MEMAHAMI TUHAN

Apa yang anda percayai mengenai Tuhan Pencipta Alam Semesta? Siapakah Dia? Bagaimanakah Ia sesungguhnya? Berabad lamanya banyak orang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan, sementara dalam sejarah umat manusia, banyak pula yang dengan meyakinkan bersaksi bahwa Ia ada.
Telah banyak teori, banyak pendekatan yang dilontarkan untuk menjelaskan perihal Tuhan, namun banyak pula sanggahan untuk Dia dan menentang tentang adanya Dia. Semua ini menunjukkan bahwa akal budi manusia tidak mampu untuk menembus yang Ilahi. Manusia adalah makluk yang terbatas, sementara Tuhan adalah pribadi yang tak terbatas. Tuhan bukanlah pribadi yang tidak masuk nalar manusia, namun Ia adalah pribadi yang transrasional, yang melebihi nalar manusia. Jika boleh diibaratkan, otak manusia adalah sebuah gelas, sedangkan Tuhan laksana air dilautan. Tidaklah mungkin anda menampung air lautan tersebut dalam sebuah gelas. Tidak mungkin anda membatasi Tuhan didalam otak anda. Oleh karenanya diperlukan iman atau kepercayaan untuk memahami Tuhan.
Aphrodite, Apollo, Ares, Artemis, Athena, Demeter, Dionysus, Hephaestus, Hera, Hermes, Poseidon dan Zeus adalah dewa2 Yunani. Dahulu bangsa Yunani percaya pada mereka dan tidak mempertanyakan keberadaan mereka. “Semua orang percaya pada dewa2 tersebut, mengapa aku tidak?” kata masyarakat Yunani. Tidak ada pertanyaan tentang keberadaan dewa2 tersebut. Orang yang percaya tidak perlu bukti. Mereka memilih untuk percaya saja. Sebagian dari kita percaya kepada Tuhan dengan cara yang sama seperti orang primitif percaya kepada dewa2 mereka. Mereka tidak mempertanyakan dan tidak ragu. Sama seperti orang primitif, kita tidak punya bukti tentang keberadaan Tuhan.
Jika manusia tidak memiliki bukti tentang keberadaan Tuhan, lalu bagaimanakah kita mengetahui bahwa Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang sesungguhnya? Bukan setan yang menyamar sebagai Tuhan? Satu2nya jalan hanyalah Ia sendiri yang menyatakan diriNya kepada kita.
Dalam agama2 didunia terdapat dua pendekatan mengenai bagaimana cara Tuhan menyatakan diriNya. Pendekatan pertama, Tuhan menyatakan diriNya melalui wahyu kepada nabi utusannya. Orang Yahudi dan Islam mengenal pendekatan ini dengan sebutan Wahyu Ilahi. Sedangkan orang Hindu dan Kristen mengenal Tuhan yang mengambil wujud manusia, Tuhan yang turun kedunia. Tuhan yang menyatakan diriNya sebagai manusia disebut Avatar oleh orang Hindu, sedangkan orang Kristen menyebut ini dengan Inkarnasi.

Banyak agama yang meyakini Tuhan hanyalah satu (ESA), meskipun demikian kita tidak dapat mencela dan menghujat penganut polytheisme, yang mempercayai Tuhan itu lebih dari satu, karena bagaimanapun juga, itu hanyalah klaim, teori, atau konsep, bukan fakta yang bisa dibuktikan. Orang Yahudi dan Islam mempercayai bahwa Tuhan itu Esa dan tidak dapat digambarkan dalam wujud dan bentuk apapun (monotheisme absolute). Konsep Tuhan mereka nyatakan dalam “nama” Nya. Sedangkan Hindu, dan Kristen, selain memiliki konsep bahwa Tuhan itu Esa, mereka juga meyakini bahwa Tuhan dapat diwujudkan tanpa menciderai kemanunggalanNya. Konsep Tuhan tidak hanya dinyatakan dalam “nama”, namun juga dapat dinyatakan dalam pribadi atau ikon2 (Krisna, dan Yesus).
