EJARAH JIHAD 1
Artikel ini menyelidiki secera mendetail penerapan taktik teror yang digunakan sekitar 1.400 tahun yang lalu oleh para Jihadis Islam pertama untuk merampas barang jarahan dan menjadi cepat kaya melalui perampokan. Artikel ini terdiri dari 6 posting yang bersambung. Tujuan utama esay ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan langsung antara Modus Operandi para Jihadis (baca teroris Islam) di jaman Muhammad dan Jihadis jaman sekarang.
Ada 100 kasus pertempuran bersenjata yang diselidiki sebabnya, waktunya, tempatnya dan orang2 yang terlibat. Hasil detail penyelidikan ini ternyata sangat menyayat perasaan, membuat orang jadi tercengang. Dari hasil ini tampak jelas, tanpa keraguan sedikit pun, kesamaan yang menggiriskan antara pejuang2 Islam di jaman Muhammad dan di jaman ini. Hampir semua kasus pertempuran, terjadi karena serangan2 teroris agresif oleh prajurit2 Muslim. Jihadis Islamlah yang selalu memulai penyerangan, di banyak kasus tanpa ada alasan atau gangguan yang nyata. Serangan teror yang dilakukan prajurit Muslim dengan buas ini termasuk pembantaian, pemusnahan ras, pengusiran ras, pembunuhan atas balas dendam, pembunuhan karena alasan politik, dan di banyak kasus, semata-mata adalah perampokan dan penjarahan belaka. Muhammad melakukan serangkaian teror dan penjarahan untuk menghadiahi pengikut2nya dengan barang2 jarahan yang mudah dirampas seperti tanah, harta benda, budak, dan wanita.. Kegiatan teror dan perampokan ini membuat para Jihadis itu begitu kaya, sehingga dapat membiayai diri sendiri dan ini sangat penting bagi berdirinya kekuasaan Islam di seluruh Jazirah Arabia
Kebanyakan penulis biografi Muhammad menulis laporan panjang tentang perang2 yang terkenal antara prajurit Muslim dan prajurit2 non-Muslim. Perang2 besar ini berjumlah sekitar tiga belas dan semuanya ditulis dengan lengkap oleh ahli2 sejarah. Akan tetapi, justru pertempuran2 yang kecil yang merupakan kejadian2 yang paling penting untuk mengungkapkan seberapa besar kebuasan, kekejaman, sifat barbar, keserakahan tanpa batas, penjarahan, kelicikian dan nafsu seks yang tak terpuaskan dari orang2 Islam awal. Ini adalah penemuan yang mengejutkan dan tadinya dirahasiakan baik2 diantara orang2 Islam. Sebenarnya agak menyedihkan kalau diingat hanya sedikit sekali ahli sejarah yang berusaha menyelidiki detail dari kegiatan2 teror yang “kecil” dan “tak penting” ini.
Banyak hukum Syariah yang kejam ditulis berdasarkan contoh2 yang ditetapkan Muhammad dan pengikutnya selama melakukan serangkaian perang dan teror berdarah. Banyak ayat2 Quran yang berhubungan dengan kejadian2 perang ini. Sejak keberadaan hukum Syariah dan Quran adalah mutlak dan utuh untuk selamanya, maka tidak ada harapan isinya dirubah agar kelihatan lebih damai.
Artikel panjang ini berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi Islam yang sempurna. Tapi, pertama-tama, tentunya kita mesti sadar bahwa informasi “sempurna” ini telah disensor, disaring, dengan teliti dan segala elemen yang ‘mengerikan’, telah dibuang sebisa mungkin sebelum dipublikasikan untuk umum. Meskipun begitu, kita tetap saja menemukan informasi/kejadian yang mengejutkan, sukar dipercaya, dan barbarik yang tersembunyi dalam2 di buku2 Islam yang autentik. Upaya2 bedah plastik di buku2 Islam merupakan cara cerdik para ‘dokter’ Islam untuk menipu dunia tentang isi Islam yang sebenarnya karena semua orang sangat ragu untuk percaya bahwa Islam adalah agama damai.
Pada akhirnya, penelitian ini membawa penulis pada kesimpulan bahwa Islam dan terorisme tidak dapat dipisahkan. Akar teror ala Islam memang adalah inti ajaran Islam. Perintah ini tertanam dalam2 di khotbah, perintah, keputusan, inspirasi, praktek dan contoh2 yang dilakukan oleh Muhammad dan juga para pengikutnya jaman ini, yang hidup dengan pedang menyebar teror dan menggunakannya sebagai senjata yang paling manjur untuk menundukkan musuh yang merintangi usahanya. Jika seorang Muslim mengikuti “ISLAM SEJATI”, yang tidak disensor, asli Islam yang dikhotbahkan dan dipraktekkan oleh Muhammad, orang itu tidak bisa tidak akan jadi TERORIS (klik disini).
B I B L I O G R A P H Y
Tidak seperti tulisan lain yang umumnya meletakkan bibliografi di bagian belakang, kami ingin meletakkan bibliografi di depan uraian ini. Ini untuk memudahkan para pembaca. Pembaca yang serius harus dapat melihat bibliografi dengan mudah untuk memeriksa langsung dan memastikan.
“The Holy Qur’an,” the internet version of three English translations can be read at: http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/]
Ali, Abdullah, Yusuf, “The Holy Qur’an: Translation and Commentary,” Amana Corp., Brentwood, Maryland, 1983.
“The Holy Qur’an,” translated by Maulana Sher Ali, Islam International Publications Ltd., Telford, Surrey, U.K., 1997.
“The Koran, “ Penguin Classic (1956), translated by N.J. Dawood, Penguin Books, London reprint, 1999.
“The Koran,” translated by J.M. Rodwell; first published in 1909; reissued by Phoenix Press, London, 1994.
Pickthall, Mohammad Marmaduke, “The Meaning of the Glorious Koran, Translation and Explanation”; reprinted by Adam Publishers & Distributors, New Delhi, India, 1996.
al-Hilali, Muhammad Taqi-ud-Din(Dr.) and Dr. Muhammad Muhsin Khan, “The Noble Qur’an Transliteration in Roman Script And English Translation of the Meanings,” Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 1996. [The internet version of the English translation by these two modern translators can be read at: [ http://www.witness-pioneer.org/vil/ ]
Makhlaf, Ash-Shaikh Hasnain Muhammad, “Kalimatul Qur’an,” translated by Duraid & Faiz Fatouhi, Kitab Bhavan, 1784 Kalam Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 2nd. ed. 2002.
Abu Dawud, Sulayman b. al-Ash’ath, “Al-Sunaan,” a collection of Hadith, translated in Eng by Prof. Ahmad Hasan:[http://www.luc.edu/orgs/msa/abudawud/index.htm ]
al-Bukhari, Muhammad b. Ismail b al-Mughira, “Sahi al-Bukhari,” translated in Eng by Dr. Muhammad Muhsin Khan:
Muslim, Abu al-Hussain b. al-Hajjaj al-Qushairi, “Sahi Muslim,” translated in English by Adul Hamid Siddiqui:
Malik, ibn Anas ibn Malik, Abdullah al-Asbahi al-Himyari, “Muwatta,” translated in English by A’sha Abdurrahman at-Tarjumana and Ya’qub Johnson: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muwatta/ ]
Ibn Ishaq, Muhammad b. Yasr, “Sirat Rasul Allah,” translated in English by A. Guillaume; first published by Oxford University Press, London in 1955; fifteenth reprint by Oxford University Press, Karachi, Pakistan, 2001.
al-Mubarakpuri, Saifur Sahman, ”The Sealed Nectar (Ar-Raheeq al-Makhtum),” revised edition; translated in English from Arabic by Mahir Abu Dhahab, Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 2002. [An older edition of this book can be read online at: http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/SM_tsn/index.htm ]
Ibn Sa’d, Abu Abd Allah Muhammad, “Kitab al-Tabaqat,” vol ii, translated in English by S. Moinul Haq, Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 1972.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “Muhammad at Mecca,” vol. vi, translated and annotated by W. Montgomery Watt and M.V. McDonald, State University of New York Press, Albany, 1988.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Foundation of the Community, Muhammad at al-Medina,” vol. vii, translated and annotated by M.V. McDonald and W. Montgomery Watt, State University of New York Press, Albany, 1987.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Victory of Islam,” vol. viii, translated by Michael Fishbein, State University of New York Press, Albany, 1997.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Last Years of the Prophet,” vol. ix, translated by Ismail K. Poonwala, , State University of New York Press, Albany, 1990.
Rodinson, Maxine, “Muhammad,” translated from French by Anne Carter; first published in 1971; The New York Press publication, 2002,
Muir, William, “Life of Mahomet” in four volumes, Smith, Elater & Co. London, 1861: [http://www.answering-islam.org/Books/Muir/index.htm ]
Haykal, Muhammad Hussain, “The Life of Muhammad,” translated by Isma’il Razi A. al-Faruqi: [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/default.htm ]
Dashti, Ali, “23 Years: A Study in the Prophetic Career of Mohammad,” translated from Persian by F.R.C. Bagley, Mazda Publishers, Costa Masa, California, 1994.
Hamidullah, Muhammad, “The Battlefields of The Prophet Muhammad,” 3rd. ed., Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 4th., reprint, 1992.
Hughes, Patrick Thomas, “A Dictionary of Islam;” first published in 1886; latest reprint by Kazi Publications Inc,, Chicago, 1994.
Ibn al-Kalbi, Hisham, “The Book of Idols (Kitab Al-Asnam),” translated in English by Nabih Amin Faris, Princeton University Press, 1952. [http://www.answering-islam.org/Books/Al-Kalbi/index.htm ]
al-Misri, Ahmed ibn Naqib, “Raliance of the Traveller (‘Umdat al-Salik),” revised edition, translated by Nuh Ha Mim Keller, Amana Publications, Bettsville, Maryland, 1999.
Hamilton, Charles, “Hedaya,” translated in English in 1870 from the Persian version; reprinted by Kitab Bhavan, 1784 Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 1994.
Doi, Abdur Rahman I.,” Shari’ah: The Islamic Law;” first published in London, in1984; Malaysia reprint by A.S. Noordin, G.P.O. Box No. 10066, 50704, Kuala Lumpur, 1998.
Fouda, Yosri and Nick Fielding, “Masterminds of Teror,” Penguin Books, Australia, 2003.
KATA PEMBUKA
Dunia dengan cepat terbiasa dengan istilah ‘Teror Islam.’ Ini adalah jenis baru terorisme di seluruh dunia. Karena para Jihadis, bom bunuh diri, Hamas, Hezbollah, Al-Qaeda, Lashkar-e-Taiba, Jaishe Muhammad, Islamists, Mullahs, Maulanas, Pirs, Hijabi Women Islam, Jamaah Islamiah, saat ini mendominasi setiap media berita di mana pun di dunia. Cepat atau lambat, kata ‘Teror Islam’ akan termasuk dalam perbendaharaan bahasa kita. Dengan adanya kesadaran akan Islam ini , pertanyaan yang muncul adalah: Apakah teror gaya Islam adalah sesuatu yang baru atau apakah ini adalah hasil perjuangan Jihadis awal seperti yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Muhammad? Tanyakan hal ini pada para pembela Islam dimanapun dan jawabnya pasti adalah: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI, tidak pernah menganjurkan kekerasan, ‘terorisme’-lah yang menyalah gunakan nama Islam; Osama bin Laden dan para Jihadisnya telah membajak Islam dan mereka bukanlah Muslim sejati, para pembom bunuh diri tidak mewakili ajaran Islam yang sebenarnya .. dan seterusnya dan seterusnya.
Di artikel yang rinci ini, dengan menampakan sifat ‘asli’ Islam yang sebenarnya, kami bermaksud meluruskan konsep pemikiran para Islamis di atas. Karena Islam berakar kuat pada masa lampau, maka untuk mencari akar terjadinya ‘kekacauan’ yang banyak dilakukan para pejuang Islam saat ini, kita harus memeriksa kejadian2, perbuatan2, perilaku berdasarkan filosofi dan agama di masa lampau pula oleh para Jihadis awal di bawah pimpinan Muhammad, sang Rasul Allah. Saat kita terus menelaah, kita harus tahu bahwa tidak ada yang disebut sebagai ‘ISLAM MODERAT,’ ‘ISLAM MASA KINI’ atau ‘ISLAM MASA DEPAN.’ Kejadian2 1.400 tahun yang lalulah yang menggerakan semua Muslim waktu lampau, membayangi dan mendorong semua Muslim masa kini dan hal ini akan terus berlangsung di masa depan. Kita harus melihat ke belakang, dan bukannya ke depan, untuk mencari kebenaran tentang Islam. Sama seperti pohon yang hidup dan terus tumbuh karena akarnya dengan kuat tertanam di bawah tanah – dan akar ini tak tampak dari permukaan, begitu pula dengan Islam. Terorisme berakar kuat dalam doktrin yang sangat megah di dunia Islam yang dibayangkan Muhammad. Penggunaan taktik teror ini bukanlah hal yang baru dalam Islam, dan ini adalah sumber hidup yang digunakan Muhammad untuk memaksakan konsepnya akan terwujudnya satu dunia di bawah Islam yang hanya menyembah satu Tuhan, yakni Allah. Di laporan panjang ini, kami telah mencatat serentetan kejadian teror, pembunuhan, penipuan, kebohongan, dan perang yang digunakan untuk memelihara, memajukan dan mengembangkan intisari Islam: masuk Islam, bayar upeti (Jizya) atau mati. Banyak pembaca yang akan kaget dan tidak percaya. Kebanyakan Muslim akan merasa terganggu, marah, frustasi dan tentu akan menyangkal sekuat tenaga. Bagi semua pembaca kami ingin katakan bahwa kami pun mengalami semua tahapan perasaan ini. Waktu aku benar2 menelaah Islam dengan serius di tahun2 pertumbuhanku, aku mulai benar2 mengerti doktrinnya dan kekuatan hidupnya. Sungguh sukar kupercaya orang yang mengaku sebagai utusan Allah dapat menuruti hawa nafsunya sendiri, dan juga memerintahkan pengikutnya untuk melakukan pembunuhan membabibuta, menjarah, merampok, menyiksa dan memperkosa. Pada saat Anda membaca episod demi episod terorisme Islam awal, Anda akan menemukan persamaan dengan terorisme global jaman modern yang dilakukan para Jihadis saat ini. Anda pasti akan menemukan semua unsur operasi teroris jaman sekarang yang sama seperti seribu tahun lalu. Unsur2 ini adalah:
Penyiksaan dan pembunuhan orang2 yang tak mau menganut (Islam)
Penjarahan dan pembersihan ras
Pembunuhan karena alasan politis dan pembunuhan karena balas dendam
Pembunuhan serampangan dan pembantaian rasial
Perampasan harta benda dan pemerkosaan
Pemaksaan untuk memeluk agama Islam atau bayar Jizya
Penindasan aliran lain (penghancuran mesjid2)
Mari kita sekarang menyelidiki sejarah Islam untuk mengetahui bagaimana dan mengapa para Jihadis awal berbuat begitu.
