B A B T U J U H
NON-MUSLIM BERUSAHA UNTUK MEMBELA
ALQURAN
Pada tanggal 30 Januari 2002, jaringan televisi kabel C-SPAN 2
menayangkan suatu pidato yang disampaikan oleh Karen Armstrong, seorang
spesialis dalam sejarah berbagai agama. Dia berbicara di hadapan para
pendengarnya di kedutaan besar Mesir di Washington, D.C. Topik
pembicaraannya adalah "Islam and the Other World Religions".
SUATU LAPORAN SEJARAH
Karena terkesan oleh dukungan yang sangat positif yang diekspresikan
oleh Karen Armstrong terhadap Islam melalui bukunya yang berjudul :
Muhammad: A Biography of the Prophet, para pejabat di kedutaan Mesir
mengundang dia untuk berpidato, barangkali mereka mengharapkan
bantuannya untuk mengurangi tekanan dunia terhadap Islam setelah
peristiwa 11 September 2001.
Saya memperhatikan dengan bengong ketika Armstrong -- dengan tanpa
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa menakutkan yang faktual -- menyatakan
bahwa pembunuhan dan perbudakan yang dilakukan Muhammad terhadap
umat Yahudi di Medinah hanya sekedar merupakan "suatu perang untuk
membela diri". 1 Saya sangat heran, mengapa seorang sejarahwati yang
ternama seperti Karen Armstrong dengan tidak tanggung-tanggung telah
menghancurkan reputasinya sendiri sebagai seorang yang obyektif ?
Jika Armstrong berada di antara umat Yahudi di Medinah pada waktu itu,
apakah dia juga akan menyarankan mereka untuk menerima Muhammad
sebagai salah satu nabi dalam jajaran nabi-nabi yang telah ditetapkan oleh
Tuhan dalam Alkitab ? Memang mereka (bangsa Yahudi) tidak menyadari
sejak semula bahwa penolakan terhadap Muhammad sesungguhnya telah
membuat Muhammad merasa sangat terhina, sehingga tidak terpikir sama
sekali dalam benak mereka untuk berusaha menghibur Muhammad dengan
pura-pura mengatakan bahwa dia adalah nabi agar mereka selamat dari
murka Muhammad.
76
Selanjutnya Armstrong juga mendeskripsikan Muhammad sebagai "orang
yang sangat toleran" karena setelah mengusir dua suku bangsa Yahudi dari
tempat tinggal mereka serta memenggal leher sebagian besar orang-orang
Yahudi dari kelompok suku yang ketiga serta memperbudak yang tersisa,
Muhammad masih sudi mengijinkan satu dua kelompok kecil orang Yahudi
untuk tetap tinggal di Medinah.2
Armstrong sama sekali tidak mempertimbangkan bagaimana
terguncangnya jiwa dari setiap orang Yahudi yang masih tersisa di Medinah
setelah menyaksikan kebrutalan dan kesadisan yang dilakukan Muhammad
terhadap saudara-saudara mereka. Mereka dengan masih dalam keadaan
jiwa yang tergoncang terpaksa masuk Islam atau diteror agar tidak lagi
berani untuk menyatakan tidak percaya pada Muhammad (mereka dipaksa di
bawah ancaman untuk mengakui Muhammad sebagai nabi).
Armstrong sangat menghargai "sikap kepluralitasan" Muhammad karena
pada awalnya dia memerintahkan umat Muslim untuk berdoa tiga kali sehari
dengan menghadap ke arah Yerusalem. Para ilmuwan lain menganggap
tindakan tersebut hanya untuk mencari simpati umat Yahudi agar mereka
masuk Islam, namun ketika orang Yahudi ternyata tidak ada yang bersedia
masuk Islam, Muhammad kemudian memerintahkan umat Muslim
sembahyang lima kali sehari dengan menghadap ke Mekah.
Dalam usahanya untuk memberi penjelasan tentang terorisme yang
dilakukan oleh al-Qaeda, Armstrong pertama-tama menghubungkannya
dengan kelompok fundamentalis Yahudi maupun Kristen dan selanjutnya dia
menyatakan bahwa semua kelompok fundamentalis dimotivasi oleh rasa
takut.3
Kalau kita bertanya pada kaum fundamentalis Yahudi dan Kristen, mereka
pasti akan menjawab : "Tidak ! Kami percaya pada Tuhan, dan kami
menghendaki kebaikan dan keadilan Tuhan ditegakkan".
