ZAINAB, ASMARA NABI PADA MENANTUNYA
Nabi kita Muhammad memiliki menantu wanita cantik bernama Zainab Binti Jash, berumur kurang lebih 35 tahun, secantik dan seumuran Sarah Azhari lah. Zainab merupakan istri dari anak angkat Muhammad yang bernama Zaid Bin Mohammed. Di suatu pagi, Muhammad berjalan masuk ke rumah menantunya untuk mencari Zaid dan kebetulan melihat Zainab yang baru bangun tidur dan setengah telanjang. Muhammad senang sekali akan pemandangan ini.
Sumber :
Lings, halaman 341 – 342 :
Suatu hari, nabi pergi kerumah Zaid …. Ketika beliau datang Zaid sedang tidak ada di rumah. Zainab, karena tidak menyangka akan ada tamu diwaktu-waktu tersebut, sedang berpakaian seadanya. ….. Zainab lari kepintu tanpa mengenakan alas kaki untuk mempersilahkan nabi masuk dan menunggu hingga suaminya kembali. “Dia sedang tidak ada hai Rasulullah” katanya, tetapi demi bapak dan ibuku, silahkan masuk”. Saat Zainab berdiri dipintu, ia tampak berseri-seri dan riang gembira, dan nabi kagum oleh kecantikannya’.
Abbas Jamal, halaman 55
Tapi apa lacur, sedang baginda nabi mengucapkan asalamu’alaikum sebagaimana lazimnya berliau bertamu, maka yang menjawab adalah Zainab istri Zaid yang dalam keadaan sedang terburu-buru membetulkan pakaiannya yang belum sempurna terpakai. Tentu saja hal ini berakibat tampaknya sebagian aurat Zainab oleh Rasulullah… Setengah riwayat menyatakan bahwa Zainab dalam keadaan berpakaian tipis ……
Atau dari cerita Muhammad Ibn Yahya Ibn Hayyan,
“Rasul datang ke rumah Zaid Ibn Haritha mencarinya. Mungkin rasul tak menjumpainya saat itu, itu sebabnya dia bertanya, “Dimana Zaid?” dia masuk rumah mencarinya dan, saat tidak menemukannya, Zainab Binti Jahsh berdiri untuk menemuinya dengan memakai baju tipis yang memperlihatkan kemolekan tubuh Zainab, Ketika mata rasul menatap keindahan tubuh Zainab, dia berkata, “Fa tabarak Allah ahsan al khaleqeen (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) yang mengubah hati tiap laki2” Zainab kemudian berkata, “Dia tidak disini, rasul, masuklah, ayah dan ibuku adalah adalah tebusannya.” Rasul menolak masuk. Zainab cepat2 memakai baju ketika mendengar rasul ada dipintu, jadi dia buru2 meloncat, dan rasul menyukainya ketika dia meloncat itu. Hati sang rasul dipenuhi oleh kekaguman akan Zainab.
Ketika Zaid pulang, Zainab memberitahukan suaminya bahwa rasul mencarinya. Zaid bertanya, “kau menyuruhnya masuk tidak?” dia menjawab, “aku tawarkan, tapi dia menolak.” Dia bilang, “apa kau dengar dia bilang sesuatu?” Jawabnya, “kudengar dia berkata sesuatu tapi yang kumengerti hanya: Terpujilah Tuhan yang mengatur hati tiap laki2”. Zaid menemui rasul dan berkata, “O rasul, kudengar kau datang kerumahku. Apa kau masuk? Mungkin kau menyukai Zainab. Aku bisa saja meninggalkannya.” Rasul berkata, “pertahankanlah istrimu.” Zaid berkata, “O rasul, aku akan meninggalkannya.” Rasul berkata, “pertahankan istrimu.” Jadi ketika Zaid meninggalkan istrinya, Zainab selesai masa mensnya setelah dia mengasingkan dirinya dari Zaid. Sementara rasul duduk dan bicara dengan Aisha, dia lalu kerasukan, dan ketika berdiri, dia tersenyum dan berkata, “Siapa yang akan pergi ke Zainab memberitahukannya bahwa Tuhan menikahkannya padaku disurga?” Rasul membaca (QS 33:40): “Jadi kau katakan pada seseorang yang Tuhan senangi dan mereka yang kau sendiri senangi: pertahankan istrimu.” Aisha berkata, “Banyak kudengar tentang kecantikannya dan yang terlebih lagi, tentang Allah menikahkannya disurga, dan kubilang, “Pasti dia membanggakan diri mengenai ini pada kita.” Salama, budak dari rasul, cepat2 memberitahunya tentang ini. Dia memberinya beberapa perhiasan perak yang dia pakai.”
