SEJARAH JIHAD 2

SEJARAH JIHAD 2

Teror Sepuluh
Pembunuhan atas Asma bt. Marwan di Medina oleh Umayr b. Adiy al-Khatmi —March, 624M

Seketika setelah dia mendapat kemenangan di Badr, Muhammad merasa cukup kuat untuk menutup mulut para pengritiknya yang tidak suka akan kehadirannya di Medina, dan juga gerombolan perampoknya yang menakutkan bagi penduduk Medina dan memecah belah mereka semua. Banyak orang Yahudi yang merasa khawatir akan kekuatan tentara Muslim dan merasa takut kalau mereka jadi korban Muhammad yang berikutnya karena para Yahudi itu kaya raya. Di waktu itu, cara yang paling sukses dalam mengutarakan pendapat dan kritik kepada lawan adalah melalui puisi. Kalau dibandingkan, para penulis puisi jaman itu adalah seperti jurnalis pada jaman ini. Salah satu penulis puisi waktu itu adalah Asma bint Marwan. Dia berasal dari suku B. Aws dan dia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Islam. Dia menikah dengan Yazid b. Zayd yang berasal dari Banu Khatma, dan punya lima anak laki dan seorang bayi yang sedang menyusui. Beberapa penulis biografi mengatakan bahwa ayahnya mungkin adalah seorang Yahudi. Setelah perang Badr, dia menulis puisi satir. Syair2 puisi itu menyebar dari satu mulut ke mulut yang lain sehingga akhirnya sampai ke telinga para Muslim dan mereka sangat tersinggung. Muhammad paling tidak tahan kata2 sindiran atau makian. Karena itu Muhammad yang sangat marah akan syair2 itu memutuskan sudah saatnya untuk menyingkirkan Asma.

Di mesjidnya malam itu, Muhammad mencari seorang sukarelawan untuk membunuh Asma bt. Marwan. Seorang buta bernama Umayr b. Adiy al-Khatmi yang berasal dari suku yang sama dengan suku suami Asma (yakni Banu Khatma) bersedia melaksanakan pekerjaan itu. Di tengah malam, dia mengendap-endap masuk ke rumah Atma. Anak2nya yang masih kecil tidur mengelilingi Asma ketika dia sedang tidur. Saat itu bayinya sedang menyusu di dadanya. Orang buta itu meraba diam2 dengan tangannya, memindahkan bayi itu dari dada Asma dan dengan sekuat tenaga membenamkan pedangnya ke perut Asma sampai menembus punggungnya. Tusukan pedang yang kuat ini langsung mematikan Asma saat itu juga. Ini terjadi lima hari sebelum bulan suci puasa Ramadan berakhir di mana seharusnya Muslim tidak boleh menumpahkan darah.[ Ibn Sa’d, vol. ii, p.30 ]

Setelah membunuh Asma, keesokan harinya Umayr sang pembunuh pergi sembahyang ketika Muhammad juga berada di situ. Muhammad sangat ingin tahu apakah tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan atau tidak. Dia bertanya pada Umayr, “Apakah kau sudah membunuh anak perempuan Marwan?” Ibn S’ad [p.31] berkomentar bahwa inilah kalimat yang pertama didengar Umayr dari Muhammad di hari itu. Ketika Umayr berkata bahwa Asma telah dibunuh, Muhammad berkata, “Kau telah menolong Tuhan dan RasulNya, O Umayr!” Ketika Umayr bertanya apakah dia nantinya harus menanggung dosa pembunuhan yang dilakukannya atas Asma, sang Rasul menjawab,”Dua kambing tidak akan saling menumbukkan kepalanya tentang dia.”[Ibn Ishak, p.676] Muhammad lalu memuji Umayr atas pembunuhan itu di depan semua orang yang berkumpul hendak sembahyang. Lalu Umayr kembali ke tempat tinggalnya. (Catatan: beberapa biografer berpendapat bahwa Umayr adalah bekas suami Asma). Lima hari kemudian para Muslim merayakan Eid yang pertama (puasa berakhir)!