Ketika ditanya mengenai status wanita dalam Islam, Armstrong dengan
tersenyum menegaskan bahwa Muhammad merupakan seorang laki-laki yang
sangat menikmati kehadiran wanita.4
Memang benar kalau Muhammad menikmati wanita-wanita itu di dalam
haremnya, tetapi bagaimana dengan para wanita yang sebagian besar adalah
tawanan tersebut ? Bagaimana mungkin mereka menikmati keadaan mereka
saat itu karena sebagian besar dari mereka telah direnggut dengan paksa
dari keluarga dan kekasih mereka.
Nampaknya memang benar bahwa kesimpulan yang ditarik oleh Karen
Armstrong tentang Muhammad dan Islam sangat berbeda dengan kesimpulan
yang ditarik oleh Muir, Rodinson, Warraq dan Bat Ye'or yang menjadi acuan
saya dalam penulisan buku ini tentang masalah yang sama.
Muir, Rodinson, Warraq, dan Bat Ye'or semuanya mengkritik tindakan
Muhammad membunuh, memperbudak, dan menteror ribuan orang tidak
berdosa, sementara Karen Armstrong nampaknya memuji tindakan
Muhammad tersebut dengan berbagai alasan yang dibuat-buatnya sendiri.
77
NEWSWEEK TENTANG ALKITAB DAN ALQURAN
Armstrong bukan satu-satunya penulis Barat yang sedang meninabobokan
dunia Barat dengan pandangannya tentang Islam , sementara itu ancaman
dari kesupremasian Islam makin menghantui mereka. Setelah melakukan
penelitian yang hanya sekedarnya saja, Kenneth L. Woodward pada tanggal
11 Februari 2002 meliput (mengkover) berita dalam majalah Newsweek yang
diberi judul "The Bible and the Quran". Woodward berusaha meyakinkan kita
tentang Islam. Woodward, sebagai penulis tentang agama-agama dalam
majalah Newsweek, pertama-tama menyatakan rasa simpatinya bagi bangsa
Arab karena mereka, sebelum kedatangan Muhammad, tidak memiliki kitab
suci seperti Alkitab.............. Mereka juga tidak mempunyai nabi yang dikirim
oleh Tuhan seperti halnya umat Yahudi dan Kristen..5
Woodward benar-benar tidak memahami masalahnya. Bukankah Alkitab
menyatakan bahwa sekalipun diberikan kepada umat Yahudi, sesungguhnya
Alkitab bukan hanya untuk mereka saja tetapi untuk seluruh umat manusia di
dunia ( lihat kitab Kejadian 12 : 3 ; 18 : 18 ; 22: 18 ; 26 : 4 ; 28 : 14 ;
Yesaya 49 : 6 ; Lukas 24 : 47 ; Kisah Para Rasul 1 : 8 ; Wahyu 5 : 9 , dan
lain-lain).
Dalam ke-5 ayat dari kitab Kejadian tersebut di atas dinyatakan bahwa
"agar bangsa-bangsa di bumi (bukan hanya orang-orang Yahudi) akan
mendapat berkat (bukan teror)". Penulis Alkitab Perjanjian Baru adalah
orang-orang Yahudi, kecuali barangkali Lukas yang bukan orang Yahudi.
Bagaimana kalau seandainya bangsa Yunani, Latin, Gaul, Jerman dan
kelompok-kelompok etnik lainnya masing-masing menolak Alkitab, dengan
menyatakan : "Tidak, Tuhan harus pertama-tama memberi masing-masing di
antara kami Alkitab dan nabi sendiri sesuai dengan bangsa dan bahasa kami
masing-masing atau mereka menolak untuk menyembah kepada satusatunya
Tuhan". (Pandangan semacam itu secara kebetulan sama dengan
pandangan Kaum Mormon yang didasarkan atas premis yang tidak punya
dasar sama sekali yaitu bahwa Alkitab yang diberikan kepada bangsa di
belahan Timur bumi kita perlu dilengkapi dengan suplemen yang berupa Kitab
Suci Mormon bagi masyarakat Barat).