Dari cerita diatas kita dapat melihat bahwa Zainab bukanlah seorang istri yang jinak, Zainab begitu bangga karena Rasulullah tertarik padanya, oleh karena itu ia menceritakan peristiwa itu kepada suaminya dan Zaid yang memang menganggap Muhammad seperti Tuhan, akhirnya dengan bangga mempersembahkan istrinya pada Muhammad dengan menceraikannya.
Dalam budaya Arab, menantu wanita bagaikan anak perempuan sendiri, tidak peduli apakah dia itu istri dari anak angkat atau anak kandung. Kabar sang Nabi tertarik pada istri anaknya sendiri membuat masyarakat Medinah bertanya2. Ini benar2 tabu dalam budaya Arab sebelum islam. Karena itulah setelah Zaid menawarkan Zainab pada Muhammad, sang rasul yang pada awalnya telah bergairah pada Zainab mulai berpikir bagaimana mengatasi pertanyaan2 masyarakat Medinah. Ah, gampang, kan ada Allah. Kemudian diturunkanlah ayat berikut;
Sura al-Ahzab Q.33: 40:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Sura al-Ahzab Q.33: 37:
"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.”
Mendengar ayat2 diatas, Aisha yang saat itu berumur sekitar 14 tahun mulai merasa gelisah, karena bertambah lagi saingannya, apalagi Zainab sangatlah cantik, bahkan buku disurga telah menuliskan pernikahan Muhammad dan Zainab ini. Aisha berpikir bahwa Zainab akan membanggakan dirinya, karena ialah satu2nya istri yang dinikahkan disurga oleh Allah. Dikemudian hari kekhawatiran Aisha terbukti, istri2 Muhammad terpecah menjadi 2 kubu, yaitu kubunya Aisha, Saudah, serta Hafsa sebagai istri2 awal, berhadapan dengan kubunya Zainab dan Umm Salama dan istri2 lainnya.
Karena peristiwa Muhammad ingin menikahi istri dari anak angkatnya ini, maka tradisi adopsi anak yang dahulu sering dilakukan untuk membantu anak2 yatim tidak diperbolehkan lagi. Muhammad merubah adopsi yang bertujuan mulia tersebut menjadi terlarang. Kemudian dengan begitu ia juga memperbolehkan siapa saja untuk menikahi istri anak angkatnya, para wanita yang seharusnya dianggap sebagai anaknya sendiri.
Bagaimana cara pembela Islam untuk mempertahankan kisah ini agar tampak religius?
Muhammad Husain Haikal, misalnya, dalam rangka menyangkal pernyataan V. Vacca dalam ensiklopedi Islam mengenai Zainab, berkata mengenai “perbuatan mulia” dari Muhammad, yang oleh para orientalis diubah menjadi kisah romans. Dia berkata, “Mengenai Zainab binti Jahsh, yang dibuat oleh para orientalis menjadi sebuah khayalan romans dan percintaan, Sejarah yang sebenarnya mempertimbangkan bahwa itu (pernikahan Muhammad dengan Zainab) adalah salah satu perbuatan mulia dari Muhammad. Dengan menjadi contoh iman yang sempurna, dia terapkan pada Zainab sebuah hadis yang mengatakan, “Iman seorang lelaki belumlah sempurna hingga dia cinta pada saudaranya seperti dia cinta untuk dirinya.”
Para pembela ini menyimpulkan bahwa itu adalah satu dari banyak segi hebat dari kepribadian Muhammad. Bukti yang menjawab semua pertanyaan bahwa Muhammad adalah contoh yang sempurna bagi hukum yang dia bawa khususnya jika hukum itu ditujukan untuk mengganti tradisi dan kebiasaan orang2 Arab sebelum Islam. Muhammad adalah contoh dari sistem baru yang Tuhan tampilkan melaluinya sebagai rasa sayang dan petunjuk bagi umat manusia.
Dilain pihak, kebiasaan dan tradisi Arab menuntut bahwa anak adopsi / angkat mendapat warisan dari ayah angkatnya, sama seperti anak2 kandungnya. Dan karena kebiasaan ini juga menjadi objek dari serangan Muhammad, pilihannya akan Zaid menjadi ujung tombak dari reformasi pertamanya, yang akhirnya menjadikan dia, jika dia siap untuk melepaskan warisan yang mana kebiasaan Arab mengharuskannya, ujung tombak dari undang2 pelarangan waris kecuali bagi yang sedarah dari turunan dan keluarga yang meninggal. Hal ini tentu saja melengkapi wahyu: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Q.33: 36)”
Yang menjadi pertanyaan adalah logiskah Allah mengirim Jibril untuk membenarkan skandal Muhammad, yang jelas2 tabu dimata masyarakat Arab sendiri?