Benih teror ala gaya Islam ditanam ketika Muhammad menandatangani perjanjian dengan tujuh puluh lima (73 pria dan 2 wanita) Ansar (penduduk kota Medina) yang disebut sebagai sumpah kedua Aqaba. Aqaba adalah sebuah gua kecil di perbatasan Mekah. Perjanjian ini dibuat secara rahasia untuk melindungi nyawa Muhammad saat dia ingin hijrah ke Medina. Dalam proses tawar2an, Muhammad minta sumpah tulus dari para Ansar untuk melindungi kaum wanita dan anak2 Muslim. Ketika orang2 Ansar bersumpah setia pada Muhammad, sampai bersedia untuk mengorbankan nyawa mereka untuk melindunginya, Muhammad menjanjikan darah orang2 Mekah dan surga bagi orang2 Ansar. Seperti yang dikisahkan Ibn Ishak, Muhammad berkata pada orang2 Ansar: “Tidak, darah adalah darah dan darah yang tak dibayarkan adalah darah yang tidak dibayarkan. Aku bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku. Aku akan berperang melawan mereka yang berperang terhadapmu dan akan berdamai dengan mereka yang berdamai denganmu.” (Ibn Ishak, pp.204-205)
Tabari menulis saat melakukan sumpah Aqaba, al-Abbas dan Ubadah bin Nadlah berkata bahwa sumpah setia pada Muhammad merupakan pernyataan perang terhadap dunia. Tak lama setelah sumpah kedua Aqaba, Allah merestui pernyataan perang terhadap orang2 yang tak percaya, pertama di ayat 22:40-42 dan lalu di ayat 2:198. (Tabari, vol. vi, p.134)
Dan seperti yang dia janjikan, hari2 Muhammad yang penuh darah dan teror mulai tak lama setelah dia meninggalkan Mekah dengan sejumlah pengikutnya tiba di Medina. Kecuali beberapa, para pengikut ini adalah orang2 yang para penjahat dan pengacau yang sangat miskin dan buta huruf tanpa kemampuan untuk mencari nafkah untuk bisa menghidupi dirinya. Banyak dari pengikutnya yang hidup dalam keadaan yang sangat kotor sampai2 kepala mereka berkutu dan badan mereka sangat bau. Ini Hadis dari Sunan Abu Dawud tentang bau badan aduhai para pengikut awal Muhammad:
Hadis dari Sunan Abu Dawud Buku 32, Nomer 4022:
Dikisahkan oleh AbuMusa al-Ash'ari:
Abu Burdah berkata: Ayahku berkata padaku: Anakku, jika kau melihat keadaan kami ketika bersama Rasul Allah dan hujuan lalu turun ke atas kami, kamu pasti menduga bau badan kami seperti bau domba.
Bahkan Muhammad, sang Rasul Allah juga berkutu di kepalanya! Sungguh sukar dipercaya, bukan? Bacalah di Hadis Sahih Bukhari
Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 47:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Rasul Allah biasa mendatangi Um-Haram bint Milhan yang kemudian menawarkan makanan baginya. Um-Haram adalah istri Ubada bin As-Samit. Rasul Allah suatu waktu mengunjunginya dan dia menyediakan makanan baginya dan mulai mencari kutu di kepalanya. Lalu Rasul Allah tidur, dan lalu bangun sambil tersenyum. Um-Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia berkata, “(Dalam mimpi) beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah berada di atas kapal di tengah laut dan ini membuatku tersenyum, mereka bagaikan raja2 di atas singgasana.” Um-Haram berkata,”O, Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul Allah memohon Allah baginya dan lalu tidur lagi dan bangun sambil tersenyum. Sekali lagi Um-Haram bertanya,”Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia menjawab,”Beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah,’ katanya mengulangi mimpi yang sama. Um-Haram berkata,”O Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul berkata,”Kau adalah diantara mereka yang pertama.” Lalu suatu saat Um-Haram berlayar di laut di masa Kalifah Mu'awlya bin Abi Sufyan, dan setelah dia turun dari kapal, dia terjatuh dari binatang tunggangannya dan lalu mati.
Dua hal penting dalam hidup Muhammad tampak jelas di Hadis di atas. Pertama, dia tidak hidup bersih, jarang mandi sehingga kutu2 bersarang di kepalanya. Kedua, dia akrab dengan istri orang. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa menyentuh kepala seorang pria untuk mencari kutunya jika wanita itu tidak akrab dan hangat dengannya? Dalam hukum Islam melirik wanita asing saja sudah dianggap haram, apalagi disentuh wanita itu. Aku persilakan pembaca untuk merenungkan perilaku moral Muhammad terhadap istri orang dalam Hadis ini dan membandingkannya dengan hukum moral Islam yang dia tentukan sendiri.
Sekarang kembali pada para pengikut Muhammad. Yah, memang hampir semua pengikut2 Muhammad berbau domba! Muhammad membawa mereka ke Medinah untuk mencarikan pekerjaan bagi mereka, tapi tidak ada yang mau memperkerjakan orang2 yang bau, miskin, dan tak berpendidikan ini. Bahkan pekerjaan sehari-hari pun hampir tidak ada bagi mereka. Beberapa dari mereka bekerja sebagai kuli untuk jangka waktu singkat dan setelah itu tidak punya kerjaan lagi. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berhutang kepada orang2 Medinah. Parahnya kemiskinan mereka saat itu dikisahkan oleh Aisha, istri tersayang Muhammad di:
Hadith Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 499:
Dikisahkan oleh Aisha:
Seorang wanita bersama kedua anak perempuannya datang padaku minta sedekah, tapi aku tidak punya apapun kecuali sebuah kurma yang lalu kuberikan padanya. Dia membagi kurma itu untuk kedua anaknya, sedangkan dia tidak makan apapun, dan lalu dia bangkit dan pergi. Lalu sang Nabi datang dan aku beritahu dia tentang kisah ini. Dia berkata,”Siapapun yang kelak dihakimi atau kedua anak perempuan itu dan dia bermurah hati pada mereka, maka kedua anak ini akan jadi perisai baginya terhadap Api Neraka.” (Lihat Hadith No. 24, Vol. 8 ).
Kejutan besar yang nantinya terjadi adalah, para Muslim yang kotor dan miskin ini nantinya menjadi sangat kaya raya. Ini hadisnya yang menerangkan perubahan nasib dari miskin ke kaya raya:
Sahih Bukhari, Volume 2, Buku 24, Nomer 497:
Dikisahkan oleh Abu Masud Al-Ansar:
Apabila Rasul Allah memerintahkan kami untuk berderma, kami biasa pergi ke pasar dan bekerja sebagai buruh untuk bisa beli satu Mudd (takaran gandum) dan lalu mendermakannya. (Saat itu adalah saat penuh kemiskinan) dan sekarang beberapa dari kami punya seratus ribu.
Bagaimana Muhammad dapat menciptakan mujizat seperti itu? Apakah perubahan dari kemiskinan yang sangat ke kekayaan yang melimpah dicapai melalui kealiman, sembahyang, puasa dan anugrah dari Allah? Atau ini dicapai melalui ‘terorisme’? Untuk tahu jawabnya, silakan baca terus.
Saat tidak punya kerjaan atau hanya punya kerjaan kasar saja, kehidupan para pengikut Muhammad menjadi semakin tidak menyenangkan di Medina. Muhammad harus berbuat sesuatu agar mereka dapat bertahan hidup, dan dia harus melakukannya dengan cepat sebelum mereka semua jadi tidak percaya dengan janjinya untuk dapat harta kekayaan milik Khusroo (Kaisar Persia) dan Raja Bizantium. Rodinson (p.162) menulis bahwa orang2 Muslim awal ini tidak punya mata pencarian tetapi kala semua cara untuk hidup layak sudah gagal semua, pilihan terakhir adalah merampok.
Mata pencaharian utama orang Muslim di Medina adalah dari perampokan dan pemaksaan pungutan pajak Jizya bagi non-Muslim. Ini bisa dilihat di Hadis berikut:
Hadith in Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 388:
Dikisahkan oleh Juwairiya bin Qudama At-Tamimi:
Kami berkata pada,”'Umar bin Al-Khattab, O ketua kaum yang beriman! Nasihatilah kami.” Dia berkata,”Aku menasihatimu untuk memenuhi Hukum Allah (yang dibuat dengan kaum Dhimmi) karena itulah hukum Nabimu dan sumber mata pencaharianmu (yakni pajak dari kaum Dhimmi).
[catatan: Hadis ini dihilangkan dari terjemahan kumpulan Hadis Sahih Bukhari oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. Akan tetapi Hadis ini masih ada di versi Internet terjemahan Sahih Bukhari]
Jadi bagaimana Muhammad mendapatkan mata pencaharian di Medina? Pekerjaan apa sih yang dilakukannya? Bidang apa yang dikerjakannya? Bisnis apa yang dia lakukan? Pertanyaan2 ini tetap tidak terjawab. Semua kumpulan Hadis, Sunna, Sirah (biografi Nabi) tidak memberikan keterangan apapun tentang pekerjaan/profesi Muhammad yang terhormat untuk menafkahi dirinya dan istri2 dan gundik2nya yang terus semakin bertambah. Keterangan tentang pekerjaan Muhammad ada di sini:
Hadis Sahih Bukhari, Vol. IV, bab 88:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar bahwa sang Nabi berkata,”Mata pencaharianku ada di bawah bayangan tombakku, (1) dan dia yang tidak menaati perintahku akan dihinakan dengan membayar Jizya.”Catatan: (1) “Di bawah bayangan tombakku” berarti “dari jarahan perang”.
Yah, memang begitulah. Muhammad, sang Rasul Allah, menafkahi dirinya dengan cara merampok, dan Hadis di atas dengan jelas menyatakannya. Juga patut diperhatikan bahwa Hadis ini telah dihilangkan dalam versi Internet Sahih Bukhari. Hadis yang sukar dipercaya ini hanya dapat ditemukan di terjemahan cetak asli “The Translation of Sahi Bukhari” oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. [Ref: The Translation of the Meanings of Sahih Al-Bukhari, Arabic-English, Vol.IV (page 104) by Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University—Al-Medina Al-Munauwara]. Silakan periksa sendiri referensi itu kalau kau tak percaya. Menarik untuk diperhatikan catatan kaki oleh penerjemah yang menerangkan bahwa ‘tombak’ adalah ‘barang jarahan’, sungguh pintar.
Kalau kau pikir ini sukar dipercaya – bahwa seorang utusan Allah, ciptaan Allah yang terbaik ternyata memakai pedangnya (baca: terorisme) untuk cari nafkah – maka teruslah baca karena banyak hal lain yang bahkan lebih mengejutkan. Di Hadis Sahih Muslim ditulis jelas tanpa ragu bahwa Muhammad dan pengikutnya memang menggunakan pedang untuk melakukan terorisme (komentar dalam kurung adalah dari penerjemah Hadis ini):
Hadis Sahih Muslim, Book 004, Number 1066:
Abu Huraira melaporkan: Rasul Allah berkata aku telah dibantu teror (dalam hati musuhnya); aku telah menerima firman2 yang pendek tapi jelas artinya, dan ketika aku tidur aku diberikan kunci2 harta benda dunia yang diletakkan di tanganku.
Jika Hadis2 yang sangat jelas itu belum juga terasa cukup meyakinkan untuk membuktikan Muhammad menggunakan terorisme untuk memperkaya para pengikutnya, ini ada satu lagi:
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 220:
Dikisahkan oleh Abu Huraira: Rasul Allah berkata,”Aku telah diberi perintah2 yang sangat pendek dengan arti yang sangat luas, dan aku telah dibuat menang melalui teror (yang ditaruh di hati musuh), dan ketika aku tidur, kunci2 harta benda dunia diberikan padaku dan diletakkan ke dalam tanganku.” Abu Huraira menambahkan: Rasul Allah telah meninggalkan dunia dan sekarang kau, orang2, membawa ke luar harta benda itu (yang tidak dinikmati oleh Nabi).
Untuk mewujudkan perkataannya, Muhammad bahkan mengumumkan bahwa barang jarahan atau hasil rampokan adalah halal baginya, dan ini ditegaskan di sini:
Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 53, Number 351:
Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata,”Barang jarahan adalah halal bagiku.”
Hadis berikut menerangkan bahwa Muhammad mendirikan mesjid2 dengan biaya dari hasil rampokan, jarahan dan pungutan pajak paksa Jizya terhadap non-Muslim. Bacalah Hadis ini dengan teliti dan kau akan mengerti mengapa banyak orang tertarik untuk bergabung dengan Muhammad dan Islamnya. Ya, alasannya hanyalah keserakahan dan nafsu akan uang dan kekayaan semata-mata. Muhammad melanggar semua hukum dan aturan masyarakat mapan yang beradab hanya untuk memuaskan keserakahan pengikut2nya. Ini hadisnya:
Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 390:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul Allah suatu saat berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Ketika Rasul Allah telah mati, uang dari Bahrain tiba, dan Abu Bakr mengumumkan,”Bagi yang telah dijanjikan oleh Rasul Allah, silakan datang padaku.” Lalu aku menghadap Abu Bakr dan berkata,”Rasul Allah berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Setelah mendengar itu Abu Bakr berkata padaku, “Ciduklah (uang) dengan kedua tanganmu.” Aku ciduk uang dengan kedua tanganku dan Abu Bakr memintaku menghitungnya. Aku menghitung dan jumlahnya adalah lima ratus (keping emas). Jumlah seluruhnya yang dia berikan padaku adalah seribu lima ratus (keping emas).
Dikisahkan oleh Anas: Uang dari Bahrain dibawa kepada Nabi. Dia berkata,”Sebarkan uang itu di Mesjid.” Inilah jumlah uang terbesar yang pernah diserahkan kepada Rasul Allah. Saat itu Al-‘Abbas datang padanya dan berkata,”O Rasul Allah! Berilah aku uang karena aku memberikan uang tebusan diriku dan Aqil.” Sang Nabi berkata padanya,”Ambillah.” Dia menciduk uang dengan kedua tangannya dan menuangkannya di atas bajunya dan mencoba mengangkatnya tapi tidak bisa dan dia minta pada sang Nabi,”Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas berkata,”Kalau begitu, maukah kau membantuku mengangkatnya?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas membuang sebagian uang, tapi tetap saja dia tidak kuat mengangkutnya, dan dia sekali lagi meminta pada Nabi,” Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu, Al-‘abbas membuang sebagian lagi uang dan memikulnya di pundaknya dan lalu pergi. Sang Nabi terus melihatnya terpesona akan keserakahannya sampai dia menghilang dari penglihatan. Rasul Allah tidak beranjak dari tempat itu sampai tidak ada satu Dirham pun tersisa dari uang itu.