Woodward mengakui bahwa terdapat beberapa ayat yang memerintahkan
kekerasan dalam Alquran, namun sekalipun hanya beberapa, ayat-ayat
tersebut memang telah membakar hati orang-orang Islam fanatik dalam
setiap abad untuk melakukan kekerasan.6 Sudah jelas orang-orang Islam
fanatik menganggap bahwa diri mereka telah menjadi orang-orang moderat
apabila mereka hanya melakukan satu atau dua ayat Alquran yang
memerintahkan kekerasan tersebut. Selain itu, Woodward nampaknya tidak
mengetahui bahwa di dalam Alquran terdapat paling sedikit 109 ayat yang
memerintahkan perang, jumlah sekian banyaknya tersebut tentunya tidak
bisa dibilang hanya beberapa, bukan? Namun paling tidak dia mengakui
bahwa dampak dari ayat-ayat tersebut sungguh diluar dugaan sekalipun
jumlahnya hanya sedikit. Dia menyimpulkan bahwa memang benar ayat-ayat
78
Alquran tersebut memiliki daya perintah yang sangat tinggi.7 Meskipun
demikian dia juga menyatakan bahwa kita tidak perlu membesar-besarkan
mengenai potensi dari ayat-ayat tersebut.
Sebaliknya yang mengherankan, Woodward justru memuji Yesus sebagai
juru damai yang sempurna dan pantas disebut sebagai raja damai. Woodward
menulis: "Pasukan Perang Salib telah menggunakan perisai-perisai
bergambar salib tetapi mereka tidak dapat menunjukkan adanya satupun
ayat dalam Alkitab yang diucapkan Yesus yang membenarkan pembunuhan".8
Kandungan Alquran tidak ada yang dapat
mengimbangi kisah Yesus tentang seorang Samaria
yang Baik Hati.
Artikel Woodward selanjutnya : "Dibandingkan dengan sejumlah ayat
yang memerintahkan umat Muslim untuk berjihad melawan orang-orang
kafir, lebih banyak ayat-ayat lain dalam Alquran yang menekankan pada
tindakan membela keadilan dan tindakan berbelas kasihan".9 Kalau
pernyataan Woodward tersebut benar sekalipun, apakah Islam memberikan
kebebasan bagi umat Muslim untuk mengutamakan sebagian saja dari ayatayat
Alquran dan mengabaikan sebagian ayat yang lain ? Apakah umat
Muslim diperbolehkan untuk melakukan tindakan membela keadilan dan dan
tindakan berbelas kasihan (kemanusiaan) saja tanpa melakukan perintah
untuk berjihad ?
Pertanyaan saya berikut adalah : "Untuk siapakah tindakan membela
keadilan dan tindakan berbelas kasihan tersebut ditujukan?" Woodward
menjawab bahwa tindakan tersebut ditujukan untuk siapapun yang bukan
orang kafir atau dengan kata-kata lain untuk kalangan umat Muslim saja.
Manakala orang-orang Muslim bersahabat dengan orang-orang non-Muslim,
tindakan tersebut merupakan pilihan mereka sendiri secara pribadi bukan
perintah Alquran, karena Alquran memerintahkan umat Muslim untuk
bersahabat hanya dengan sesama Muslim. Kandungan Alquran tidak ada
yang dapat mengimbangi kisah Yesus tentang seorang Samaria yang Baik
Hati yang menunjukkan kebaikan dan rasa belas kasihannya kepada seorang
dari luar golongannya yaitu orang dari sekte lain.
Woodward mengakui bahwa Alquran penuh dengan pengulanganpengulangan
karena orang-orang Arab harus menghafalkan ayat-ayat yang
didiktekan kepada mereka oleh Muhammad, dan pengulangan membantu
penghafalan. Betulkah demikian ? Jika pengulangan-pengulangan (bahan
hafalan lama) tersebut juga harus dihafalkan lagi di bagian lain dari Alquran,
tidakkah hal itu justru menambah beban tugas menghafalkan bahan-bahan
hafalan baru (bahan-bahan yang belum pernah dihafalkan) yang sudah
menunggu ? Tidakkah lebih baik untuk menyingkirkan pengulanganpengulangan
tersebut sehingga mereka hanya perlu menghafalkan hal-hal
yang perlu dihafalkan tetapi belum pernah dihafalkan saja ?
