SAFIYAH ASMARA NABI DAN DERITANYA

DERITA SAFIYAH

Safiyah adalah gadis cantik yang berusia 17 tahun, ia adalah putri dari kepala suku Yahudi yang dikenal sebagai Bani Nadir. Nama ayahnya adalah Huyah ibn Akhtab. Bani Nadir dirampok oleh Muhammad dan diusir paksa oleh sang Nabi untuk meninggalkan tanah Arab. Sisa Bani Nadir dan keluarga Huyah ibn Akhtab, termasuk Safiyah melarikan diri ke tempat Bani Qurayza di Khaibar. Di Khaibar inilah Safiyah menikah dengan seorang pemuda Yahudi bernama Kinana al-Rabi, bendahara Bani Nadir.

Beberapa bulan kemudian Muhammad dan pasukannya bersiap2 untuk merampok Bani Qurayza juga. Untuk meyakinkan dan menyenangkan pengikutnya atas perampokan ini, Muhammad menurunkan Sura al-Fath (Sura 48 ayat 20). Di sura ini ALLAH MENJANJIKAN BARANG2 HASIL PERAMPOKAN BAGI PARA MUSLIM YANG BERGABUNG DALAM JIHAD.

Kemudian Muhammad memimpin tentaranya dan menyerang masyarakat Yahudi Khaybar. Akhirnya masyarakat Khaybar menyerah, Muhammad memerintahkan para lelaki agar diikat tangan mereka, sementara para wanita dan anak2 disekap secara terpisah. Melihat ini, suku Al-Aus memohon agar nabi memperlakukan mereka dengan ringan. Muhammad mengusulkan agar Sa‘d bin Mu‘adh, diberi tugas untuk menentukan hukuman dan mereka setuju.

Sad bin Mu‘adh kemudian berkata; “Saya putuskan bahwa para laki2 mereka harus dibunuh dan anak2 serta kaum wanitanya harus diambil jadi tawanan”. Sahut Muhammad, “Hebat Sad! Engkau telah menjatuhkan putusan untuk mereka dengan putusan (menyerupai) keputusan Allah”. (Sahih Bukhari 52:280)

Ahhirnya Sekitar 600-800 lelaki Yahudi dibantai disana termasuk ayah Safiyah juga. Rupanya Muhammad belum puas terhadap banyaknya harta yang ia dapatkan dari perampokan ini. Ia mencari Kinana al-Rabi, suami Safiyah yang mengelola keuangan Bani Nadir.

“Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, Kinana menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu sang nabi menyerahkannya kepada Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.” (Ibn Ishaq “Sirat Rasulallah”, p 515)

Setelah para pria dibunuh, para wanitanya dikumpulkan untuk dibagi2kan kepada para Jihadis.



Sahih Bukhari 8 no 367
Dikisahkan oleh 'Abdul 'Aziz: Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, “Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.” Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”)

Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.”

Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi.

Oo begitu ya kelakuan seorang nabi, tak tahan melihat gadis cantik lalu merebutnya dari tangan Dihya?

Karena tak tahan dengan kecantikannya maka Muhammad pun mengambil Safiyah untuk ditidurinya. Malam itu juga Muhammad menggauli Safiyah, setelah siang tadi ia puas membantai anggota suku, keluarga, ayah, serta suami Safiyah.

Bagaimana anda membayangkan perasaan Safiyah saat itu?

Di Tabaqat dikisahkan bahwa Abu Ayyub al-Ansari menjaga tenda sang nabi semalaman selama Muhammad menggauli Safiyah. Ketika fajar tiba, nabi melihat Abu Ayyub terus berjaga2. Nabi bertanya alasannya dan ia menjawab, ”Saya khawatir tentang perbuatan wanita ini terhadapmu. Anda telah membunuh suami, ayah dan banyak kerabatnya dan sampai saat ini ia masih kafir. Saya sangat menghawatirkan pembalasan darinya.”
Keesokan harinya baru dilaksanakan pernikahan Muhammad dan Safiah, nah di pesta pekawinan ini Muhammad di racun oleh wanita Yahudi dan tewas 3 tahun kemudian.