Sekarang mari kita lihat bagaimana Jihadis Muslim awal memilih korban teror mereka. Setelah mencari2 mangsa, Muhammad mengetahui bahwa dia hanya punya dua pilihan: merampok orang2 Medina atau merampok kafilah2 orang Mekah yang kaya raya di jalur dagang Mekah – Medina. Ia tentu saja tidak bisa merampok sekutunya sendiri orang Medina (orang Ansar) karena ini sama dengan bunuh diri. Pilihan lain yang tersisa adalah merampok orang2 Yahudi dan musuh bebuyutannya orang2 Mekah Quraysh yang pada umumnya menolak ajaran agamanya. Dia belum bisa mengganggu orang2 Yahudi terlalu awal karena dia telah membuat perjanjian damai dengan mereka. Dia tidak punya alasan sah untuk menyerang dan merampas tanah dan harta benda mereka. Perlu diingat bahwa di kegiatan2 perampokan awal, Muhammad tidak mau orang2 Ansar terlibat di dalamnya. Ini karena dia tidak mau mengecewakan orang2 Medina dengan menampakkan wajah belangnya yang asli. Dia juga takut jika usaha perampokannya gagal, maka kaum Ansar tidak lagi kagum dan hormat padanya. Karena itu, pada mulanya, dia tidak mengundang kaum Ansar untuk ikut bagian dalam kegiatan terornya. Dia perlu menunjukkan pada tuan tanah tempat tinggalnya yaitu orang Medinah, bahwa terorisme memang adalah usaha yang menguntungkan!
Karena tidak mungkin untuk menjarah orang2 Yahudi, maka pilihan satu2nya yang tersisa adalah menyerang dan menjarah kafilah2 Quraysh. Meskipun demikian, saat itu dia hanya punya segelintir prajurit. Dia tidak akan mampu melancarkan serangan telak terhadap tentara Quraysh yang perkasa, dan memang perkiraannya tepat. Sebenarnya karena alasan takut akan tentara Quraysh itulah dia meninggalkan Mekah.
Dia lalu dapat gagasan cemerlang. Rencananya adalah untuk menyergap pedagang2 Quraysh pada saat mereka sedang lengah, yakni pada saat mereka sedang sendirian, tidak banyak tentara, atau jauh dari tempat aman di Mekah. Ini berarti menyerang kafilah2 pedagang Quraysh, meneror dan merampok mereka di perjalanan dagang dengan Syria atau saat mau balik ke Mekah. Tapi Muhammad juga penuh perhitungan dan tidak terburu-buru. Dia sabar menunggu kesempatan baik untuk menyerang kafilah2 Quraysh yang sedang lengah. Rencana ini memang sangat cerdik dan licik. Tidak dapat disangkal bahwa dengan penjarahan ini Muhammad dapat mengompori pengikutnya, para Jihadis, untuk membalas dendam pada “penyiksa” mereka dan di waktu yang sama mereka juga dapat banyak harta jarahan yang sebelumnya tidak dapat disediakan Muhammad pada para Muhajirs (pengikut Nabi yang setia yang pindah dari Mekah ke Medina) yang miskin dan kelaparan ini.
Dengan pemikiran ini, Muhammad mulai bergerak. Dia mengirim beberapa mata2 untuk mencari tahu kegiatan2 kafilah Mekah. Akan tetapi, kafilah2 Quraysh selalu dilindungi dan dijaga baik2 oleh para tentara penjaga keamanan untuk mencegah dirampok di jalan. Meskipun begitu, Muhammad tetap mencoba keberuntungannya karena kafilah2 Mekah itu penuh dengan harta benda yang sangat berharga. Biografer (penulis kisah hidup) Nabi apologis (= berusaha menutupi kejelekan Islam) seperti Hussein Haykal, (Haykal, Ch. The First Raids and Skirmishes) tentu mencoba mencari pembenaran dengan mengatakan bahwa para Muhajir dari Mekah rindu pulang kampung dan sedang cari kesempatan untuk balas dendam. Memang merasa rindu kampung halaman sih wajar saja, tapi alasan yang sangat jelas untuk merampok kafilah Quraysh adalah karena ingin menjarah dan merampas harta benda. Sederhana saja dan sudah jelas. Alasan Haykal ini pupus karena setelah Muhammad menaklukkan Mekah, tidak ada satu pun Muhajir yang katanya tadi ‘rindu kampung halaman’ yang mau balik pulang ke Mekah.
Mari kita bahas secara singkat penyergapan atau serangan teror atas kafilah Quraysh. Ada pertentangan mana perampokan atas kafilah Quraysh yang pertama dilakukan Muhammad. Ibn Ishak menulis bahwa Muhammad sendiri melaksanakan serangan pertama, dan ini adalah terhadap kafilah di Waddan. Buku Ibn Ishak tidak cukup memberi keterangan kapan hal ini terjadi. Waqidi menulis bahwa serangan pertama dipimipin oleh Hamzah. Biografer2 lain setuju dengan versi Waqidi tentang tanggal2 penyerangan2 Muhammad. Kami juga akan menggunakan keterangan Waqidi tersebut.
Catatan: Tanggal2 adalah perkiraan saja.
Teror Satu
Serangan atas Kafilah Quraysh di al-Is, atau Ekspedisi Sif al-Bahr oleh Hamzah ibn al-Muttalib--March, 623CE
Ekspedisi / Perampokan pertama terhadap kafilah Quraysh terjadi sekitar tujuh atau sembilan bulan setelah Hijrah. Ekspedisi ini dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muttalib (paman Muhammad), dengan 30 atau 40 orang emigran (yang pindah dari Mekah ke Medina). Tujuan ekspedisi, seperti yang telah diterangkan sebelumnya, adalah untuk merampok kafilah Quraysh. Gerombolan perampok yang dipimpin Hamzah ini berkumpul di tepi pantai deka al-Is, diantara Mekah dan Medina, di mana pemimpin kafilah Abu Jahl ibn Hashim berkemah bersama 300 orang Mekah. Hamza dengan beberapa orang bertemu Abu Jahl di sana untuk menyerang kafilah, tapi Majdi b. Amr al-Juhani, seorang Quraysh yang tidak ada permusuhan dengan kedua pihak melerai keduanya sehingga mereka semua berpisah tanpa pertempuran.
Petualangan Muhammad pertama dalam perang dan perampokan ternyata gagal. Hamzah kembali ke Medina dan Abu Jahl melanjutkan perjalanan ke Mekah. Usaha perampokan gagal karena para Muslim takut menghadapi konvoi Quraysh yang kuat, dan mereka kembali ke Medina dengan tangan kosong.
Teror Dua
Serangan atas Kafilah Mekkah di Buwat oleh Ubaydah b. al-Harith---April, 623CE
Serangan ini terjadi sembilan bulan setelah hijrah, beberapa minggu setelah serangan pertama di al-Is gagal.
Kira2 sebulan setelah kegagalan Hamzah untuk merampok, Muhammad mengirim 60 Jihadis dipimpin oleh Ubaydah b. al-Harith (saudara sepupunya) untuk melakukan operasi teror terhadap kafilah Quraysh yang kembali dari Syria dan dikawal oleh 200 pasukan keamanan bersenjata. Ketua kafilah adalah Abu Sufyan ibn Harb atau Ikrima b. Abu Jahl. Gerombolan Muslim pergi sampai jauh ke Thanyatul-Murra, tempat mata air di Hejaz. Tidak ada pertempuran yang terjadi karena orang2 Quraysh ternyata berada terlalu jauh dari para Muslim. Meskipun demikian, Sa’d bin Waqqas, seorang Jihadis sejati, menembakkan sebuah panah ke orang2 Quraysh. Ini adalah panah pertama Islam. Panah2 yang kemudian ditembakkan mengejutkan orang2 Quraysh. Ini merupakan serangan mendadak dan memperingatkan mereka akan bahaya yang timbul kemudian. Akan tetapi, tidak ada pertempuran yang terjadi dan orang2 Muslim kembali dengan tangan kosong. Beberapa orang berpendapat bahwa Ubaydah adalah Jihadis yang pertama yang membawa bendera Islam, tapi orang lain berkata bahwa Hamzah lah yang pertama. Beberapa berpendapat Muhammad memerintah Ubaydah untuk melakukan penyerangan ketika Muhammad sedang kembali dari perampokan al-Abwa (lihat Teror Empat).
Teror Tiga
Serangan atas Kafilah Mekah di Kharar, oleh Sa’d ibn Waqqas -- April, 623CE
Usaha berani Sa’d ibn Waqqas yang menembakkan panah2 pada orang2 Quraysh (lihat Teror Dua) tentunya telah membuat Muhammad kagum. Saat itu Sa’d berusia 20 – 25 tahun. Meskipun begitu, usia mudanya tidak jadi penghalang bagi Muhammad untuk menunjuknya sebagai ketua gerombolan perampok yang berjumlah 20 orang (sumber lain mengatakan 8 orang saja) terhadap kafilah Mekkah. Semuanya adalah kaum Muhajir. Jadi satu bulan kemudian, operasi teroris ketiga dilaksanakan di bawah pimpinan Sa’d yang masih muda. Sa’d dan gerombolannya menyusun siasat untuk menyergap di lembah Kharrar di jalan menuju Mekkah dan menunggu untuk menyerang kafilah Mekkah yang kembali dari Syria.
Mereka mau menyergap diam2. Meskipun begitu, dengan kecewa berat mereka akhirnya menyadari bahwa kafilah Mekkah telah berhasil mengelabui mereka dan telah berlalu dari tempat itu sehari sebelumnya. Orang2 Muslim kebali ke Medina dengan tangan hampa.
Teror Empat
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah dan terhadap Bani Damrah di al-Abwa/ Waddan oleh Muhammad—August, 623CE
Muhammad menjadi sangat frustasi dengan kegagalan2 tiga usaha penyerangan untuk merampok kafilah2 pedagang Quaish. Waktunya semakin mendesak, dan dia merasakan tekanan untuk mengahasilkan harta benda bagi para pengikutnya. Dengan beban tekanan ini dalam pikirannya, dia sendiri lalu memimpin para pengikutnya untuk merampok. Usaha ini dikenal sebagai serangan di al-Abwa, yang juga dikenal sebagai Ghazwah dari Waddan. Telah dikatakan sebelumnya, dia sendiri kali ini yang memimpin penyerangan yang diarahkan ke Abwa, daerah tempat ibunya dikuburkan. Ia kaget sekali sewaktu tiba di tempat itu dan mendapatkan kafilah Quraish ternyata telah berlalu. Karena kecewa, dia lalu menyerang Bani Damra berada dekat di situ dan memaksa mereka untuk membuat perjanjian tidak menyerang (oleh B. Damra). Perjanjian inilah yang pertama ditulis oleh Muhammad dengan suku asing. Perjanjian ini memberi keutungan baginya karena mencegah B. Damra menyerangnya atau membantu musuh Muhammad yakni orang2 Quraish. Sebagai gantinya, Muhammad tidak akan memerangi suku B. Damra. Lalu Muhammad pergi sampai ke Waddan untuk mengejar kafilah Quraish, tapi mereka berhasil menghindarinya. Meskipun dia gagal menjarah harta orang2 Quraish, tapi di cukup pintar untuk membuat perjanjian dengan suku B. Damra yang merupakan suku nomad. Perjanjian ini memberinya sekutu untuk menyerang kafilah2 Quraish. Setelah itu, dia balik ke Medina.
Sariyah atau brigade berarti kekuaan militer kecil yang dikomando oleh seorang dari letnan2 di bawah Imam. Ada referensi di Sahih Bukhari tetang usaha terorisme pertama yang dilakukan oleh Muhammad secara pribadi:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 256:
Dikisahkan oleh As-Sab bin Jaththama:
Sang Nabi melaluiku di tempat yang bernama Al-Abwa atau Waddan, dan ditanyai apakah boleh menyerang pasukan pagan pada malam hari dengan kemungkinan membahayakan kaum wanita dan anak2 mereka. Sang Nabi berkata,”Mereka (yakni para wanita dan anak2) berasala dari mereka (kaum pagan).” Aku juga mendengar Sang Nabi berkata,”Pembentukan Hima tidak layak kecuali bagi Allah dan RasulNya.”
Hadis ini dengan jelas mengatakan bahwa dalam operasi terornya, Muhammad bahkan tidak mengasihani para wanita dan anak2 kaum pagan.
Teror Lima
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah yang Banyak Harta di Bawat oleh Muhammad—October, 623 M
Sebulan setelah dia menyerang al-Abwa, Muhammad sendiri memimpin dua ratus orang termasuk beberapa penduduk Medina menuju Bawat, tempat dalam jalur perjalanan kafilah pedagang Quraish. Waktu itu kafilah Quraish berjumlah 1.500 sampai 2.500 unta, dijaga oleh 100 pengawal, di bawah pimpinan Umayyah ibn Khalaf, yang juga orang Quraish. Tujuan penyerangan ini sudah jelas, yakni untuk merampok kafilah Quraish yang memuat sangat banyak harta ini.
Tidak ada pertempuran yang terjadi dan penyerangan tidak menghasilkan barang jarahan apapun. Muhammad lalu pergi ke Dhat al-Saq, di padang pasir al-Khabar. Dia sembahyang di sana dan sebuah mesjid didirikan di tempat itu. Ini adalah untuk pertamakalinya orang2 Ansar al-Usharayh mengambil bagian dalam usaha perampokan. Mereka tertarik untuk ikut merampok karena kemungkinan bisa kaya dari penjarahan.
Teror Enam
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah di al-Ushayrah, di daerah Yanbo oleh Muhammad—November, 623M
Ini adalah usaha perampokan ketiga yang dipimpin Muhammad sendiri. Sekitar 150 sampai 200 orang (perhatikan jumlah Jihadis yang bertambah dalam usaha perampokan) ikut dalam operasi teror ini. Mereka punya 30 unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Ketika mereka tiba di al-Usharayh di daerah Yanbo, mereka berharap bisa menyergap kafilah Mekah yang kaya raya yang menuju ke Syria dipimpin oleh Abu Sufyan. Muhammad sudah mendengar dari mata2nya bahwa kafilah ini berangkat dari Mekah. Dia menunggu selama lebih dari sebulan untuk menyergap kafilah ini. Sayangnya, dia terlambat karena sewaktu Muhammad tiba, kafilah Mekah sudah lewat. Para pembaca harus ingat akan penyerangan ini, sebab kafilah yang sama inilah yang nantinya dijarah dalam perampokan Badr yang terkenal itu saat kafilah kembali dari Syria ke Mekah. Dalam operasi ini, Muhammad bersekutu dengan Bani Mudlij, sebuah suku yang tinggal di daerah al-Usharayh. Dia juga membuat perjanjian dengan Bani Damra. Semua perjanjian2 itu membentuk hubungan politik yang baik baginya.
Teror Tujuh
Penyerangan terhadap Unta2 Perah Muhammad di Badr (Badr I) oleh Kurz ibn Jabir al-Fihri—December, 623M
Setelah enam usaha penyerangan terhadap kafilah2 Quraish, akhirnya orang Quraish jadi marah. Sekarang saatnya bagi mereka untuk membalas dan menyampaikan pesan keras pada Muhammad bahwa usaha perampokan jalanannya tidak bisa dibiarkan untuk selamanya. Dengan alasan ini, Kurz ibn Jabir al-Fihri dari suku Quraish menyerang daerah Medina di mana unta2 perah Muhammad sedang merumput. Ini terjadi 10 hari setelah Muhammad kembali ke Medina dari usaha perampokannya yang tidak berhasil terhadap kafilah Quraish di al-Usharayh. Setelah mendengar serangan ini, Muhammad dengan cepat mencari Kurz sampai dia mencapai lembah Safwa, dekat Badr. Ini adalah serangan Badr pertama. Kurz berhasil melarikan diri; Muhammad kembali ke Medina dan diam di sana sampai tiga bulan kemudian. Dikatakan kemudian bahwa Muhammad akhirnya berhasil menangkap Kurz dan Kurz lalu memeluk Islam.