Ketika Umayr kembali ke Medina, dia berjumpa dengan anak2 laki Asma yang sedang menguburkan jenazah ibunya. Mereka menuduh Umayr membunuh ibu mereka. Tanpa ragu, Umayr mengaku pembunuhan itu dengan sombon dan mengancam akan membunuh seluruh keluarga mereka jika mereka berani mengejek sang Nabi yang penuh kasih dan pengampunan. Ancaman ini ternyata mujarab sekali. Seluruh suku suami Asma (Banu Khatma) yang diam2 membenci Islam, sekarang terang2an jadi taat agar nyawa mereka selamat. Ibn Ishak menulis, “Itulah hari pertama di mana Islam menjadi kuat diantara Banu Khatma. Hari di mana Bint Marwan dibunuh menjadi saat orang2 Banu Khatma jadi Muslim karena mereka melihat kekuatan Islam.”.[ p.676]

Muhammad dan pengikutnya sekarang yakin bahwa teror, perampokan, pembunuhan politik memang benar2 berhasil untuk Islam.


Teror Sebelas
Pembunuhan Abu Afak di Medina oleh Salim b. ‘Umayr—April, 624M

Abu Afak adalah seorang Yahudi di Medina yang telah sangat tua usianya, yakni sekitar 120 tahun. Dia aktif melawan agama Muhammad. Dia juga menyusun puisi satir yang menjengkelkan orang2 Muslim. Sebulan setelah kemenangannya di Badr, Muhammad menunjukkan batas toleransinya pada lawan intelektualnya dengan mengutarakan keinginannya untuk mengenyahkan orang tua ini. Di mesjidnya, Rasul Allah mencari sukarelawan dengan berkata, “Siapa yang mau berhadapan dengan bangsat ini demi aku?”[Ibn Ishak, p.675]

Seorang yang baru saja memeluk Islam yang bernama Salim b.‘Umayr, kakak laki B. ‘Amr b.’Auf dari suku B. Amr menyatakan bersedia melakukan tugas itu. Dia membunuh Abu Afak dengan satu tebasan pedangnya ketika orang tua itu sedang tidur di luar rumahnya. (Beberapa biografi menulis bahwa Abu Afak-lah yang duluan dibunuh sebelum Asma). Ibn S’ad menuliskan pembunuhan kejam ini:
“Dia menunggu kesempatan sampai malam hari yang panas tiba, dan Abu Afak tidur di luar rumah. Salim b. ‘Umayr mengetahui akan hal ini, jadi dia menempatkan pedangnya di posisi hati Abu Afak dan membenamkannya sampai tembus ke ranjangnya. Musuh Allah menjerit dan orang2 pengikut Muhammad menyerbunya, membawanya ke dalam rumah dan menguburnya.”[ Ibn Sa’d. vol.ii, p.31]

Pembunuhan licik ini membuat takut semua orang Medina yang benci Muhammad dan agamanya. Orang2 Yahudi juga jadi takut.



Teror Dua Belas
Peristiwa al-Sawiq di Qarkarat al-Qudr oleh Muhammad—April, 624M

Operasi militer ini adalah usaha penelaahan keadaan oleh orang2 Quraish untuk mengukur kekuatan dan kesiapan Muhammad untuk melakukan serangan2 baru terhadap orang2 Mekah. Setelah mengalami kekalahan memalukan di Badr II di tangan kekuatan baru Jihadis Islam, Abu Sufyan b Harb, sang pemimpin Quraish bersumpah untuk tidak akan menyentuh wanita sampai dia menghancurkan suku2 al-Aws dan al-Khazraj.[Ibn Ishaq, p.362] Dia mengumpulkan 200 pasukan, mengambil jalan timur menuju Nejd dan diam2 tiba di malam hari, di daerah tempat tinggal suku Yahudi, Banu Nadir. Akan tetapi, ketua suku Yahudi yang bernama Huwey tidak mau menerima mereka di daerah Yahudi. Lalu Abu Sufyan pergi bermalam di tempat Sallam b. Mishkan (yang juga dikenal sebagai Abu Rafi), yakni orang Yahudi terkemuka lainnya dari B Nadir. Sallam dengan ramah menerima Abu Sufyan dan kelompoknya malam itu dan memberi informasi tentang keadaan di Medina. Di waktu subuh, Abu Sufyan bergerak diam2 dan tiba di ladang jagung dan kebun palem Urayd, suatu tempat yang jauhnya sekitar 2 atau 3 mil ke arah timur laut Medina. Dia membakar perkebunan ini dan membunuh dua petaninya. Lalu dia kembali ke Mekah. Berita ini menyebar ke Medina dan orang2 Muslim pun bersiap-siap. Muhammad mengikuti jejak tentara Abu Sufyan dan pergi sampai jauh ke Qarkarat al-Qudr. Akan tetapi usahanya nihil. Orang2 Muslim mengumpulkan barang2 bawaan yang dibuang oleh orang2 Quraish untuk memperingan beban kudanya sewaktu kembali ke Mekah. Orang2 Muslim membawa kembali barang2 itu yang kebanyakan adalah gandum dan sejenisnya. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Sawiq.