Bukankah ini hanya akal2an Muhammad saja, ketika ia bernafsu melihat kemolekan tubuh Zainab dan ingin memiliki wanita tersebut?
Bukankah Allah seharusnya bermoral mulia, namun melarang adopsi bukalah sebuah tindakan yang bermoral. Melarang minum alkohol, berzina, judi, sihir, membunuh dll, bisa jadi sebuah tindakan bermoral. Tapi kenapa melarang adopsi?
Jawabnya karena Allah bukanlah Tuhan, ia hanyalah boneka Muhammad.
Dimalam pernikahan Muhammad dengan Zainab ini, sang rasul mengadakan pesta dan mengundang beberapa sahabat. Berikut kisahnya;
Sahih Bukhari Book 60, Number 314:
Diriwayatkan Anas bin Malik; Ketika Rasulullah menikahi Zainab bint Jash, beliau mengundang orang2 untuk makan. Merekapun makan2 sambil duduk dan mengobrol. Lalu rasul memberi tanda bahwa ia telah siap untuk berdiri (dengan tujuan untuk menyuruh mereka pulang), namun mereka tetap saja masih duduk. Ketika rasul melihat orang2 tidak merespon tindakannya, ia kemudian bangkit berdiri dan keluar, lalu orang2 juga beranjak dari duduknya, kecuali 3 orang yang masih tetap duduk. Rasulullah kembali masuk, namun langsung keluar rumah lagi. Melihat itu tiga orang tersebut akhirnya pergi, aku kemudian bilang pada rasul bahwa orang2 tadi telah pergi, rasul lalu melangkah untuk memasuki rumahnya. Aku berniat masuk kerumah bersama rasul, namun beliau menurunkan tirai diantara aku dan beliau. Kemudian Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki…. (QS 33:53).”
Sahih Muslim No.2565
Diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata: Aku menghadiri pesta perkawinan Zainab, di mana Rasulullah membuat orang2 merasa kenyang memakan roti dan daging dan beliau juga mengutusku untuk mengundang orang2. Setelah acara walimah selesai, beliau berdiri dan beranjak dari tempatnya, dan aku mengikutinya. Pada saat itu masih ada dua orang tamu laki-laki yang belum keluar karena mereka masih asyik berbicara. Nabi lalu melewati beberapa istrinya yang lain. Beliau mengucapkan salam kepada mereka masing2 (tamunya) lalu bertanya: Bagaimana keadaan kalian semua, wahai anggota keluarga? Mereka menjawab: Baik, wahai Rasulullah. Mereka balik bertanya: Bagaimana dengan keadaan keluargamu? Beliau menjawab: Baik. Setelah selesai beliau kembali dan aku pun ikut kembali. Sesampai di pintu, dua orang tamu laki2 yang masih asyik berbicara tadi masih ada, namun begitu melihat Nabi kembali mereka cepat2 berdiri dan terus keluar. Demi Allah, aku tidak tahu apakah aku yang telah memberitahukan beliau bahwa mereka telah keluar atau wahyu telah turun kepadanya. Sementara aku terus saja mengikuti beliau. Namun begitu kakinya menginjak ambang pintu, segera saja beliau menurunkan kain tirai sehingga aku terhalang dari beliau. Lalu Allah menurunkan ayat berikut ini: Janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu sudah mendapatkan izinnya.
Ini ayat yang diucapkan nabi kita tersebut;
Sura al-Ahzab Q.33: 53:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.
Untuk apa Allah mengeluarkan ayat sepele ini? Yaitu untuk memenuhi keinginan Muhammad.
Saat itu gelora birahi malam pertama Muhammad sudah tak tertahankan. Muhammad telah memberikan kode agar para tamu undangan segera pulang, tapi masih saja ada DUA TAMU dan ANAS yang ngeyel tak mau pulang2. Muhammad bahkan mengulangi kodenya, akhirnya kedua tamunya pun pulang. Eh, hasrat sudah makin membara kok si Anas masih saja ingin bersama rasul. Muhammad akhirnya menempuh cara terang2an untuk mengusir Anas dengan cara menutup tirai di antara mereka berdua. Lho kok Anas ternyata masih dibalik tirai, tak pulang2 juga, terpaksa si Allah, JURUS PAMUNGKAS dikeluarkan.
Janganlah kamu memasuki rumah Nabi. Sesungguhnya yang demikian itu akan “mengganggu” Nabi lalu Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu ke luar, itu menyakiti hati nabi…
Mengganggu apa ya?