Teror Delapan
Penyerangan Kafilah Mekah di Nakhla oleh Abd Allah ibn Jahsh, Perampokan Pertama yang Berhasil —December, 623M
Setelah dia kembali dari Badr, Muhammad mengirim Abd Allah b. Jahsh di Rajab dengan delapan orang emigran (yang ikut hijrah) dan tanpa orang2 Ansar untuk melakukan operasi teror lagi. Abd Allah b. Jahsh adalah saudara sepupu Muhammad. Orang2 yang ikut dalam operasi ini adalah: 1. Abu Haudhayfa 2. Abd Allah b Jahsh 3. Ukkash b. Mihsan 4. Utba b. Ghazwan 5. Sa’d b. Abi Waqqas 6. Amir b.Rabia 7. Waqid b. Abd Allah and 8. Khalid b. al-Bukayr. Beberapa ahli sejarah berkata mereka berjumlah sekitar 7 sampai 12 orang. Nama2 ini layak untuk diingat karena nama2 ini akan muncul lagi di banyak operasi2 teror lainnya. Muhammad memberi sebuah surat kepada Abd Allah b. Jahsh, tapi tidak boleh dibaca sampai dia telah pergi dua hari kemudian di perjalanan dan dia lalu harus melakukan apa yang diperintahkan di surat itu tanpa memberi beban pada kelompoknya. Abd Allah pergi sampai hari kedua dan dia kemudian membaca surat itu yang memerintahkan agar dia bergerak sampai mencapai Nakhla, yang terletak diantara Mekah dan Taif. Dia harus bertiarap menunggu orang2 Quraish dan mengamati apa yang mereka lakukan. Abd Allah b. Jahsh mengatakan kepada kelompoknya bahwa siapa yang mau memilih martirdom (baca:terorisme) boleh bergabung dengannya, dan siapa yang tidak mau, dipersilakan pulang. Semua anggota kelompok setuju untuk ikut dengannya (beberapa penulis biografi menulis bahwa dua Muslim memilih untuk tidak jadi martir dan pulang ke Medina). Sa’d b. Abi Waqqas dan Utbah b. Ghazwan kehilangan seekor unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Unta ini nyasar dan pergi ke Buhran. Maka mereka pun pergi mencari unta yang melarikan diri itu ke Buhran dan mereka ketinggalan kelompoknya.
Seperti yang diperintahkan oleh sang Nabi, Abd Allah dan kelompoknya lalu bergerak maju dan sebentar kemudian tiba di Nakhla. Nakhla adalah sebuah lembah di bagian timur Mekah, separuh perjalanan ke Taif. Ini adalah jalur umum ke Syria yang digunakan kafilah2 Mekah. Muhammad dengar dari pengintainya bahwa kafilah Mekah yang memuat banyak harta dan dikawal sedikit penjaga, membawa kismis2 kering, anggur, kulit dan berbagai harta benda sebentar lagi akan lewat melalui jalur ini.
Empat penjaga Quraish mengawal kafilah keledai ini. Mereka adalah:
Amr b. al-Hadrami. Dia adalah pemimpin kafilah.
Uthman b. Abd Allah b. al-Mughirah.
Nawfal b. Abd Allah b. al-Mughirah, saudara laki Uthman.
Al-Hakam b. Kaysan, budak yang dimerdekakan (Mawla) oleh Hisham b. al-Mughirah.
Tak lama kemudian, kafilah Mekah tiba di Nakhla dijaga oleh empat orang Quraish. Ketika mereka melihat orang2 Muslim, mereka jadi waspada. Satu dari orang2 Abd Allah b. Jahsh, yakni Ukkash b Mihsan menggunduli rambut kepalanya untuk menutupi maksud mereka yang sebenarnya dan untuk membuat orang Quraish mengira mereka baru saja naik Haji (Umra), karena memang pada saat itu adalah bulan suci (Rajab) di mana tidak diperbolehkan melakukan perang. Ketika orang Quraish melihat kepala botak Ukkash, mereka mengira orang2 Muslim ini baru kembali dari naik haji dan mereka merasa lega dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka sendiri. Ini adalah cara bagaimana Jihadis Muslim mengelabui korban2nya. Adalah kebiasaan/tradisi yang kuat bahwa pada bulan suci, yaitu di awal atau akhir bulan Rajab (pendapat para ahli sejarah berbeda-beda), Rajab adalah salah satu dari empat bulan suci di mana tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengadakan perang atau pertumpahan darah di Jazirah Arabia. Abd Allah b. Jahsh juga tahu akan tradisi ini dan dia merasa ragu untuk menyerang. Meskipun begitu, setelah berkali-kali gagal, orang2 Muslim ini tidak mau membiarkan kafilah yang banyak harta ini lewat begitu saja. Karenanya, mereka memutuskan untuk membunuh orang2 Quraish sebanyak mungkin dan mengambil hasil jarahan sebanyak-banyaknya. Mereka menyerang orang2 Quraish pada saat mereka sedang sibuk menyiapkan makanan. Dalam pertempuran itu, Waqid b. Abd Allah membunuh Amr b. Hadrami, ketua kafilah Quraish. Nawfal b.Abd Allah melarikan diri. Orang2 Muslim menangkap Uthman b. Abd Allah dan al-Hakam b. Kaysan.
Abd Allah b. Jahsh kembali ke Medina dengan barang jarahan dan dua tawanan Quraish. Dia sudah mengambil keputusan untuk memberikan seperlima barang jarahan kepada Muhammad, dan membagi sisanya diantara mereka. Pembagian yang umum bagi pemimpin kelompok perampok saat itu adalah seperempat barang jarahan. Tidak jelas mengapa Abd Allah b. Jahsh memberi seperlima barang jarahan, karena Allah sendiri sebenarnya belum menentukan pembagian Khumus (jatah jarahan buat kepala perampok) untuk Muhammad di QS 8:41. Ayat ini dikeluarkan setelah perang Badr, yang terjadi setelah perampokan di Nakhla.
.
QS 8:041
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Karena pertumpahan darah ini terjadi di bulan suci, Muhammad tidak mau untuk memulai pembunuhan balas dendam yang tak kunjung selesai. Orang2 Quraish juga menyebarkan berita ke mana2 tentang perampokan dan pembunuhan yang dilakukan Muhammad di bulan suci. Karena itu, dia menegur orang2 Muslim yang berperang di bulan suci dan dia tidak mau menerima jatah jarahan perampokan. Lalu ayat QS 2:217 tentang perang di bulan suci pun muncul.
QS 2:217
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Ayat ini mengijinkan Muhammad untuk melaksanakan perang selama bulan2 suci. Setelah itu Abd Allah b. Jahsh membagi-bagi barang jarahan, seperlima bagi Muhammad. Muhammad juga ingin mendapat uang lebih dengan meminta uang tebusan bagi dua tawanan. Akan tetapi, Muhammad tidak mau menerima uang tebusan dari orang2 Quraish sebelum dua orangnya, yakni Sa’d b. Abi Waqqas and Utbah b. Ghazwan kembali dari mencari unta mereka. Dia takut orang2 Quraish membunuh mereka berdua jika menemukan mereka. Ketika Sa’d dan Utbah kembali tanpa luka, Muhammad membebaskan dua tawanan Quraish dengan bayaran 1.600 Dirham (1 Dirham = 1/10 Dinar; 1 Dinar adalah 4.235 gram emas) per kepala. Dilaporkan kemudian bahwa setelah dibebaskan, Hakam b. Kaysan jadi Muslim, mungkin karena melihat sendiri betapa mudah jadi kaya melalui terorisme a la gaya Islam. Nantinya dia lalu mati di pertempuran Bir Mauna. Tawanan lain, Uthman b. Abd Allah kembali ke Mekah dan mati sebagai non-Muslim.
Nama Islam yang bagi perampokan yang berhasil ini adalah ‘Serangan Nakhla.’ Ini adalah serangan pertama di mana orang2 Muslim menangkap tawanan, dan pertama kali mereka mengambil nyawa. Karena sukses ini, Abd Allah digelari Amir al-Mominun, yakni pemimpin yang beriman. Setelah sukses merampok di Nakhla, Muhammad merasa kuat secara militer dan menegakkan aturan yang mengesahkan pembagian jarahan perang. Dia sebenarnya melegalkan dan mengesahkan perampokan.
Keberhasilan merampok ini membuat orang2 Mekah jadi sangat waspada, sebab kemakmuran mereka bergantung sepenuhnya atas perdagangan rutin dan tidak terputus dengan Syria. Perdagangan dengan Abyssinia dan Yemen kurang penting. Bahkan kafilah pedagang menuju Abyssinia dan Yemen tidak aman pula dari serangan tentara Muhammad. Serangan Nakhla itu muga membuat jengkel orang2 Mekah. Mereka sekarang percaya bahwa Muhammad tidak menghormati nyawa orang dan sama sekali tidak mengindahkan peraturan damai di bulan2 suci. Karenanya, orang2 Mekah ingin membalas dendam dengan pertumpahan darah. Akan tetapi, orang Quraish menahan kemarahan mereka. Muhammad masih punya beberapa pengikut yang tinggal di Mekah, termasuk anak perempuannya sendiri yakni Zaynab. Orang2 Quraish tidak membalas dendam atas pengikut2 Muhammad dan anaknya di Mekah dan tidak pula berusaha menyakiti Zaynab.
Sebaliknya dengan Muhammad. Setelah sukses di Nakhla, dia merencanakan untuk melakukan serangan yang lebih hebat lagi terhadap orang2 Quraish. Allah sekarang memberinya ijin untuk berperang melawan non-Muslim di ayat2 22:39-42, 2:190-194. Serangan di Nakhla dianggap sah karena orang Mekah dianggap mengusir keluar orang2 Muslim. Akan tetapi, alasan sebenarnya adalah “sampai agama yang ada hanyalah agama Allah”. Ini berarti, sampai semua orang Mekah (atau seluruh dunia) memeluk Islam.
QS 22:39
Telah diizinkan berperang bagi orang2 yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka.
QS 22.40
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,
QS 22:41
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
QS 22.42
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Aad dan Tsamud,
QS 2.190
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
QS 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
QS 2:192
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Q 2:193
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
QS 2.194
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Bagi mereka yang ragu2 untuk ikut perampokan akan dimarahi. Wahyu Allah bagi hal ini datang di ayat Q 47:20-21. Ayat2 ini memberi garansi surga bagi mereka yang berperang (atau menteror dan merampok) bagi Islam, yakni Jihad, dan mereka mati terbunuh.
QS 47:20
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.
QS 47.21
Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
Allah kemudian menyuruh para teroris ini untuk “pancunglah batang leher mereka yang tak beriman, kalahkan mereka semua, dan ikat mereka erat2” di ayat Q 47:3-4.
QS 47: 3
Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mu'min mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.
QS 47: 4
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka semua maka ikatlah mereka kuat2 dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.
Lebih jauh lagi, para Muslim diharapkan untuk tidak hanya berperang, tapi juga menyumbang secara material untuk menutupi biaya perang (Q 4:66-67, 9:88, 9:111), untuk membunuh dan dibunuh. Siapa saja yang mau melakukan hal ini dijanjikan kedudukan tinggi di surga (Q 4:74, 4:95). Para Muslim diminta untuk mempersiapkan kemampuan apapun yang mereka miliki, tentara2, kuda2, dll. untuk mewujudkan teror di dalam hati non-Muslim (ingat kata2 Dr. Mahathir yang terkenal tentang orang Yahudi di konferensi OIC di akhir 2003?) (Q 9:73, 123, 8:60).
QS 4:66
Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),
QS 4:67
dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,
QS 9:88
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
QS 9:111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
QS 4: 74
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.
QS 4:95
Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,
QS 9:73
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
QS 9:123
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.
QS 8:60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Pesan2 ini disebarluaskan dalam waktu dua atau tiga tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina. Pesan2 ini tidak hanya untuk para Muhajir (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) tapi juga bagi semua lelaki di Medina.
(Catatan: Mulai sekarang, untuk menghemat tempat, yang akan kami sebut hanyalah nomer ayat saja)
Teror Sembilan
Perang Badr II Dipimpin oleh Muhammad—March, 624M
Telah disebutkan sebelumnya (Teror 6) bahwa Muhammad dan gerombolannya meleset sedikit dalam usaha merampok kafilah Quraish pimpinan Abu Sufyan. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika Muhammad tiba di al-Ushayra untuk menyerang kafilah ini, dia tertegun waktu tahu bahwa rombongan kafilah banyak harta ini sudah berlalu dua hari sebelum dia sampai di sana. Tentu saja, gerombolannya yang haus jarahan perang merasa kecewa dengan kegagalan ini. Akan tetapi Muhammad sudah memperkirakan bahwa kafilah yang sama mungkin dapat diserang sewaktu kembali dari al-Sham (Syria). Yang dibutuhkan sekarang adalah kesabaran menunggu selama tiga bulan untuk menyerang kafilah itu waktu kembali. Dengan kemungkinan ini, Muhammad mulai merekrut anggota Jihadis baru untuk perampokannya yang berikut.
Di mesjidnya, dia memanggil orang2 Muslim dan mengiming2i mereka untuk menyerang kafilah Quraish yang memuat banyak harta benda. Dia berkata pada kelompoknya,”Kafilah Quraish ini memuat harta kekayaan kita. Pergilah dan seranglah mereka, mungkin Tuhan akan memberikan mereka sebagai mangsa kita.” Meskipun begitu, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini kepada penduduk lokal Medina tentang usaha perampokan untuk dapat barang jarahan. Mereka selalu mengira dia itu Nabi yang rendah hati, sangat suci, terhormat, cinta damai, tak suka berperang, penuh kasih sayang dan belas kasihan. Banyak Muslim yang sangat kaget dengan apa yang dikatakan Muhammad saat berkumpul di mesjid itu dan mereka tidak percaya ketika dia mengajak mereka untuk bergabung dengannya dalam usaha merampok. Mereka benar2 kaget. Akan tetapi, angan2 dapat harta jarahan lalu menguasai pikiran mereka dan akhirnya banyak yang bergabung untuk dapat kesempatan memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan cara merampas harta orang lain.
Tentang kekayaan hasil curian ini, Rodinson menulis (Rodinson, hal. 162):
“Ketika usaha perampokan mulai menghasilkan kekayaan, banyak orang Medina yang bergabung meskipun pada kenyataannya persetujuan antara pihak mereka dan Muhammad tidak mengharuskan mereka untuk ikut serta dalam usaha perampokannya.”