Dalam kesempatan itu Woodward bahkan juga menawarkan suatu
pendapat yang sangat mengejutkan sebagai berikut : "Meminjam istilah Injil,
79
Alquran sama dengan Kristus sendiri, yaitu sebagai logos (Firman dari Bapa
Surgawi). Singkat kata, jika Kristus adalah Firman yang menjadi manusia,
Alquran adalah Firman yang menjadi buku".10
Jika hal tersebut benar itu berarti Islam memberhalakan sebuah buku. Ini
menimbulkan masalah baru. Sama seperti halnya dengan Yahudi dan Kristen,
Islam juga membenci pemujaan berhala. Esensi penyembahan berhala adalah
memuja benda sebagai dewa/tuhan. Buku adalah suatu benda. Apakah kita
harus menganggap bahwa Islam telah berubah 360 derajat dalam menuntun
umatnya yaitu dimulai dari orang-orang yang menyembah berhala menjadi
orang-orang yang menyembah satu Tuhan (monoteis) dan kemudian balik
lagi menjadi orang-orang penyembah berhala dengan cara mendewakan
sebuah buku ? Umat Yahudi dan Kristen mengklaim bahwa surga adalah
suatu tempat dimana orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan dari ikatan
dunia yang penuh dosa ini akan dipersatukan dalam kasih dengan semua
orang tebusan lainnya agar mereka semua dapat memuliakan Tuhan, Bapa
Surgawi, dalam kekudusan, kedamaian, dan kebahagiaan untuk selamalamanya.
Dalam membahas pandangan yang menyatakan bahwa Muhammad telah
salah menggambarkan tentang surga Yahudi dan Kristen yang mana
Muhammad menyatakan bahwa surga tersebut merupakan suatu tempat
pelacuran (bordel) yang luar biasa besarnya yang terletak di langit dan
pandangan yang menyatakan bahwa Muhammad telah menyelewengkan
segala sesuatu yang suci termasuk surga dengan tujuan untuk mengimingimingi
laki-laki penyembah berhala untuk menjadi para pengikutnya,11 Lisa
Miller ( seorang reporter Newsweek) menyatakan bahwa hal tersebut
merupakan pandangan-pandangan yang sangat picik. Lisa Miller juga
menyerang dan menyoroti kekunoan dari pemahaman umat Yahudi dan
Kristen tentang surga, seolah-olah dengan penyerangannya itu dia berusaha
untuk menghancurkan konsep kuno tersebut, dan pada gilirannya akan
memberi kemudahan baginya untuk menyatakan bahwa pandangan Yahudi
dan Kristen tentang surga sama saja bobotnya dengan pandangan
Muhammad tentang surga.
Lisa Miller dengan tanpa dasar menyatakan bahwa sampai dengan tahun
167 sebelum Masehi, umat Yahudi mempunyai pengetahuan yang sangat
dangkal tentang akhirat (masa setelah kematian). Para pimpinan umat
Yahudi muncul dengan insentif (untuk menguatkan umat Yahudi dalam
melawan pengaruh paganisme). Salah satu wacana dalam kitab Daniel yang
ditulis kira-kira tahun 165 sebelum Masehi menyebutkan: "Dan banyak dari
antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan
bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk
mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Daniel 12 : 2)". 12
Jauh sebelum Daniel lahir, Ayub telah menulis : " Juga sesudah kulit
tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Elohim
(Ayub 19 : 26)". Berabad-abad sebelum kelahiran Daniel, Daud juga
menyatakan dalam Mazmur 16 : 9-11 sebagai berikut : "Sebab itu hatiku
80
bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam
dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia
orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat
kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di
hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada
nikmat senantiasa". Daud mengakhiri dengan menyatakan : "Kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku
akan diam dalam rumah Yahweh sepanjang masa (Mazmur 23 : 6)".
Dari ayat-ayat Alkitab tersebut jelaslah bahwa pengetahuan orang-orang
Yahudi tentang akhirat sangat dalam bukannya dangkal seperti yang
dikatakan Miller. Liputan Newsweek tersebut justru membongkar rahasia
kedangkalan pengetahuan para editornya tentang agama-agama.
"ISLAM: KERAJAAN YANG MENERAPKAN SYARIAT AGAMA"
Selanjutnya saya perlu memberi komentar mengenai suatu informasi yang
menyesatkan tentang Islam yang berulang-ulang ditayangkan melalui televisi
secara nasional oleh Sistem Penyiaran Publik. Judul penayangan tersebut
adalah Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama.