Bagaimana Islam Arab membumbui kisah nabinya ini agar nampak mulia?

Kisah dibawah ini diambil dari Tabaqat nya Ibn Sa”ad;

“Nabi kemudian memberikannya pilihan: bergabung dengan sukunya setelah bebas ATAU menerima Islam dan mengadakan hubungan perkawinan dengan nabi."

"Ketika Safiyah menikah, ia sangat muda, berumur 17 tahun, dan sangat cantik. Bukan hanya ia sangat mencintai Muhammad (???) iapun sangat menghormati kenabiannya karena sebelum menikah, ia telah mendengar pembicaraan ayah dan pamannya tentang Muhammad ketika ia baru saja mengungsi ke Medinah. Salah seorang berkata, ”Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad?”, jawabnya, ”Ia adalah benar seorang nabi yang telah diramalkan oleh kitab kita” (???) , lalu yang lain berkata, ”Lalu apa yang harus dilakukan?” jawabannya adalah “Kita harus menentangnya sekuat tenaga."

“Safiyah kemudian sadar akan kebenaran nabi. Dengan suka rela ia merawat, menyediakan kebutuhan dan menyenangkan nabi dengan berbagai cara. Hal ini jelas terlihat pada saat kedatangannya kehadapan nabi saat jatuhnya Khaibar.”

“Kamu tahu setelah pernikahan rasul dengan Syafiah, beliau melihat tanda bekas Tamparan di pipi Syafiah dan beliau bertanya :"Apa ini?” Syafiah menceritakan bahwa dia bermimpi bahwa rembulan telah jatuh di kamarnya, (mengisyaratkan mimpi bahwa ia akan menikah dengan beliau), dan kemudian suaminya menampar pipinya... “

Betapa lucunya pembelaan orang Arab satu ini !

Masuk akalkah cerita ini? Bagaimana mungkin dua orang Yahudi menganggap Muhammad telah diramalkan di kitab mereka? Sedangkan Isa saja tidak mereka anggap sebagai nabi? Bagaimana mungkin dua orang Yahudi berhasil mengetahui ramalan tentang Muhammad dari kitab mereka, sedangkan selama 1400 tahun kaum terpelajar muslim saja tak mampu menemukannya!

Andaipun benar mereka menganggap Muhammad adalah nabi, logiskah jika kemudian mereka justru menentang Muhammad ? Bukannya mereka seharusnya berbondong2 masuk Islam…

Benarkah Syafiah secara suka rela menyerahkan dirinya kepada Muhammad? Bukankah itu bertentangan dengan kisah yang diceritakan pada Sahih Bukhari? Bukankah Safiyah adalah tawanan, yang ingin diperkosa Dihya, kemudian Muhammad merebutnya karena Syafiah sangat2 cantik. Dimana sukarelanya?

Mungkinkah Syafiah bemimpi bertemu Dewa Bulan ( Muhammad maksudnya), kemudian ia jatuh hati pada Muhammad karena mimpinya itu? Mungkinkah Syafiah begitu gembira tidur bersama Muhammad seorang kakek 59 tahun, saat sebelumya 600 orang saudaranya termasuk ayah dan suaminya dibantai oleh Muhammad?

Jika anda memuji perbuatan Muhammad tersebut maka para muslim seharusnya menyerang rumah2 non-muslim, membunuh mereka dan memperkosa istri2 mereka. Jika anda berkata TIDAK dan tindakan Muhammad pada jaman tersebut tidak dapat diterapkan pada peradaban sekarang, maka semua ayat yang mengatakan bahwa kita harus mengikuti contoh Muhammad menjadi tidak berarti.

Muhammad bukan hanya figur sejarah.. Sebelum menjadi presiden Amerika, Washington mungkin meniduri budaknya. Pada jaman tersebut mungkin tindakan itu dianggap biasa, namun tidak ada orang yang mengatakan bahwa tindakan Washington ataupun Muhammad yang meniduri budak merupakan contoh yang harus diikuti UNTUK SEGALA JAMAN DAN UNTUK SEMUA BANGSA !