Reaksi dari ajakan Muhammad berbeda-beda. Banyak orang yang mau ikut kelompoknya, tapi banyak pula yang harus dipaksa dan ditekan untuk jadi bandit Muslim. Muhammad mengatur sedemikian rupa sehingga hanya orang2 Muslim saja yang diperbolehkan bergabung dalam kampanye teror ini. Banyak non-Muslim yang mencoba bergabung, tapi Muhammad bersikeras bahwa yang bukan Islam tidak akan kebagian barang jarahan. Dengan in pula, kampanyenya berlangsung dengan sukses diantara orang2 lokal Muslim Medina (Ansar). Sampai saat ini, tiada orang Ansar yang bergabung dengan Muhammad dalam usaha perampokan jalanan sebelumnya. Kesuksesan Abdullah ibn Jahsh di Nakhla telah menambah hasrat untuk dapat barang rampokan dalam pikiran banyak orang Ansar. Keinginan dan keserakahan untuk menjarah barang2 berharga milik orang Quraish begitu besar sehingga banyak orang2 Medina yang mau bergabung menjadi Jihadis. Jumlah semuanya adalah 313 orang, terdiri dari 77 Muhajirs (yang hijrah) dan 236 orang2 Ansar. Sekarang orang2 Ansar adalah sebagian besar dari gerombolan perampok Jihadis.
Beberapa minggu sebelum keberangkatannya ke Badr, dan ketika kafilah Quraish datang ke daerah Medina, Muhammad mengirim dua pengintai, yakni Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd untuk mencari tahu di manakah kafilah tsb. Kedua orang ini tiba di perkemahan Kashd al-Juhany dan bersembunyi di sana sampai kafilah berlalu. 40 orang menjaga kafilah Mekah itu[ Mubarakpouri, p.251]. Kedua orang Muslim itu mengintai dan memperkirakan harta benda bawaan kafilah berharga sekitar 50.000 Dinar (ingat bahwa 1 Dinar berharga 4,235 gram emas. Dalam harga emas saat ini, harta benda kafilah itu berharga Rp. 40.000.000.000, EMPAT PULUH MILYAR, belum termasuk harga2 para tawanan, unta2 dan barang2 lain). Sungguh suatu sasaran perampokan yang menggiurkan. Kedua pengintai itu bergegas kembali untuk menyampaikan kabar baik ini kepada Muhammad. Tapi Muhammad sudah meninggalkan Badr sehari sebelum kedua pengintai kembali ke Medina. Dia sudah tidak sabar lagi untuk cepat2 dapat menjarah, sehingga dia tidak menunggu kedua pengintai itu kembali. Lalu Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd harus tinggal di Medina dan tidak sempat ikut tentara Muslim pergi. Meskipun demikian, Muhammad tidak mengecewakan keduanya karena telah menjalankan tugas pengintaian dengan baik. Keduanya nantinya dapat jatah jarahan ketika Muhammad kembali ke Medina. Yang juga tinggal di Medina adalah menantu Muhammad yang bernama Uthman b. Affan. Istri Uthman, yakni Ruqayyah (anak perempuan Muhammad) sakit pada saat itu dan Uthman mengurusnya. Muhammad memberi jatah jarahan padanya pula. Betul2 murah hati sang Nabi ini! Sahih Bukhari menulis janji Muhammad pada menantunya seperti ini:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomer 359:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
'Uthman tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah satu anak perempuan Rasul Allah dan dia (Ruqayyah) sedang sakit. Karena itu, sang Nabi berkata kepadanya: “Kamu akan dapat upah dan bagian (barang jarahan) sama dengan upah dan bagian orang yang ikut ambil bagian dalam perang Badr.”
Di lain pihak, melalui mata2 dan sumber2 yang dapat dipercaya, kabar tentang persiapan Muhammad untuk menyerang kafilah Quraish sampai di telinga Abu Sufyan. Dia jadi sangat waspada. Dia tahu tentang perjanjian2 yang dibuat Muhammad dengan banyak suku di jalur perjalanan kafilah, jadi ada kemungkinan besar suku2 itu menyerang mereka tiba2 pula. Dia segera mengirim Damdam b. Amr al-Ghifari ke Mekah untuk meminta bantuan. Ketika Damdam sampai di Mekkah, dia segera mengumumkan rencana Muhammad untuk menyerang kafilah Abu Sufyan. Mendengar ini, Abu Jahl memanggil semua orang2 Mekah untuk ikut operasi penyelamatan kafilah Quraish. Saat itu, suku2 Banu Kinanah dan Banu Bakr sedang bermusuhan dengan Quraish. Karenya, mereka tidak mempedulikan ajakan Abu Jahl. Tadinya suku2 ini mau mengambil kesempatan dari kesusahan orang2 Quraish dan menyerang mereka dari belakang, tapi akhirnya ketua suku Quraish yakni Suraqa b. Malik mengambil keputusan untuk tidak mengkhianati orang2 Quraish. Penulis biografi Muslim seperti Ibn Ishaq (p.251) menyebut Suraqa sebagai Iblis.
Setelah yakin tidak akan ada serangan dari kedua suku ini, Abu Jahl dan Amir ibn al-Hadrami (saudara laki Amr ibn Hadrami; ingat? Amr dibunuh orang2 Muslim di Nakhla) meyakinkan orang2 Mekah bahwa mereka akan menang melawan Muhammad. Jadi, setiap orang yang bisa bertempur ikut bergabung, kecuali Abu Lahab. Dia menggantikan posisinya dengan al-As b. Hisham (paman Umar b. Khattab) yang berhutang padanya 4.000 Dirham dan tidak bisa bayar utang kembali. Abu Lahab menyewanya untuk perang atas nama dirinya supaya utangnya lunas. [Ibn Ishaq, p.291]
Ketika orang2 Quraish sedang siap2 perang, Muhammad tidak tahu akan persiapan orang2 Mekah untuk melawan dia secara militer. Dia yakin sekali bahwa dia akan menang dan akan berhasil merampas harta benda Quraish.
Dengan banyak harapan dan penuh percaya diri, hari Minggu, tanggal 10 Mare, 624 M (12 Ramadan, AH2), Muhammad beserta 313 orang (jumlahnya berkisar antara 307 sampai 318) Jihadis, pergi ke luar Medina menuju Badr. Di barisan depan orang2 Muslim dipegang dua bendera hitam, satu dibawa oleh Ali ibn Talib dan yang satu lagi dibawa orang Ansar. 70 unta berbaris bersama mereka dan 300 lebih tentara Muslim bergiliran menaikinya. Mereka hanya punya dua kuda. Muhammad meminta Abu Lababa berjaga-jaga di Medina. Untuk menghindari pengamatan musuh, Muhammad tidak langsung pergi ke Mekah, tapi dia memakai jalur jalan yang tidak lazim yang dilalui oleh Irqul Zabya, Saffra and Dhafiran. [Hamidul, p.30 ]
Pada hari Senin, tanggal 11 Maret, Muhammad tiba di Saffra. Dia lalu mengirim dua pengintai, yakni Basbas b. Amr al-Juhani and Adi b. Abu Zaghba ke Badr untuk mengetahui posisi kafilah Quraish. Sebenarnya di sinilah Muhammad berharap untuk bertemu dengan kafilah itu dan melakukan serangan mendadak. Ketika berada di sana, kedua pengintai mendengar percakapan dua wanita dekat sumur bahwa kafilah Quraish akan datang dalam waktu satu atau dua hari. Mereka cepat2 kembali ke Muhammad dan memberitahu tentang berita ini.
Di waktu subuh hari Selasa, tanggal 12 Maret, Abu Sufyan datang lebih dahulu dari kafilah dan berhenti di sumur tempat ambil air dan dia tahu tentang orang2 Muhammad dari memeriksa kotorang unta milik Basbas dan Adi yang berisi biji kurma, khas makanan unta dariYathrib (Medina). Abu Sufyan jadi sangat khawatir dan cepat2 kembali ke rombongan kafilahnya, balik ke arah jalur pantai sehingga menghindari serangan tentara2 Muhammad. Memang setelah itu Muhammad luput berjumpa dengan kafilah itu dalam beda waktu beberapa jam saja. Abu Sufyan sendiri terus mengawal kafilah agar bisa sampai ke Mekah dengan selamat. Dia mengirim utusan kedua, yakni Qays b. Imea al-Qays [Ibn Sa’d, vol.ii, p.11] untuk memberitahu pasukan Mekah yang makin mendekat tentang keputusannya mengambil jalur jalan lain dan menyampaikan pesan bahwa bahaya telah lewat. Saat itu, Muhammad tiba di Rooha dan minum dari sumur yang ada di sana.
Pada hari Rabu, tanggal 13 Maret, utusan kedua Abu Sufyan bertemu dengan pemimpin tentara Mekah yakni Abu Jahl di Johfa. Abu Jahl siap memberikan bantuan menjaga kafilah Quraish yang terancam perampokan. Utusan datang padanya dan mengatakan bahwa Abu Sufyan tidak merasa perlu mengadakan pertumpahan darah karena kafilah berhasil diselamatkan. Dia minta Abu Jahl dan orang2nya untuk kembali ke Mekah.
Tapi Abu Jahl memaksa terus bergerak ke Badr karena ingin melakukan suatu perdagangan dan juga bersenang-senang makan minum di sana. Gadis2 penyanyi yang ikut dalam rombongan ini dikirim balik ke Mekah. Dua suku Quraish yakni suku Z. Zohra (suku ibu Muhammad) dan suku B. Adi (suku Umar) juga mengambil keputusan untuk balik ke Mekah. Sisa tentara Mekan terus bergerak dan tiba di Badr malam hari Kamis, tanggal 14 Maret. Mereka berkemah di daerah luar sumur Badr dan di belakang gunung.
Pada saat itu, Muhammad bergerak mendekat. Di pagi hari Kamis, tanggal 14 Maret, dia tiba di Dhafiran, tak jauh dari Badr. Dia tertegun waktu mendengar berita tentara Quraish maju untuk melindungi kafilah mereka yang banyak harta. Dia sangat frustasi dengan kemungkinan adanya pertumpahan darah dan bukannya perampokan mudah dengan banyak jarahan. Para Jihadis juga mendengar kabar buruk bahwa kafilah yang kaya raya itu telah lewat. Kabar datangnya tentara Mekah juga benar2 tak diduga orang2 Muslim. Muhammad sendiri tidak yakin apakah dia harus maju terus atau tidak karena barang jarahan ternyata sudah berlalu. Dengan dilema bahwa melakukan serangan terhadap orang Quraish bisa melanggar perjanjian perlindungan dengan orang2 Ansar (perjanjian ini berisi persetujuan bahwa orang2 Ansar akan melindungi Muhammad jika dia diserang di Medina dan daerah sekitarnya – lihat Bagian 1), Muhammad lalu mengadakan rapat dengan panglima2 perangnya dan minta pendapat dari semua orang Muslim, terutama orang2 Ansar. Dia takut orang2 Ansar tidak akan melindunginya di luar Medina. Abu Bakr dan Umar dipanggil untuk mengadakan pertemuan umum. Ternyata orang2 Ansar bersumpah untuk mendukung pasukan Muhammad. Ketua orang2 Ansar, yakni Sa’d b. Muadh (dari Bani al-Aws) menjanjikan bahwa jika Muhammad memimpin mereka terjun ke laut sekalipun, mereka akan ikut terjun dan tenggelam. Setelah itu, semua orang Ansar bersumpah untuk berperang bersama Muhammad. Dengan rasa sangat puas, Muhammad meminta orang2nya untuk terus maju. Dia menjanjikan pembantaian para musuh. Untuk menyenangkan hati para Jihadis yang haus barang jarahan, dia mengatkan bahwa Allah telah menjanjikan mereka tentara Quraish atau kafilah seperti tercantum di QS 8:7.
Akhirnya Muhammad dan gerombolannya tiba di Badr di pagi hari Kamis, lebih dahulu daripada tentara Mekah dan berkemah di situ. Tenda darurat dari dahan2 pohon palm didirikan baginya. Dia yang duluan minum air sumur di situ. Sesuai nasihat veteran perang bernama al-Hubab, Muhammad menimbuni semua sumur di daerah sekitar kecuali satu sumur terdekat baginya. Para Muslim lalu membuat tempat penampungan dan mengisi penuh dengan air. Dengan ini, para Muslim mengontrol penuh persediaan air di daerah itu. Musuh tidak bisa mengambil air tanpa melalui Muhammad. Dan tentara2 Muhammad sudah siap membunuh orang Mekah mana pun yang berani mendekat ke tempat penampungan air untuk minum.
Segera setelah tiba pada pagi hari di Badr, Muhammad berusaha mencari tahu keadaan tentara Mekah. Dia pergi bersama Abu Bakr untuk mengintai.[ Mubarakpouri, p.257] Mereka bertemu dengan seseorang di jalanan dan berusaha menanyakan keadaan di situ. Orang itu tidak mau menjawab sampai Muhammad memberitahu siapa dirinya. Keterangan yang didapat ternyata tidak banyak membantu. Pada petang harinya, dia mengirim Ali dan beberapa orang lain untuk menelaah keadaan di sekitar sumber mata air. Di sana mereka melihat dua budak Quraish pembawa air. Ali dan kawan2nya menculik kedua budak ini dan membawa mereka menghadap Muhammad. Budak2 memberitahu orang2 Muslim bahwa mereka adalah pengangkut air untuk tentara Quraish. Ini bukan berita baik bagi orang Muslim karena mereka berharap para budak ini datang dari perkemahan Abu Sufyan. Setelah disiksa, akhirnya kedua budak memberitahu tempat dan kekuatan tentara Quraish. Dari informasi ini, juga dengan kenyataan bahwa orang2 Quraish telah menyembelih 9 unta di hari pertama dan 10 unta di hari kedua, Muhammad tahu kira2 berapa besar tentara Quraish. Dia memperkirakan mereka berjumlah 900 sampai 1.000 orang. Dugaan ini tepat, karena jumlah tentara Quraish sebenarnya adalah 950 orang. Mereka menunggangi 700 unta dan 100 kuda. Ketika Muhammad mengetahui banyak orang terkemuka Quraish yang ikut dalam kekuatan tentara ini, dia berkata, “Mekah rupanya telah melemparkan daging dan darah mereka yang paling berharga bagimu.’
Pada malam hari, Muhammad dan Abu Bakr kembali ke perkemahan mereka dan mulai sembahyang minta syukur dari Allah. Sa’d b. Muadh berjaga-jaga di pintu muka. Orang2 Muslim merasa lelah karena lama dan beratnya perjalanan yang mereka lakukan beberapa hari ini. Rasa lelah dan kantuk melanda mereka sehingga akhirnya mereka terlelap. Malam itu turun hujan tapi lebih lebat di daerah tentara Mekah. Karena air hujan, alas Wadi jadi empuk tapi tidak becek dan ini memberi keuntungan pada pihak Muslim. Air hujan ini disinggung dalam Qur’an ayat 8:11 sebagai pemurnian dari Allah. Malam harinya, sebagaimana yang disebut di QS 8:45, Muhammad membayangkan tentara Quraish lemah.
Kedua pihak gelisah sampai pagi hari. Menjelang subuh, ketika Muhammad sedang mengatur orang2nya sesuai tingkatan, beberapa orang Quraish yang merasa haus mendekati sumur air. Muhammad berdoa pada Allah untuk kematian mereka.
Orang2 Muslim mengangkat tiga panji2, satu untuk para pengungsi (yang ikut hijrah), dipegang oleh Musab, satu untuk orang2 Khazarite, dipegang oleh al-Hobab dan satu lagi untuk Bani Aw, dipegang oleh Sad ibn Muadh.