Sudah jelas dari judulnya saja dapat diduga bahwa Islam adalah agama
yang menolak pandangan Barat yang menyatakan bahwa agama harus
dipisahkan dari negara. Namun dengan adanya informasi menyesatkan
tersebut di atas, orang Amerika menjadi tidak menyadari (tidak mewaspadai)
akan bahayanya Islam sebagai agama yang mengandung aspek antikonstitusional
yang sangat menakutkan itu.
Saya tidak menyalahkan Ben Kingsley, atas waktu yang digunakannya
untuk menyampaikan informasi yang menyesatkan tersebut. Dia hanyalah
sekedar orang yang dibayar untuk membacakan informasi itu di depan publik.
Sebagai seorang ilmuwan pemasok berita, saya tahu benar bahwa editor
mungkin saja telah menghilangkan (mencoret) kata-kata kunci atau
menyingkirkan esensi berita dan fakta-fakta yang sebenarnya ingin
disampaikan oleh ilmuwan pemasok berita tersebut.
Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama berkembang secara luar
biasa di negara-negara Muslim Timur Tengah selama jaman Pertengahan.
Namun seorang sejarawan yang bernama Ernest Renan tidak sependapat
dengan pernyataan tersebut. Dia menyatakan :
Ilmu pengetahuan (sains) dan ilmu filsafat memang nampaknya
berkembang pesat di bawah kekuasaan Islam selama paruh pertama
abad Pertengahan, tetapi hal itu sesungguhnya bukan karena
kehebatan Islam itu sendiri, melainkan karena hambatan-hambatan
yang justru telah dilakukan Islam. Tidak satupun ........... filosof atau
ilmuwan yang terbebas dari penganiayaan. Hanya untuk sesaat saja
nampaknya kebebasan berpendapat dan tradisi kaum rasionalis
81
dibiarkan hidup, namun kemudian kefanatikan dan ketidak-toleransian
menguasai keadaan. Memang harus diakui bahwa Gereja Kristen juga
mempersulit laju perkembangan ilmu pengetahuan (sains) tetapi
Gereja tidak mencekik para ilmuwan seperti halnya teologi Islam.
Bagaimana mungkin kita dapat memberi penghargaan kepada Islam
atas tindakannya memenjarakan banyak sekali para pemikir dengan
paksa dan tidak beradab, buku-buku mereka dibakar dan buah pikiran
mereka tidak boleh diedarkan atas perintah dari otoritas teologi Islam13
Jadi jelaslah bahwa informasi tentang Islam: Kerajaan yang Menerapkan
Syariat Agama yang ditayangkan televisi tersebut di atas sungguh
merupakan informasi yang sangat bias. Jika memang sponsor-sponsor
Muslim ada di balik pemberitaan tersebut, mereka sendiri akan menghadapi
kesulitan atas perbuatan itu. Mengapa demikian ? Dengan memberi informasi
semacam itu berarti Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama harus
terbuka pula untuk menyatakan bahwa Alquran merupakan literatur yang
sangat indah. Suara-suara yang menyatakan bahwa Alquran lebih indah
daripada karya sastera Arab lainnya merupakan suara-suara yang tidak
memberi informasi sama sekali kepada orang-orang Barat. 14
Bias-bias bohong tersebut kemudian mencuat ke permukaan seperti suatu
gurita raksasa dengan banyak tentakel. Islam: Kerajaan yang Menerapkan
Syariat Agama memuja Muhammad sebagai seorang yang menyuarakan
pesan keadilan sosial yang luar biasa.15
Seorang ilmuwan bahkan mengklaim bahwa itulah hal yang ditawarkan
oleh Muhammad kepada orang-orang Arab penganut paganisme . Hal
tersebut bahkan juga berbicara tentang "kerendahan hati Muhammad selaku
seorang manusia".16
Dari semua hal yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa Islam:
Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama telah menutup-nutupi kenyataan
yang sebenarnya tentang Muhammad yaitu kenyataan bahwa dia adalah
seorang perampok yang mengambil harta benda orang-orang lain,
membunuh orang-orang tidak berdosa, memenggal kepala ratusan pria
Yahudi, memaksa perempuan-perempuan tawanan perang untuk melayani
dia dan para pengikutnya sebagai budak-budak seks dan bahkan Muhammad
juga menjual anak-anak laki-laki Yahudi untuk dijadikan budak-budak.
"Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama"
telah melecehkan Kekristenan Eropa abad
pertengahan sebaliknya memuja peradaban Islam
masa itu.
Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama mendeskripsikan
tentang kemenangan-kemenangan tentara Islam melawan tentara Kristen
Eropa di Palestina, Syria, Irak, Afrika Utara dan Spanyol selatan, tetapi tidak
mengakui kekalahan-kekalahan mereka di Tours oleh pasukan Eropa yang
dipimpin oleh Charles Martel atau kekalahan mereka di Wina oleh pasukan
82
Eropa yang dipimpin oleh Habsburgs. Barangkali laporan tentang
dikalahkannya pasukan Islam akan membuat mereka malu.
Umat Muslim mengklaim bahwa mereka telah membangun kanal-kanal
untuk mengalirkan air di Tunisia "ratusan tahun sebelum orang-orang Eropa
berpikir tentang mengalirkan air".17 Apakah mereka tidak tahu bahwa bangsa
Romawi, bahkan jauh sebelum mereka (umat Muslim) membangun kanalkanal
, telah lebih dahulu membangun terowongan air untuk mengalirkan air
segar ratusan kilometer jauhnya?
Berpuluh-puluh kali Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama
melecehkan Kristen Eropa abad pertengahan, sebaliknya memuja peradaban
Islam masa lalu.
Bangsa Mongol dipersalahkan atas penyerbuan mereka terhadap Islam
yang mengakibatkan runtuhnya jaman keemasan Islam, tetapi mereka (umat
Muslim) tidak menyalahkan bangsa Hun, bangsa Goth, bangsa Visigoth, dan
bangsa Vandal atas penyerbuan mereka terhadap Kristen Eropa yang
mengakibatkan timbulnya jaman kegelapan di Eropa, malahan mereka (umat
Muslim) justru menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kesalahan
Kristen Eropa sendiri.
Selanjutnya, ilmu pengetahuan (sains) di bawah kekuasaan Islam
terutama di Baghdad memang maju tetapi kemajuan tersebut diperoleh
melalui penyerapan dan pemrosesan konsep-konsep filosofis dan matematis
yang berasal dari bangsa Yunani dan India yang disampaikan oleh para
ilmuwan. (Namun ironisnya para ilmuwan yang telah berjasa tersebut justru
mengalami berbagai penganiayaan yang dilakukan oleh Islam, hanya saja
berita tentang penganiayaan-penganiayaan terhadap para ilmuwan tersebut
tidak pernah diberitakan oleh media massa, sehingga kenyataan tersebut
tidak diketahui oleh dunia luar).
Mulai kebangkitan sampai dengan runtuhnya,
peradaban Islam selalu terpecah-pecah. Demokrasi
dan hak-hak asasi individu tidak terpikirkan sama
sekali oleh para pimpinan Islam dari dulu sampai
sekarang.
Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama mendeskripsikan bahwa
para pemimpin Islam pada jaman Ottoman tidak mempercayai sesama
Muslim untuk mengawal mereka, karena seringkali para pengawal Muslim
tersebut mengkhianati yang mereka kawal. Oleh karena itu Islam, menurut
salah seorang Muslim, kemudian "membina anak-anak Kristen"18 untuk
menjadi Islam dan selanjutnya melatih mereka untuk menjadi pengawalpengawal
khusus bagi Sultan dan para pemimpin Islam Turki dengan sebutan
milisia pengawal Sultan Turki.
Bat Ye'or dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada pembinaan
apapun terhadap anak-anak Kristen tersebut, mereka bukan dibina tetapi
mereka dipaksa dan diculik atas perintah Sultan dari rumah dan orang tua
mereka. Sekalipun demikian seorang pendukung Islam: Kerajaan yang
83
Menerapkan Syariat Agama yang bernama Esin Atil dengan senyum puas
mendeskripsikan kebijakan Muslim dalam rangka merusak kehidupan
keluarga Kristen sebagai suatu kebijakan yang tepat. Karena
ketidakpercayaan para pemimpin Islam terhadap orang-orang Islam sendiri
untuk mengawal mereka, mereka kemudian memaksa dan menculik anakanak
Kristen untuk dijadikan pengawal. Apakah orang-orang Kristen harus
menanggung beban kesalahan orang-orang Islam ? Apakah hal itu pantas
dibanggakan oleh umat Islam ? Seharusnya umat Muslim merasa malu
melakukan hal tersebut ? Sungguh kami tak habis pikir bagaimana mungkin
perpecahan terjadi di kalangan umat Muslim , tetapi umat Kristen yang
disalahkan atas terjadinya perpecahan itu?
