teks-teks kuno yang lebih otentik. Mereka merasa
sudah tahu semuanya jadi tidak perlu bertanya-tanya lagi.
Kalau memang Allah benar-benar berbicara kepada Muhammad , Dia pasti
akan menyatakan bahwa Dia tidak akan mengkonfirmasikan (membenarkan)
Alkitab umat Yahudi dan Kristen karena Alkitab tersebut telah diselewengkan.
Namun lihat apa yang terjadi, Allah melalui Muhammad justru menyatakan
berkali-kali dalam Alquran bahwa Alkitab umat Yahudi dan Kristen
dikonfirmasikan (dibenarkan) oleh Alquran, jadi bukan dikoreksi. Jadi jelas
bahwa Muhammad sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Alkitab Perjanjian
Lama dan Baru telah diselewengkan. Justru para apologis Islam-lah yang
sebenarnya mengoreksi naskah asli Muhammad yang membahas mengenai
Alkitab Perjanjian Lama dan Baru tersebut.
Muhammad menyatakan bahwa Alkitab umat
Yahudi dan Kristen dikonfirmasikan (dibenarkan)
bukan dikoreksi oleh Alquran.
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, Alquran
mengkritik umat Yahudi atas ketidakpatuhan dan ketidakpercayaan mereka
pada Alkitab Perjanjian Lama dan atas perbuatan mereka menjual sejumlah
ayat kepada orang-orang Arab penyembah berhala dengan harga rendah.
Perhatikan umat Yahudi hanya menjual dengan harga rendah bukan
menyelewengkan isi Alkitab Perjanjian Lama tersebut (Bacalah Surat 2 : 41).
Pembelaan 7: Tuhan memberi kepada keturunan Ishak yaitu orangorang
Yahudi suatu Wahyu dalam bahasa Ibrani. Tentunya Tuhan
juga akan memberi kepada keturunan saudara tiri Ishak, Ismael,
suatu Wahyu dalam bahasa Arab,bukan ?
Penganut paganisme Arab abad ke-7 melihat perkembangan
kesusasteraan, perdagangan , dan kebudayaan dari kaum penganut
monoteisme yang disebut kaum Yahudi dan Kristen yang tinggal di
Kekaisaran Roma sedemikian pesatnya sehingga mereka kemudian
mengaitkan antara monoteisme dengan perkembangan dan kemajuan.
Melihat kenyataan semacam itu muncullah kerinduan dalam hati para
73
penganut paganisme Arab akan datangnya masa di mana mereka akan
mengalami kemajuan seperti yang dialami kaum Yahudi dan Kristen tersebut.
Sementara itu Muhammad dengan cerdik menggunakan kesempatan itu
untuk mempengaruhi dan mengiming-imingi para penganut paganisme Arab
dengan janji bahwa akan segera datang masa yang mereka rindukan tersebut
asal saja mereka mau menerima dirinya (Muhammad) sebagai nabi,
menerima Alquran sebagai kitab suci mereka, dan menerima Allah sebagai
sesembahan monoteis mereka sehingga pada gilirannya mereka akan
menjadi sama majunya seperti umat Yahudi dan Kristen.
Muhammad menyatakan dengan tegas bahwa bangsa Arab adalah
keturunan Abraham melalui Ismael. Pernyataan tersebut dikatakannya
dengan tujuan untuk melegitimasi iming-imingnya yang dia tawarkan
tersebut di atas.
Muhammad berusaha merubah wahyu kitab Perjanjian Lama yang
sesungguhnya menyatakan bahwa hanya Ishak-lah satu-satunya yang
menyandang predikat pewaris perjanjian Tuhan dengan Abraham, bukan
Ismael. Silahkan membaca kitab Kejadian 17 : 18-21 dan 21 : 12-13.
Falsafah supremasi tetap menjadi dasar kebijakan
utama agama Islam sepanjang Abad Pertengahan
dan pada masa kini ditampilkan dalam wujud baru
dan dengan potensi baru.
Muhammad yang mengklaim dirinya sendiri sebagai keturunan Ismael
semula berusaha untuk membangun Islam sebagai agama persaudaraan,
tetapi karena merasa umat Yahudi telah mengkhianatinya, dia kemudian
menggantikan wujud Islam yang semula sebagai agama persaudaraan
menjadi Islam sebagai agama yang membunuh saudara-saudaranya (umat
Yahudi).
Alquran menyatakan dengan tegas tentang kesupremasian agama Islam
sebagai berikut : "Dialah yang mengutus Rasul-Nya (Muhammad)
dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orangorang
musyrik benci" (Surat 61 : 9).
Kesupremasian dalam Alquran dicanangkan melalui sarana kekerasan,
pertumpahan darah, pengkhianatan, pembunuhan, dan perbudakan. Hal
tersebut sungguh sangat berbeda dengan kesupremasian yang dicanangkan
dalam Alkitab Perjanjian Baru. Yesus Kristus mengajarkan : " Kamu adalah
garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan.
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang
dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu" (Matius 5 : 13-15). Selanjutnya Yesus mengajarkan berdoa
sebagai berikut : " Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah namaMu,
datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga" (Matius
74
6 : 9-10). Bukankah ajaran-ajaran Yesus tersebut di atas dapat dikatakan
sebagai supremasi di atas segala supremasi ?
Catatan:
1. Muhammad Zafulla Khan, trans., The Quran (New York: Olive Branch Press, 1997), n.p.
2. Ibid.
3. New Strong'sExhaustive Concordance of the Bible (Iowa Falls, IA: World Bible
Publishers), n.p.
4. Ibid.
5. John L. Esposito, Islam: The Straight Path, 3rd ed. (New York: Oxford University Press,
1998), p. X; copyright 1998 by Oxford University Press, Inc. Used by permission.
6. Ibid., p. 15
7. Ibid.
8. Ibid. (Lihat bab 2).
9. Ibid., p. 15.
10. Hasan Hathout, interview by Laura Schlessinger, "Dr. Laura on the Radio", October 5,
2001, Premeire Radio Networks, quoted in Randall Price, Unholy War (Eugene, OR:
Harvest House, 2001)), pp. 211-214.
11. Teresa Watanabe, "Battling Islamic Puritans", Los Angeles Times, January2, 2002, n.p.
12. Esposito, Islam, p. 12.