Para Quraish juga membuat batas mereka dan mulai bergerak maju. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang aturan berperang melawan orang2 dari kalangan mereka sendiri. Shayba dan Utba, dua ketua kelompok Quraish mendesak keras agar tidak menyerang. Perlu diingat bahwa Utba adalah ayah Hind, yakni istri Abu Sufyan b. Harb dan Shayba adalah kakak laki Utba (yakni paman Hind). Mereka menyediakan tempat berteduh bagi Muhammad ketika dia diusir dari Taif oleh anak2 jalanan yang melemparinya dengan batu. Utba dan Shayba hanya menginginkan uang darah karena pembunuhan yang dilakukan orang Muslim atas Amr b. al-Hadrami. Maka Utbah mengirim pesan pada Abu Jahl untuk mundur dan tidak memerangi saudara sepupu Abu Jahl, yakni Muhammad. (Tabari, vol.vii, p.44)
Salah satu anak2 laki Utba, yakni Abu Hudhayfah adalah Jihadis baru dan berada bersama pihak Muhammad. Karena inilah Utbah tidak mau melawan Muhammad – Abu Jahl menyebarkan hal ini dan mencela Utba pengecut karena tidak mau berperang melawan tentara Muslim. Saudara laki Amr b. Hadrami yang bernama Amir b. al-Hadrami membujuk orang2 untuk membalaskan dendam kematian saudaranya. Meskipun sangat ragu, akhirnya Utba bersedia maju perang, tapi dia berkata tidak ingin membunuh Muhammad meskipun adanya kebencian yang besar di kedua pihak Quraish dan Muslim. Pada saat itu pula Omayr, pemanah Quraish, datang membawa berita bahwa tentara2 Muslim ber-siap2 untuk perang. Dia mengajukan ajakan damai dengan kaum Muslim tapi Abu Jahl menolaknya. Jadi, tentara Quraish juga bersiap untuk perang. Mereka bergerak maju perlahan di atas bukit2 pasir yang susah dilalui karena hujan tadi malam. Akan tetapi, seperti yang telah disebut sebelumnya, hujan mendatangkan keuntungan bagi Muhammad karena tanahdi tempatnya jadi empuk tapi enak untuk dijalani. Yang juga jelek buat pihak Quraish adalah mereka bergerak melawan sinar matahari, sedangkan pihak Muhammad bergerak ke arah Barat, membelakangi matahari
Segera setelah Muhammad selesai mengatur pasukannya, dia melihat barisan orang Quraish muncul dari gundukan pasir di depan. Ketika sembahyang pada Allah minta bantuanNya agar tentaranya yang kecil tidak punah, dia sangat khawatir dan pergi masuk tendanya yang kecil untuk berkonsultasi dengan Abu Bakr. Untuk menunjukkan tuntunanNya yang kokoh, Allah menyatakan QS 8:46. Ayat ini menambah semangat tentara2 Muslim untuk maju menang. Ayat lain QS 2:42-44 juga ke luar. Ayat2 lain yang juga penting yang berhubungan dengan perang Badr adalah melipatduakan tentara Medina di QS 3:18, dll.
Tentara Quraish sekarang bergerak maju, tapi tentara Muslim tidak beranjak dari posisinya di mana mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari tentara Quraish dan karenanya memberi lebih banyak keuntungan untuk melepaskan anak panah dan tombak pada pihak musuh. Muhammad mengamati kekuatan musuh dan jadi panik dan mulai sembahyang dengan penuh semangat. Kali ini, Allah mengirim dia jaminan: seperti 20 jadi 200 … dll melalui ayat2 QS 8:65, 66. Allah juga melarang para Jihadis di ayat QS 8:15-16, untuk lari dari medan perang. Sejak perang Badr, ayat ini jadi bagian dari hukum Sharia dalam perang (Reliance of The Traveller, p.659).
Sewaktu persiapan ini berlangsung, Hakim b. Hizam, diikuti beberapa orang Quraish pergi untuk minum air dari tempat penampungan air yang dibuat orang2 Muhammad. Setiap orang Quraish yang datang untuk minum dibunuh pada hari itu, kecuali Hakim b. Hizam. Tidak diketahui mengapa Muhammad tidak membunuhnya. Tidak ada satu pun keterangan dari para penulis biografi tentang alasan Muhammad mengampuni nyawanya. Akan tetapi nanti kita ketahui bahwa Hakim b. Hizam jadi Muslim. Setelah tahu nasib 30 orang Quraish yang haus, Abd al-Aswad Makhzami dari Quraish mencoba menghancurkan tempat penampungan air itu dan bersumpah untuk minum air dari situ. Ketika ia pergi menuju tempat penampungan itu, Hamzah menyerangnya dan menebas putus pergelangan kakinya dan membabat putus setengah kakinya yang lain. Abd al-Aswad Makhzami merangkak dengan badannya yang penuh darah ke tempat air dan menjebur ke dalam lalu minum airnya. Hamzah memukul dia sampai mati di tempat itu juga. Sekarang perang dimulai. Hari itu adalah hari Jum’at, tanggal 15 Maret, 624 M (17 Ramadan, AH2). Meskipun saat itu bulan puasa, tidak ada satu pun orang Jihadis termasuk Rasul Allah yang puasa saat itu.(Ibn Sa’d, vol ii, p.22)
Pada awalnya, tiga orang Quraish, yakni Utbah b. Rabiah, saudara lakinya yang bernama Shaybah b. Rabiah dan anak Utba yang bernama al-Walid menantang orang2 Muslim untuk bertempur dengan mereka. Utbah b. Rabiah tidak mau bertempur dengan orang2 Ansar dan menantang orang2 Quraish yang bergabung dengan tentara Muhammad (yang dulu ikat Muh hijrah ke Medina) untuk berkelahi melawannya satu lawan satu. Mereka ingin melawan orang sesama suku saja, yang adalah saudara2 sepupunya, dari anak2 al-Muttalib. Ketika tiga orang Medina maju ke muka, Muhammad memanggil mereka mundur dan menggantinya dengan orang2 sesukunya yakni anak2 Hashim untuk bangun dan berkelahi. Hamzah, Ali dan Obaydah (paman dan saudara sepupu Muhammad) menuruti perintah Muhammad, bangkit dan maju. Hamzah mengenakan bulu2 burung unta di dadanya, dan Ali mengenakan rambut kuda di topinya.
Lalu Utba memanggil anaknya, Walid, untuk bangkit dan berkelahi. Dia lalu melawan Ali. Pertarungan singkat terjadi. Ali melukai parah Walid dengan pedangnya. Ketika Utba maju, Hamzah pun maju dan membunuhnya. Shayba lalu melawan Obaydah. Keduanya sangat tua. Mereka berkelahi untuk sesaat dan akhirnya Shayba berhasil membabat kaki Obaydah sampai hampir putus. Melihat ini Hamzah dan Ali maju serentak dan membunuh Shayba. Obaydah masih bisa hidup beberapa hari setelah itu sebelum akhirnya mati.
Pertempuran sekarang berlangsung umum dan bebas. Orang Muslim pertama yang mati adalah budak Umar yang telah dimerdekakan yang bernama Mihja. Mihja dibunuh oleh Amir ibn al-Hadrami. Lalu Haritha b. Suraqah dibunuh. Untuk menyemangati pengikutnya, Muhammad mengiming-imingi surga bagi mereka yang mati. Ini memberi semangat bahkan untuk anak remaja berusia 16 tahun yang bernama Umayr b. al-Humam [Tabari vol.vii, p.55] yang saat itu sedang makan kurma. Dia melempar kurmanya dan bergabung dalam perang. Anak ini kaget waktu mendengar Muhammad bahwa yang harus dilakukannya untuk bisa ke surga adalah ikut berjihad dan mati terbunuh. Tak lama kemudian, dia pun mati terbunuh. Muhammad sekarang menyerukan bahwa Allah mencintai para Jihadis fanatik. Mendengar ini, seorang ekstremis Jihadis bernama Auf b. Harith bertanya pada Muhammad,“O Rasul Allah, apakah yang membuat Tuhan tertawa bahagia bagi hambaNya?” Dia menjawab,”Ketika hamba itu masuk dalam pertempuran dengan musuh tanpa baju perang.” Auf membuang baju pelindung tubuhnya, mengambil pedangnya dan melawan musuh sampai dia terbunuh.[ Ibn Ishaq, p.300] Jika kau melihat di TV bagaimana pembom bunuh diri bekerja, ingatlah kata2 sang Nabi yang penuh kasih dan kamu akan segera mengerti kekuatan apa yang mendorong orang2 fanatik ini untuk melakukan teror yang sungguh di luar akal sehat dan memeledakkan tubuh mereka berkeping-keping.
Pertempuran semakin sengit. Untuk menambah semangat para Jihadis, Muhammad jongkok dan mengambil kerikil2 dan melemparkannya ke arah orang2 Quraish sambil menjerit keras2,”Biarlah muka2 kalian jadi rusak”[ Tabari, vol.vii. p.56] Allah menyatakan bahwa ini bukan tindakan Muhammad, tapi tindakannya sendiri di ayat Q 8:17, dan Dia benar2 merestui tindakan simbolis Muhammad. Tentara Muslim sekarang jadi hebat semangatnya dan bertempur mati2an sampai2 tentara Quraish tidak kuat melawannya. Ketika pertempuran sedang menghebat, Muhammad mengirim perintah pada para tentaranya untuk tidak membunuh kedua paman Muhammad yakni Abul Bakhtari and al-Abbas [Ibn Ishaq, p.301]. Dikabarkan bahwa al-Abbas adalah agen rahasia Islam di Mekah, tapi alasan mengampuni nyawa Abul Bakhtari tidak diketahui, meskipun Ibn Ishak menulis bahwa Abul Bakhtari menunjukkan simpati kepada Muhammad sewaktu kaum Pagan mengganggu Muhammad di Ka’ba.
Ketika para Jihadis protes atas keputusan ini, Umar mengancam memenggal kepala mereka. Karenanya mereka tidak punya pilihan dan menurut perintah ketuanya. Ibn Ishaq [Ibn Ishaq p.307 ] menulis bahwa di samping pembantaian umum di perang itu, yang jadi target utama untuk dibantai adalah empat orang Quraish yang murtad. Keempat orang ini memeluk Islam tapi tidak mau ikut hijrah ke Medina bersama Muhammad karena anggota keluarga mereka menghalangi kepergian mereka dengan menyekapnya di dalam rumah mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan Islam dan bergabung dengan orang2 Quraish di Badr. Muhammad tidak memberi ampun pada mereka. Keempat orang ini dibunuh semua oleh para Jihadis. Muhammad bahkan menciptakan sebuah ayat (QS 4:97) untuk membenarkan pembunuhan atas mereka.
QS 4.097: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
Semangat membunuh diantara para Jihadis begitu hebat sampai2 Hazrat Umar membunuh paman kandungnya sendiri, yakni al-As b. Hisham b. al-Mughira.(Ingat? Dialah yang menggantikan Abu Lahab, musuh besar Islam!)
Ketika peperangan berlanjut, Muhammad tetap tinggal dalam tendanya bersama Abu Bakr sambil berdoa pada Allah untuk kemenangan. Dia meminta Allah untuk mengirim bantuanNya bagi orang2 Muslim. Maka Allah menjawab dengan ayat QS 8:9 untuk membantu Muhammad dengan ribuan malaikat! Saat itu adalah musim dingin yang penuh dengan angin topan keras bertiup kesana kemari. Tiga topan keras melanda medan perang dan Muhammad segera menganggapnya sebagai malaikat2 suruhan Allah untuk menolong para Jihadis. Dia mengatakan pada para tentaranya bahwa topan pertama adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Jibril, dan topan kedua adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Mikhael dan topan ketiga adalah seribu malaikat lagi dipimpin oleh malaikat penghulu Sarafel.[ Ibn Sa’d, vol ii, p.15] Maka, seperti yang ditegaskan di aya Q 3:124, Allah mengirim tiga ribu malaikat tentara untuk menolong tentara2 Muslim. Ketika peperangan bertambah sengit, Muhammad meminta pertolongan lebih lanjut dari Allah-nya dan Allah segera nurut dengan mengirim dua ribu lagi malaikat. Jadi seperti yang dikatakan di QS 3:125, semuanya berjumlah 5.000 malaikat yang tidak kelihatan dari Allah yang maha perkasa, untuk membantu 300 lebih Jihadis untuk mendapatkan kemenangan. Para Jihadis yang fanatik mengaku bahwa tanda2 dari para malaikat di Badr adalah sorban putih [Ibn Ishaq, p.303, Tabari vol. vii, p.61] atau turban kuning, ya?[ Ibn Sa’d, vol.ii, p.29]
Ini Hadis Sahih Bukhari yang mengatakan bahwa Jibril turun menolong Muhammad:
Volume 5, Book 59, Number 330:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata pada hari Perang Badr,”Ini Jibril memegang kepala kudanya, lengkap bersenjata untuk berperang.”
Dengan bantuan Jibril, orang2 Quraish mulai terdesak kalah. Pasir becek tempat mereka berdiri mempersulit gerakan mereka. Beberapa dari mereka melarikan diri. Mereka bingung dan mulai mundur dan lari. Para Muslim mengejar mereka dan menangkap orang2 Quraish yang tidak terbunuh di medan perang. Orang2 Muslim mengikuti jejak mereka yang melarikan diri, membunuh atau menangkap mereka. Dalam usahanya melarikan diri, orang2 Quraish melemparkan baju perang mereka dan meninggalkan binatang beban, kemah dan segala perlengkapannya. 70 (ada yang bilang 45) orang Quraish dibunuh dan jumlah yang sama dijadikan tawanan perang. Orang2 Muslim hanya kehilangan 14 orang, 8 dari Medina dan 6 yang ikut hijrah. Mereka juga menangkap banyak orang penting Quraish. Muhammad memerintahkan untuk tidak membunuh pamannya, al-Abbas. Ketika Abu Hudhayfah (ingat? Ayahnya, Utbah bin Rabiah, dibunuh oleh Ali) protes akan perintah Muhammad yang berstandard dua ini dan ingin membunuh al-Abbas, Umar lalu mengancam akan memancung Abu.[ Tabari, vol.vii, p.57] Tentara2 Muslim menangkap Abu al-Bakhtari (paman Muhammad yang lain) bersama kawannya. Para Jihadis setuju untuk tidak membunuhnya (sesuai perintah Muhammad) tapi mereka ingin membunuh kawan Abu al-Bakhtari. Ketika Bakhtari minta temannya jangan dibunuh, para Muslim menolaknya. Maka Bakhtari pun melawan para Muslim dan terbunuh. Kabar ini disampaikan kepada Muhammad. Semua tawanan berjumlah 70 (ada yang bilang 44) orang Quraish dijadikan tawanan perang. Sa’d b. Muadh ingin membunuh semua tawanan perang dan dia berkata,”Ini adalah kekalahan pertama yang diberikan Allah kepada kaum pagan, dan membunuh para tawanan lebih menyenangkan hatiku daripada membiarkan mereka hidup.” Meskipun begitu, para tawanan dibagi-bagikan diantara tentara Muslim untuk uang tebusan sampai Muhammad kembali ke Medina.