Banyak manusia dengan sombong mengkritik konsep avatara dan inkarnasi dengan mengatakan; “Tidak masuk akal jika Tuhan menjadi manusia atau menjadi serupa dengan ciptaanNya” Tujuan mereka mungkin baik, yaitu untuk mengagungkan Tuhan menurut konsep mereka, namun bukankah itu justru meremehkan Tuhan, seakan2 Tuhan yang maha kuasa tak mampu melakukan hal tersebut?
Meskipun pemahaman tentang Tuhan sangat berbeda dengan agama2 lain. Umat Budha juga memiliki konsep Ketuhanannya sendiri. Konsep ini digambarkan sangat indah oleh Sang Buddha; "Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu." (Sutta Pitaka, Udana VIII).
Manusia mencari Tuhan agar ia merasakan kedamaian dan ketentraman hati bersama Tuhan. Tiap orang dengan yakin mengatakan bahwa hanya Tuhannyalah yang mampu memberikan kedamaian hati. Namun benarkah demikian? Ternyata orang2 Atheispun juga mencari kedamaian dan ketentraman hati didalam hidupnya. Mereka menggunakan meditasi, pengendalian diri, dan berbagai cara untuk mencapai ketentraman tersebut. Merekapun juga mengaku mendapatkan kedamaian dari apa yang mereka lalukan. Kedamaian dan ketentraman bukanlah monopoli orang2 yang beragama.
BUDHA:
"...suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagiku, bagaimana aku dapat melakukan hal yang sama terhadap orang lain ?" Samyutta Nikaya v. 353
Jangan sakiti orang sebagaimana itu akan menyakiti dirimu." Udana Varga 5:18
HINDU:
"Inilah kesimpulan Dharma: Jangan perlakukan orang lain sehingga menyakitkanmu jika itu dilakukan padamu." Mahabharata 5:1517
KRISTEN:
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Mateus 7:12.
KONG HU CU:
"Ze-Gong bertanya, 'Apakah ada satu kata yang bisa merangkum prinsip kelakuan manusia?' Konfucius menjawab, 'Kata 'XU' -- resiprositas. Jangan berlakukan terhadap orang lain apa yang kau sendiri tidak suka.'" Doctrine of the Mean 13.3
ADAKAH PRINSIP INI DALAM ISLAM? DALAM QURAN DAN HADIS?
TIDAK ADA! Banyak ulama Islam mengajarkan para muslim untuk mengasihi sesamanya. Namun mereka menyatakan demikian berdasarkan hati nuraninya sebagai manusia, sehingga Islam kelihatan seperti agama yang baik. Tidak ada satupun ayat dalam Quran yang menyatakan prinsip universal tersebut. Apa yang dikatakan Muhammad mengenai bagaimana mengasihi?
"Rasulullah mengatakan, 'Tidak ada seorangpun akan memiliki iman sebelum ia menginginkan bagi saudara (MUSLIM) nya apa yang diinginkan bagi dirinya.” (Sahih Bukhari 2:12)
Saudara dalam islam hanyalah mereka yang muslim, yang mengakui Muhammad dan Allahnya. Karenanya kewajiban mencintai manusia hanyalah mencintai sesama muslim, bukan orang lain yang berbeda agama. Hukum Islam mengajarkan bahwa muslim dilarang berdoa bagi non-muslim, dilarang menjenguk orang non muslim yang sakit, dilarang mengucapkan selamat hari raya keagamaan kepada non muslim.
LALU APA YANG DIAJARKAN ISLAM TERHADAP ORANG LAIN, ORANG YANG BERBEDA KEYAKINAN?
Rasulullah berkata, “Aku telah diperintahkan (oleh Allah) untuk MEMERANGI orang2 sampai mereka mengaku bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,….(Sahih Bukhari 2:24)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah KERAS TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka…. (QS 48:29)
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi teman atau penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka….. (QS 3:28)
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS 9:123)
Apakah Tuhan yang menciptakan berbagai keanekaragaman mengajarkan hal seperti itu? Kami bersyukur bahwa lebih banyak agama yang mengajarkan prinsip resiprositas universal ini daripada yang mengajarkan prinsip membenci dan membunuh terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Entah apa jadinya dunia ini jika semua agama memakai prinsip yang diajarkan oleh Muhammad tersebut.