Saya dapat menulis lebih banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan topik
tersebut di atas, namun saya pikir sudah cukup saya berkomentar dan
menyimpulkan bahwa Islam: Kerajaan yang Menerapkan Syariat Agama
sesungguhnya merupakan informasi yang menyesatkan (akibat
kekurangtahuan nara sumbernya tentang Islam yang sebenarnya) yang
justru telah mengaburkan kenyataan tentang Islam itu sendiri.
Apakah para apologis Muslim mengakui kepiawaian, kesahihan, dan
keterandalan ilmu pengetahuan dari empat nara sumber yang menjadi acuan
saya yaitu Muir, Rodinson, Warraq, dan Ye'or ? Barangkali apologis Muslim
masa kini yang paling banyak membaca adalah Caesar E. Farah, Ph.D., dari
Universitas Minnesota. Dalam bukunya yang berjudul Islam, Farah
mendeskripsikan buku Life of Mohammed karangan Sir William Muir sebagai
buku yang telah secara terperinci dan menyeluruh sesuai dengan sumbersumber
aslinya.19 Farah juga merekomendasikan buku berjudul Mohammed
karangan Rodinson sebagai buku yang layak dibaca. Rodinson juga mengutip
dari sumber-sumber asli yang sama seperti yang diacu oleh Muir. Buku-buku
karangan Ibn Warraq dan Ye'or yang dipublikasikan setelah tahun 1994
memang tidak disebut-sebut oleh Farah, tetapi mereka berdua mengutip dan
nara sumber sebelum tahun 1994 yang diakui kebenarannya oleh Farah.
Catatan:
1. Karen Armstrong, "Speech by Karen Armstrong at the Egyptian Embassy 1/30: Islam
and the Other World Religions" C-SPAN 2, Januari 30, 2002.
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. Kenneth L. Woodward, "The Bible and the Qur'an," Newsweek (February 11, 2002), p.
52.
6. Ibid.
7. Ibid., p. 53.
8. Ibid.
9. Ibid.
10. Ibid.
11. Lisa Miller, "Why We Need Heaven: Viaiona of Heaven and the Centuries-Old Conflicts
They Inspire", Newsweek (August 12, 2002), pp. 44-51.
12. Ibid.
84
13. Ernest Renan, quoted in Ibn Warraq, Why I Am Not a Muslim (Amherst, NY:
Prometheus Books, 1995), p. 274.
14. "Islam: Empire of Faith", PBS.
15. Ibid.
16. Ibid.
17. Ibid.
18. Ibid.
19. Caesar E. Farah, Islam (Hauppauge, NY: Barron's, 1994), p.452.
85
B A B D E L A P A N
AKHLAK ALKITAB PERJANJIAN LAMA DAN
ALQURAN
Muhammad mengklaim dirinya sebagai salah satu nabi Alkitabiah. Jadi
umat Yahudi dan Kristen mempunyai hak untuk menilai penampilan dan
sepak terjangnya sebagai seorang nabi sesuai dengan norma-norma standar
Alkitab. Namun sungguh patut disayangkan, kekerasan dan ketamakan
Muhammad telah menyebabkan umat Yahudi dan Kristen pada jaman itu
seolah-olah kembali ke masa silam yaitu pada jamannya kitab Hakim-Hakim
dan masa-masa penuh kekerasan pada jaman berkuasanya Raja Daud dan
para penggantinya.
Praktek poligami yang sangat menyolok yang dilakukan Muhammad serta
pengeksploitasian budak-budak wanita telah menyebabkan umat Yahudi dan
Kristen berkesimpulan bahwa Muhammad telah mengikuti pola hidup
berpoligami yang penuh kesia-siaan yang dilakukan oleh Raja Salomo. Pola
kehidupan Salomo seperti itu hanya bertujuan untuk memuaskan hawa
nafsunya semata dan telah menyimpang dari ajaran-ajarannya sendiri yang
tertulis dalam Alkitab sebelumnya.