Ada suatu kisah yang menceritakan kekejaman kaum Jihadis dalam memperlakukan beberapa tawanan perang. Umayah b. Khalaf adalah orang pagan, tapi dia adalah kawan Abd Umar, yang baru saja memeluk Islam. Karenanya, Umayah dan anaknya Ali merelakan diri untuk jadi tawanan Abd Umar. Jihadis terkenal Abd al Rahman b. Awf mengambil alih tawanan Abd Umar dengan harapan dapat uang tebusan besar. Dikisahkan bahwa Umayah suka menyakiti Bilal, yakni orang Negro terkenal yang suka meneriakkan adhzan. Ketika Bilal melihat Umayah dan anaknya, Ali, dibawa pergi oleh Abd al Rahman b. Awf, dia berteriak memanggil orang2 Muslim untuk membunuh orang yang dulu sering menyakitinya. Abd al Rahman b. Awf dengan cepat mencegah Bilal dengan memakinya anak perempuan Negro dan memerintahkan dia untuk tidak membunuh Umayah dan anaknya. Akan tetapi perintah ini tidak didengar. Beberapa Muslim lalu membacoki Umayah b. Khalaf dan anaknya Ali sampai mati dan me-motong2 badan mereka. Abd al Rahman b Awf lalu memaki Bilal karena membunuh tawanannya sehingga Abd al Rahman kehilangan kesempatan dapat uang tebusan besar.
Menantu pria Muhammad yang bernama Abu al-Aas juga ditawan. Khadija (istri pertama Muhammad) adalah bibinya. Ibu Abu adalah Hala d. Khuwaylid. Khadija dulu biasa menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Abu al-Aas tidak memeluk Islam dan tidak mau menceraikan istrinya yang bernama Zaynab, yakni anak wanita Muhammad yang tertua. Abu al-Aas lalu bergabung dengan orang2 Quraish melawan Muhammad di Badr. Tawanan Quraish lain yang juga terkenal adalah Amr, putra Abu Sufyan (bukan dari istrinya Hind tapi dari istri lain Abu Sufyan b. Harb) dan Amir b. Al-Hadrami, yakni teman dekat Abu Sufyan. Anak Abu Sufyan yang lain yang bernama Hanzala mati terbunuh di Badr.[ Ibn S’ad, vol.ii, p.18 ]
Segera setelah pertempuran berakhir, terjadi penjarahan besar2an oleh tentara2 Muslim. Para Jihadis juga menceritakan kisah yang sukar dipercaya tentang kepala2 orang pagan puts sebelum pedang2 orang Muslim menyentuhnya. Ini katanya adalah pertolongan para malaikat. Abu Jahl, yang adalah paman Muhammad sendiri, adalah musuh bebuyutan Muhammad. Muhammad begitu benci padanya sehingga memberinya julukan Abu Jahl (biang tolol), sedangkan nama aslinya adalah Abul Hakam (ayah dari hikmat). Karena begitu besar rasa bencinya, Muhammad memerintahkan Abu Jahl untuk dibunuh.[ Ibn Ishaq, p.304] Untuk melaksanakan perintah Muhammad, Muadh b. Amr dan dua anak muda Medina yakni Auf b. Afra dan Muwawwidh b. Afra, yang merupakan anak2 laki Afra, pergi mencari Abu Jahl untuk membunuhnya. Muadh menemukan Abu Jahl di dalam semak2 dan lalu menyerangnya. Dia memukul jatuh Abu Jahl ke tanah dan memotong kakinya sampai putus. Anak laki Abu Jahl yang bernama Ikrima membabat salah satu lengan Muadh sampai bergelantungan hanya pada kulitnya saja. Muadah lalu menggunakan kakinya untuk menarik putus lengan itu dan melanjutkan pertempuran sampai rasa sakit yang luar biasa membuatnya berhenti berkelahi. Saat itu Muwawwidh b. Afra dan saudaranya Auf b. Afra tiba di tempat dan mereka membunuh Abu Jahl yang sudah terluka berat. Setelah membunuh Abu Jahl, mereka kembali untuk memerangi orang Quraish sampai akhirnya mereka sendiri mati terbunuh. Ketika kabar tentang Abu Jahl yang sekarat hampir mati terdengar oleh Muhammad, dia menyuruh budaknya yang bernama Abd Allah b. Masud untuk mencari mayat Abu Jahl. Abd Allah b. Masud pergi dan menemukan Abu Jahl yang sekarat, tersengal-sengal, siap menghembuskan nafas terakhir. Abu Jahl masih bernafas ketika Abd Allah b. Masud berlari menyerbu dan memenggal kepalanya dan membawa kepala itu kepada majikannya. Dengan penuh rasa suka cita Muhammad berkata,”Kepala musuh Allah.” Abd Allah lalu melemparkan kepala Abu Jahl yang penuh darah ke kaki majikannya. Muhammad berkata,”Ini lebih berharga bagiku daripada unta2 terbaik di seluruh Arabia.” Lalu Muhammad menghadiahi Abd Allah b. Masud dengan pedang yang digunakan untuk membunuh Abu Jahl.
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2716:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas'ud:
Di perang Badr, Rasul Allah memberiku pedang Abu Jahl, karena aku telah membunuhnya.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 369:
Dikisahkan oleh 'Abdur-Rahman bin 'Auf:
Ketika aku berdiri di barisan hari itu di (perang) Badr, aku melihat ke sebelah kananku dan kiriku dan melihat dua anak muda Ansari dan aku berharap diriku lebih kuat dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata padaku,”O Paman! Apakah kau tahu Abu Jahl?” Aku berkata,”Ya, apa yang kau inginkan dari dia, O keponakanku?” Dia berkata, “Aku dikasih tahu bahwa dia suka menghina Rasul Allah. Demi Tuhan yang Tangan2Nya memiliki hidupku, jika aku melihatnya, maka tubuhku tidak akan meninggalkan tubuhnya sampai salah satu dari kami mati.” Aku terkejut mendengarnya. Lalu anak muda satunya juga mengatakan hal yang sama. Sesaat kemudian aku melihat Abu Jahl berjalan diantara orang2. Aku berkata (kepada kedua anak muda itu), “Lihat! Itu orang yang kau cari.” Maka keduanya langsung menyerang dia dengan pedang2 mereka dan membabat dia sampai mati dan lalu menghadap Rasul Allah untuk memberitahu kejadian itu. Rasul Allah bertanya,”Siapa diantara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya berkata,”Aku telah membunuh dia.” Rasu Allah bertanya, “Sudahkah kau bersihkan pedang2mu?” Mereka menjawab,”Belum.” Dia lalu melihat pedang2 mereka dan berkata,”Tidak ragu lagi, kau berdua telah membunuh dia dan barang2 milik yang mati akan diberikan kepada Muadh bin Amr bin Al-Jamuh.”
Kedua anak muda ini adalah Muadh bin 'Afra dan Muadh bin Amr bin Al-Jamuh. Ini Hadis yang mengisahkan akhir hayat Abu Jahl:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 300:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata,”Siapa yang mau pergi dan melihat apa yang terjadi pada Abu Jahl?” Ibn Mas’ud pergi dan mendapatkan bahwa kedua anak Afra telah melukainya dengan fatal (dan dia masih bernapas walaupun hampir mati). 'Abdullah bin Mas'ud berkata, “Apakah kau Abu Jahl?” sambil menjambak janggutnya. Abu Jahl berkata, “Adakah orang yang lebih hebat dari orang yang telah dibunuhnya atau orang yang telah dibunuh kelompoknya?”
Pertempuran sudah selesai, Muhammad memerintahkan agar semua mayat2 musuh, termasuk mayat Abu Jahl dan kepalanya, dibuang ke dalam sebuah sumur. 24 mayat kafir dibuang ke dalam sumur. (Lihat Sahih Bukhari, vol. 5, book 59, number 314). Ketika ini selesai dilakukan, Muhammad berdiri di pinggir sumur, berkata pada mayat2 orang Quraish itu [Ibn Ishaq, pp.305-306], berpidato panjang lebar pada mereka karena tidak percaya dan menolak dia sebagai Rasul Allah. Ketika para Muslim bertanya padanya apakah orang mati bisa mendengar, Muhammad menjawab bahwa orang mati bisa mendengar lebih baik daripada orang hidup, tapi mereka tidak bisa menjawab balik. Tubuh Umayyah b. Khalaf tidak dibuang ke dalam sumur. Tubuhnya mulai membusuk. Karena itu mereka menimbuninya dengan batu.
Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 23, Number 452:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
Sang Nabi melihat pada (mayat) orang2 dalam sumur (tempat pembuangan mayat pagan di perang Badr) dan berkata,”Apakah kau telah menemukan apa yang Tuhanmu janjikan padamu?” Seseorang berkata,”Kau bicara sama orang mati.” Dia menjawab,”Kau tidak mendengar lebih baik daripada mereka, tapi mereka tidak dapat menjawab.”
Diantara tumpukan mayat orang adalah mayat Utba b. Rabiah, ayah dari Abu Hudhayfa, seorang Jihadis Islam yang baru saja bergabung. Ketika Muhammad melihat kesedihan di wajah Abu Hudhayfa, dia memberkatinya karena berpikir bahwa Hudhayfa merasa sedih melihat kematian ayahnya. Tapi Hudhayfa menjawab bahwa dia merasa sedih karena ayahnya tidak memeluk Islam, dan bukan karena ayahnya telah mati! Memang begitulah pengabdian dan kebutaan fanatik para Jihadis.
Setelah penguburan selesai dilakukan, orang2 Muslim tetap tinggal di medan perang sampai hari itu berakhir. Lalu mereka membawa kawan2 mereka yang mati dan terluka ke sebuah lembah, beberapa mil dari Badr dan menguburkan yang mati di sana. Sekarang waktunya membagi-bagi jarahan perang. Ketika tentara Quraish melarikan diri, para Muslim mengumpulkan harta benda mereka. Muhammad menjanjikan setiap Jihadis bahwa dia boleh mengambil jarahan perang milik musuh yang dibunuhnya sendiri. Jihadis yang tidak ikut perang secara langsung karena menjaga Muhammad juga ingin mendapat bagian yang sama banyaknya atas jarahan perang. Beberapa mengeluh karena Muhammad mengambil kain merah yang indah tanpa pengetahuan orang lain. Maka Allah lalu mengeluarkan QS 3:161:”Sang Nabi tidak akan menyembunyikan jarahan …, “ membebaskan Muhammad dari kecurangan pengambilan barang jarahan. Pertengkaran terjadi dalam pembagian barang jarahan tentang siapa yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit. Muhammad harus menengahi dengan ayat QS 8:41 dari Allah. Di ayat ini, yang maha kuasa mengumumkan seperlima barang jarahan harus diserahkan bagiNya dan Rasul kesayangannya. Muhammad malahan juga mengatakan bahwa barang jarahan adalah sah hanya bagi dia dan tidak bagi nabi2 lain karena dialah yang paling dikasihi Allah. Dengan perintah seperti ini dari Allah, sisa barang jarahan dikumpulkan jadi satu untuk dibagi-bagi kemudian. Seorang perwira bernama Abdullah b. Ka’b ditunjuk sebagai penjaga barang jarahan. Tentara Muslim lalu berbaris kembali ke Medina.
Hari berikutnya, barang2 jarahan dibagi-bagi di bawah pohon dekat Saffra. Semua orang dapat bagian yang sama setelah seperlima dipisahkan untuk Muhammad. Tentara berkuda dapat dua porsi ekstra untuk kuda mereka. Setiap orang dapat unta, kursi berlapis kulit, dan barang2 lain. Muhammad mengambil unta yang terkenal milik Abu Jahl. Dia kemudian menggunakannya untuk pergi menyerang daerah lain dan sebagai pejantan untuk menghasilkan unta2 baru. Dengan ayat QS 55:45, dia menyatakan bahwa barang jarahan adalah hadiah dari Allah, dan dia juga mengambil pedang Dhu al-Faqr milik Munabbih b. al-Hajjaj. Untuk aturan pembagian jarahan, dia memberi hak khusus bagi dirinya sendiri untuk boleh memilih barang yang paling dia sukai sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan. Tawanan2 perang juga dibagi-bagikan diantara orang2 Muslim dan nasib mereka nanti akan ditentukan di Medina.
Sifat sebenarnya Muhammad yang haus darah tampak saat tentara2 Muslim berhenti di Saffra. Ketika sedang membagi-bagikan tawanan, Muhammad mengenali al-Nadr b. al-Harith, penyair Quraish yang ditangkap Jihadis. Dulu waktu Muhammad masih tinggal di Mekah, al-Nadr menyusun ayat2 yang lebih bagus daripada Qur’an. Muhammad benci sekali terhadap komposisi ayat al-Nadr. Sebagaimana disinggung di QS 8:31 (Dashti, hal. 47), Al-Nadr b. al-Harith juga mengritik ayat2 Qur’an dengan mengatakan ayat2 itu hanyalah dongeng kuno yang telah didengar orang2 Mekah. Muhammad tidak punya ampun bagi Al-Nadr b. al-Harith. Untuk memuaskan keinginan balas dendamnya, sang Nabi penuh kasih ini memerintahkan agar Al-Nadr yang telah tak berdaya itu dibunuh. Ali melaksanakan perintah Muhammad dengan memenggal kepala Al-Nadr di Saffra, tepat di hadapan Muhammad.[ Ibn Ishak, p.337] Inilah contoh toleransi dari ciptaan Allah yang terbaik terhadap lawannya yang berani menantangnya secara intelektual. Rodinson [p.168] menulis bahwa Muhammad sangatlah sensitif (gampang tersinggung) pada celaan intelektual terhadap dirinya. Setelah menghabisi pengritiknya, Muhammad dengan puas memerintahkan rombongan melanjutkan perjalanan ke Medina.
Dua hari kemudian, tentara Muslim berhenti di Irqu’l-Zabya, jalan di tengah2 Badr dan Medina. Di sini Rasul Allah sekali lagi ingin memuaskan nafsunya akan darah dan dendam. Tawanan perang bernama ‘Uqbah b. Abi Muyat yang anak perempuannya menikah dengan anak laki Abu Sufyan yang bernama Amr b. Abi Sufyan, diperintahkan untuk dibunuh. ‘Pelanggar hukum’ ini meminta ampun dengan menyebutkan nama anak perempuannya. Tapi Muhammad tidak memberikan ampun baginya. Apakah yang dilakukan ‘Uqba sehingga dia layak menerima hukuman yang sangat berat dari sang Nabi yang penuh belas kasihan dan kebaikan ini? Muhammad mengaku bahwa ‘Uqba menyakitinya ketika dia berkhotbah tentang agamanya yang penuh cinta dan kasih sayang (Islam) di Ka’aba. Tanpa menunjukkan setitik pun belas kasih terhadap musuhnya yang sudah kalah, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas ‘Uqba. Ini yang ditulis oleh Ibn Ishaq: “Ketika sang Rasul memerintahkan agar dia dibunuh, ‘Uqba berkata, ‘Tapi siapa yang akan mengurus anak2ku, O Muhammad?’ ‘Neraka’, jawab Muhammad dan setelah itu ‘Asim b. Thabit b. Abul-Aqlah al-Ansari membunuhnya. Demikianlah yang dikatakan Abu ‘Ubayda b. Muhammad b. ‘Ammar b. Yasir padaku. Biografer lain menulis bahwa Ali-lah yang membunuh ‘Uqba.
Tentang pembunuhan terhadap kedua tawanan ini, Rodinson (Rodinson, hal. 168) menulis, “Di lain pihak dia mengumbar kemarahannya terhadap dua orang yang sudah menyerangnya secara intelektual. Kedua orang ini telah mempelajari sumber2 Yahudi dan Persia dan mereka menanyakan banyak pertanyaan yang sulit dijawab Muhammad. Mereka menghinanya dan pesan ilahinya sekalian. Tiada ampun bagi keduanya.”
Dua tawanan lain yang juga dibunuh adalah Naufal b. Khuweilid (dibunuh Ali) dan Mabad b. Wahb (dipancung Umar). Dilaporkan bahwa Mabad b. Wahb tidak mau mengaku kalah dan memuji-muji al-Lat dan al-Uzza (dua dewa berhala) di hadapan Muhammad.[ Muir, p.109, footnote 48] Alasan pembunuhan terhadap Naufal tidak diketahui. Jadi semuanya ada 7 tawanan perang yang dibunuh sebelum tentara Muslim dan tawanan lain tiba di Medina.
Untuk menyebarkan berita kemenangan Muslim di Badr, Muhammad mengirim Zayd b. Harith ke Medina duluan sebelum kedatangan rombongan tentara Muslim. Ketika Zayd tiba di Medina, dia mendengar berita kematiah Ruqayyah, anak perempuan Muhammad. Orang2 sedang mempersiapkan kuburannya ketika Zayd datang membawa berita kemenangan Muhammad di Badr.
Sehari kemudian Muhammad tiba di Medina dengan jarahan perang dan menerima berita sedih tentang kematian dan penguburan anaknya Ruqayyah sewaktu dia tidak berada di sana. Seperti telah disebutkan sebelumnya, suami Ruqayyah adalah Uthman b. Affan yang tidak bisa ikut merampok karena istrinya sakit. Meskipun begitu, Muhammad menghadiahi menantunya jatah jarahan yang sama dengan tentara yang ikut perang. Beberapa bulan kemudia Uthman menikah dengan anak perempuan Muhammad yang belum menikah, yakni Umm Kulthum, yang sebelumnya menikah dengan anak Abu Lahab, tapi akhirnya berpisah dengannya. Ketika orang2 memberi selamat kepada para Jihadis atas barang2 jarahan, para Jihadis membual tentang pembantaian kaum pagan. Banyak Jihadis yang mengaku bahwa membantai kafir ternyata menyenangkan.[ Tabari, vol. vii, p.65]
Keesokan harinya di waktu malam, kelompok akhir Jihadis datang dengan para tawanan di Medina. Melihat keadaan para tawanan yang menyedihkan ini, banyak orang2 Medina yang jatuh kasihan terhadap mereka. Bagaimana pun juga para tawanan itu adalah dari suku yang sama dengan mereka dan sedarah. Belas kasihan ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan Sauda, yakni istri kedua Muhammad, kepada seorang tawanan. Sauda pergi untuk menghibur anggota keluarga Afra, warga Medina yang berduka cita karena kehilangan dua putra di Badr. Waktu dia kembali, dia melihat Abu Yazid Suhayl b. Amr, saudara laki suaminya yang dulu (jadi Abu Yazid adalah saudara ipar Sauda), dan sekarang Abu Yazid jadi tawanan perang berdiri di depan rumah Sauda dengan kedua tangan terikat di belakang lehernya. Sauda berkata daripada jadi tawanan perang, seharusnya Abu Yazid lebih baik memilih mati dengan terhormat di medan perang. Muhammad menegurnya karena berkata begitu. Dengan penuh rasa kasihan dan sayang, Sauda hendak melepas ikatan tangan Abu Yazid, tapi Muhammad dengan galak melarangnya melakukan hal itu. Dari cerita Sauda kita tahu bahwa saat itu para wanita Arabia tidak diharuskan memakai jilbab dan mereka bisa bebas pergi ke mana mereka mau. Penggambarannya tentang sikap keras Muhammad juga membantah anggapan orang bahwa hubungan Muhammad dan istri2nya penuh kasih dan ramah tamah. Sauda dengan jelas berkata bahwa dia benar2 takut akan Muhammad. Inilah kata2nya yang asli: “Tiba2 suara Muhammad mengejutkanku: “Sauda, kamu mau cari masalah melawan Tuhan dan RasulNya?” Aku berkata,”Demi Tuhan, aku tidak dapat menahan diri waktu aku melihat Abu Yazid dalam keadaan seperti itu dan kukatakan apa yang kulakukan.” [Ibn Ishaq, p.309]
Meskipun begitu, secara keseluruhan orang2 Medina memperlakukan para tawanan dengan baik. Mereka diberi makan dan naungan dan tidak disiksa, meskipun dilaporkan bahwa Hazrat Umar ingin mencabut gigi2 Suhayl (tawanan perang) dengan berkata pada Rasul Allah: ‘Biarkan saya cabut dua gigi depan Suhayl agar lidahnya keluar dan dia tidak bisa berkata melawanmu.’[Ibn Ishaq, p.312; Tabari, vol.vii, p.71] Tapi Muhammad melarang penyiksaan ini. Perlakuan baik terhadap tawanan Medina juga perlu dilakukan orang2 Muslim jika mereka ingin dapat uang tebusan yang besar dari sanak saurdar para tawanan – dan mereka (para Muslim) tahu akan hal ini. Kebaikan orang2 Muslim menarik hati beberapa orang Medina untuk masuk Islam dan tinggal menetap di Medina kemudian, dikabarkan begitu. Dikisahkan bahwa ketika Muhammad memerintah agar semua tawanan diikat, paman Muhammad yang bernama al-Abbas juga dirantai. Muhammad tidak bisa tidur sampai pengikutnya melepas rantai al-Abbas.[Tabari, vol.vii, p.69]
Ketika rasa sukacita kemenangan oleh tentara Muslim perlahan berakhir, maka sekarang waktunya untuk mengambil keputusan tentang nasib para tawanan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak semula, Jihadis fanatik bernama Sa’d b. Muadah ingin membunuh semua tawanan Muslim. Hazrat Umar juga ingin memancung semua tawanan, dan dia mengusulkan saudara membunuh saudara, dan Abu Rawaha ingin membakar mereka hidup2. Muhammad tidak bisa mengambil keputusan akan hal ini. Dia pun ingin membunuh semua tawanan kecuali beberapa orang. Abu Bakr mengusulkan untuk meminta uang tebusan bagi para tawanan. Tiba2 Muhammad melihat keuntungan dari usul Abu Bakr. Dia melihat kesempatan dapat uang bagi pengikutnya yang miskin papa itu. Seketika itu pula dia mengaku bahwa Allah (melalui Jibril) telah mengirim ayat QS 8:6-7 yang mengijinkan dia untuk meminta uang tebusan setelah membantai musuh, dan di ayat QS 8:68, Allah mengijinkan dia untuk menikmati harta jarahan. Dua ayat ini membuat kompromi antara hal membantai semua tawanan dan mengambil uang tebusan untuk membebaskan tawanan.
Sekarang yang paling dipikirkan Muhammad adalah Abu al-Aas, menantunya, yang (seperti telah ditulis sebelumnya) jadi tawanan perang. Ketika anak perempuan Muhammad yang tertua, Zaynab (yakni istri Abu al-Aas yang tinggal di Mekah), mendengar bahwa suaminya ditangkap, dia mengirim uang dan kalung Khadijah (ibunya, dan istri pertama Muhammad) sebagai tebusan agar suaminya dibebaskan. Akhirnya hati Muhammad melembut (meskipun hanya sedikiiiiit saja) ketika melihat kalung almarhum istrinya Khadijah. Dia khawatir dan mulai memikirkan tentang Abu al-Aas dan anak perempuannya. Keesokan harinya, di mesjidnya, dia meminta pendapat para Jihadis akan hal ini. Mereka setuju untuk membebaskan Abu al-Aas tanpa tebusan dan dia boleh kembali ke Mekah. Muhammad jadi lega dan membebaskan Abu al-Aas, tapi dengan syarat waktu dia tiba di Mekah, Abu al-Aas harus menceraikan Zaynab dan mengirimnya ke Medina untuk hidup bersama Muhammad. Abu al-Aas berjanji akan membiarkan Zaynab pergi ke Muhammad di Medina dan memang begitulah yang dia lakukan ketika tiba di Mekah. Dia lalu mengatur kepergian Zaynab dari Mekah. Saat itu, Hind (istri Abu Sufyan) bersikap ramah pada Zaynab. Meskipun ada permusuhan besar diantara Muhammad dan Abu Sufyan, Hind dengan suka rela menyediakan segala kebutuhan untuk membantu Zaynab pergi menemui ayahnya. Tapi Zaynab ingin pergi diam2. Jadi pada saat yang tepat, Zaynab meminjam seekor unta untuk pergi ke Medina. Kakak laki iparnya menemani dia. Ketika mengetahui kepergian Zaynab, dua orang Quraish mengejar unta Zaynab dan menangkapnya di Dhu Tuwa. Seorang Quraish yang bernama Habbar b. al-Aswad mengancam dia dengan tombaknya. Saat itu Zaynab sedang hamil. Dilaporkan bahwa dia jatuh dari unta dan mengalami keguguran. Lalu Habbar menyakiti Zaynab, tapi Abu Sufyan menengahi dan membiarkan Zaynab luput dari serangan Habbar. Abu Sufyan sama sekali tidak punya rasa dendam terhadap Zaynab dan dia menasehati Zaynab untuk meninggalkan Mekah diam2. Beberapa hari kemudian, ketika ribut2 tentang perang Badr telah mereda, Zaynab diam2 melarikan diri dari Mekah di malam hari.
Berikutnya adalah menentukan nasib al-Abbas, yakni paman Muhammad. Para Jihadis membawa al-Abbas yang telanjang ke hadapan Muhammad. Muhammad harus mencari baju bagi pamannya yang telanjang. Ini Hadisnya.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 252:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Saat di hari perang Badr, para tawanan perang dibawa termasuk Al-Abbas yang telanjang. Sang Nabi mencari baju baginya. Lalu didapatkan bahwa baju 'Abdullah bin Ubai cocok ukurannya, lalu sang Nabi mengijinkan dia (Al-Abbas) memakainya. Inilah alasan mengapa sang Nabi pergi dan menyerahkan bajunya sendiri kepada ‘Abdullah (pencerita menambahkan,”Dia membantu sang Nabi dan karenanya Nabi suka menghadiahi dia.”)
Karena al-Abbas adalah orang yang kaya, Muhammad menentukan bahwa al-Abbas harus menebus dirinya sendiri, dan juga kemenakan2 dan rekan2nya. Mendengar ini, al-Abbas mengaku bahwa diam2 dia juga adalah seorang Muslim dan dia dipaksa perang melawan Muslim. Muhammad tetap ingin minta uang tebusan dari al-Abbas. Sebenarnya Muhammad pun berhutang pada al-Abbas, tapi ketika al-Abbas meminta agar utang Muhammad dijadikan uang tebusan dirinya, Muhammad menolak. Begitulah rakusnya sang Nabi penuh kasih ini kalau sudah urusan duit. Akhirnya Muhammad mengambil 20 ons emas (sekitar 90 Juta dalam nilai uang sekarang) dari al-Abbas untuk membebaskan dirinya.
Pada awalnya, orang2 Quraish menurut saja untuk membayar uang tebusan agar orang2 Muslim tidak meminta harga mahal untuk membebaskan mereka. Abu Sufyan menolak membayar uang tebusan apapun bagi anak lakinya ‘Amr. Ketika seorang Muslim bernama Sa’d b. al-Numan pergi ke Mekah untuk ibadah Umroh, Abu Sufyan menangkap dan menyaderanya untuk ditukar dengan anak lakinya, ‘Amr. Muhammad tidak punya pilihan selain membebaskan ‘Amr b. Abi Sufyan untuk kebebasan Sa’d. Muhammad ngotot minta uang tebusan tinggi bagi seorang Mekah karena anaknya adalah pedagang kaya. Anaknya lalu membayar uang tebusan sebesar 4.000 Dirham agar ayahnya dibebaskan.
Secara keseluruhan, Muhammad menerima banyak uang dari tebusan tawanan Quraish. Jumlah uang tebusan bagi setiap tawanan berkisar antara 1.000 Dirham sampai 4.000 Dirham. Dilaporkan bahwa orang2 Quraish membayar 250.000 Dirham untuk membebaskan kawan2 dan sanak saudara mereka yang ditawan di perang Badr II. Rata2 uang tebusan setiap tawanan adalah 4.000 Dirham.[ Hamidullah, p.43] Sahih Bukhari menyatakan bahwa di samping uang jarahan dan tebusan, setiap Jihadi menerima uang pensiun sebesar 5.000 Dirham setiap tahun.
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 357:
Dikisahkan Qais:
Prajurit2 (yang bertempur di) Badr masing2 diberi 5.000 Dirham setiap tahun. ‘Umar berkata,”Aku pasti akan memberi mereka lebih daripada memberi orang lain.”
Beberapa tawanan yang tidak punya uang tebusan menawarkan diri untuk mengajar sepuluh anak2 laki Muslim membaca dan menulis bagi setiap tawanan. Ketika masa pengajaran tuntas, para tawanan kemudian dibebaskan. Dikatakan bahwa Zayd ibn Thabit yang adalah seorang penyair (nantinya jadi juru tulis Muhammad) belajar menulis dari kesempatan ini. Ini memberitahu kita bahwa banyak orang Mekah yang bisa membaca sedangkan para pengikut Muhammad kebanyakan buta huruf. Meskipun begitu para Muslim menyebut orang Mekah ‘tak berpengetahuan’!
Kemenangan Badr membuka babak baru dalam perkembangan dalam timbulnya iman Islam. Setelah menyadari ampuhnya kekuatan pedang, Muhammad sekarang yakin bahwa untuk memenangkan doktrin fasisme-nya, dia harus menggunakan cara militer. Sejak saat itu, pedang menjadi bahasa Islam (lihatlah bendera Saudi Arabia) dan melakukan peperangan untuk merampas barang jarahan dan sandera jadi modus operandi para Jihadis baru sebagai mata pencarian dan menambah kekayaan. Maxine Rodinson [p.164] mengkomentari hal ini dengan menulis bahwa satu2nya tujuan perang Badr II adalah barang jarahan. Kemenangan Badr menjadi titik awal agama Muhammad, dan orang2 non-Muslim melihat Islam sekarang berhubungan dengan rasa takut, teror, perampokan dan pertumpahan darah. Di lain pihak, orang2 Quraish dan pagan jadi sadar akan perlunya kemenangan militer untuk menahan menyebarnya ancaman Islam.
'Kalau dijabarkan dengan istilah psykologi, seorang fanatik adalah orang yang secara sadar mematikan keraguan dalam hatinya’ ---Aldous Huxley (1894-1963)50
Berlanjut ke: Sejarah Jihad 2