Bahkan orang-orang Arab penganut paganismepun dapat menilai bahwa
pola hidup Muhammad seperti itu jelas sangat tidak pantas dilakukan oleh
seorang yang menyatakan dirinya sebagai nabi Alkitabiah dan jauh di bawah
persyaratan standar minimal yang telah ditetapkan oleh Tuhan bagi nabi
Alkitabiah.
Tidak ada satupun nabi Alkitabiah baik yang
mayor maupun minor mulai dari Yesaya dan
Yeremia sampai Maleakhi yang pernah
menggunakan pedang dalam mengemban tugas
kenabiannya.
Baik Kitab Talmud Yahudi dan Alkitab Perjanjian Baru Kristen sangat
menghargai Daud dan Salomo atas karya mereka yaitu Mazmur dan Amsal
meskipun demikian umat Yahudi dan Kristen diingatkan untuk tidak meniru
akhlak Daud dan Salomo yang sangat buruk itu. Sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, tidak ada satupun nabi Alkitabiah baik nabi mayor
maupun minor mulai nabi Yesaya dan Yeremia sampai Maleakhi yang pernah
menggunakan pedang dalam mengemban tugas kenabiannya, dan para nabi
tersebut juga tidak pernah menganjurkan umatnya untuk menggunakan
pedang.
Akhlak Daud yang sangat buruk adalah bahwa dia banyak melakukan
pembunuhan (Lihat 1 Tawarikh 22 : 8-9). Orang saleh selalu menyerahkan
segala permasalahan yang dihadapinya ke tangan Tuhan dan membiarkan
Tuhan bertindak sesuai dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Sementara
86
Muhammad justru melakukan hal-hal yang jauh lebih buruk daripada yang
dilakukan Daud dan Salomo. Muhammad melakukan perbuatan-perbuatan
kejinya dengan dilandasi oleh nafsu membalas dendam yang sangat
membara.
Daud menyesali dosa-dosanya terhadap Batsyeba, Uria, dan Tuhan
(Mazmur 51). Dan Daud tidak menyuruh orang-orangnya untuk mencontoh
perbuatannya yang jahat itu. Sebaliknya Muhammad justru memerintahkan
umat Muslim untuk mengikuti perbuatan-perbuatannya sebagai normatif
sekalipun perbuatannya itu sangat jahat.
Salah satu keistimewaan Talmud Yahudi dan Alkitab Perjanjian Baru
Kristen terletak pada cara-cara mulia, penuh karisma dan niat baik yang
diterapkannya dalam mempengaruhi umat manusia, institusi-institusi dan
historis. Khususnya dalam kekristenan berlaku satu norma sebagaimana yang
ditulis oleh Yohanes (Lihat Yohanes 1 : 17).
Secara singkat, Alquran menetapkan perjuangan bersenjata, poligami,
dan perbudakan sebagai prasyarat yang bersifat normatif yang harus
dilakukan oleh umat Muslim sampai Islam "mengungguli (mengalahkan)
semua agama lainnya" (Surat 61 : 9). Umat Yahudi dan Kristen di segenap
penjuru dunia telah membersihkan diri mereka dari norma-norma standar
masa lalu yang penuh diwarnai oleh berbagai perilaku biadab yang
merupakan ciri-ciri dari perilaku manusia yang telah merosot akhlaknya.
Namun para pembela Islam baik yang berasal dari umat Muslim sendiri
maupun yang berasal dari umat non-Muslim selalu dengan cara-cara yang
tidak masuk akal mengeksploitasi dan mengacu perang salib, dan
"inquisition" yang pernah dilakukan orang-orang Kristen berabad-abad yang
lalu untuk dijadikan landasan bagi pembenaran militansi kaum Muslim radikal
masa kini. (Catatan : "Inquisition" adalah pengadilan agama khususnya yang
dibentuk oleh Gereja Katolik Roma yang tugasnya mengadili dan menghukum
para penganut aliran yang dianggap menyeleweng dari ajaran Katolik yang
resmi).
Perlu dipertanyakan, apakah memang benar kekristenan yang telah
melancarkan perang salib dan "inquisition" atau apakah justru kekristenan
telah dijadikan tumbal bagi kesalahan yang tidak diperbuatnya (Sebetulnya
bukan kekristenan yang melancarkan perang salib tetapi karena salah alamat
kekristenan-lah yang dipersalahkan). Bab berikut ini akan menjawab
pertanyaan tersebut.