Terror Tiga Belas
Penyerangan di Qarkarat al-Qudr Melawan orang2 Ghatafan dan Banu Sulaym dipimpin oleh Muhammad—May, 624M

Penyerangan ini dilakukan melawan suku nomad Sulaym dan Ghatafan yang tinggal di daerah Nejd, sebelah Timur Medina. Suku2 ini berasal dari keturunan yang sama dengan suku Quraish. Muhammad mendengar dari mata2nya bahwa ada kemungkinan suku2 ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Abu Sufyan terhadap daerah sekitar Medina beberapa saat yang lalu. Lalu Muhammad bertekad untuk menyerang mereka secara tiba2. Dia mengumpulkan 200 orang dan pergi sampai ke Qarkarat al-Qudr tapi menemukan tempat itu sepi tak berpenghuni. Yang tampak hanyalah 500 ekor unta yang dijaga seorang anak laki. Muhammad mengambil ke 500 unta itu sebagai barang rampasan dan membagi-baginya diantara pengikutnya, dan mengambil 1/5 jumlah unta bagi dirinya sendiri untuk dirinya sendiri. Jihadis lain mendapat dua unta per orang.[ Ibn Sa’d, vol.ii, p.35] Anak gembala unta disandera tapi kemudian dibebaskan karena menerima Islam. Setelah merampok unta2 itu, Muhammad tinggal di Qarkarat al-Qudr selama tiga malam dan kembali ke Medina tanpa pertempuran. Setelah kembali ke Medina, dia menerima semua uang tebusan dari tawanan2 perang Quraish di perang Badr II.[ Ibn Ishak, p.360]

Uang tebusan yang besar dari Quraish dan unta2 dari Qarkarat al-Qudr membuat Muhammad jadi amat kaya raya dalam waktu yang sangat singkat; dan ini meniadakan kesulitan ekonomi bagi dirinya dan pengikutnya, setidaknya untuk sementara waktu. Ini sungguh merupakan alasan yang meyakinkan untuk tetap memeluk Islam, jika ingin tetap kaya!

Meskipun begitu, uang dan barang2 jarahan ini tidak cukup memuaskan keserakahan akan harta para Jihadis yang baru direkrut. Muhammad sekarang mencari kesempatan untuk dapat uang lebih banyak lagi dan hanya orang2 Yahudi di Medina yang dapat menyuplai uang sebanyak itu. Dia tahu akan kekuatan fisik para pengikutnya yang fanatik dan dia sedang menunggu kesempatan untuk menggunakan kekuatan ini untuk menyerang dan menguasai tanah dan kekayaan orang2 Yahudi. Tak lama kemudian kesempatan ini datang.

Teror Empat Belas
Pembersihan Ras Yahudi Banu Quaynuqa dari Medina oleh Muhammad—July, 624M

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, dengan kemenangan penting dalam perang Badr II dan setelah pembunuhan atas para kritikus intelektualnya di Medina, Muhammad dengan cepat menyadari bahwa inilah waktunya untuk membuktikan bahwa “siapa kuat, dialah yang benar.” Dia juga tahu betul bahwa orang2 yang bisa menghalangi cita2nya untuk mendirikan kekuasaan dirinya dan Allahnya adalah kaum Yahudi. Kebanyakan orang2 Yahudi adalah pemilik perkebunan yang sukses di daerah pinggir Medina. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pekerja ahli, pandai besi, tukang emas dan pedagang. Mereka adalah masyarakat yang kaya dan makmur, hidup di daerah mereka sendiri yang dibentengi di luar Medina dan hidup rukun dengan masyarakat Medina.

Yang paling terkemuka diantara masyarakat Yahudi adalah suku2 Banu Qaynuqa, Banu Nadir dan Banu Qurayza. Ketika Muhammad datang ke Medina, suku2 Yahudi ini membuat perjanjian dengannya untuk hidup damai dan membantunya jika Muhammad diserang. Meskipun begitu, kemenangannya di Badr II dan pembunuhan brutal yang dilakukan orang2 Muslim terhadap para intelek Medina membuat kaum Yahudi gelisah dan takut diserang.

Memang rasa takut mereka beralasan. Muhammad sekarang siap untuk membatalkan perjanjiannya dengan kaum Yahudi dan merampok mereka, merampas tanah mereka yang subur, produktif, dan kekayaan mereka yang melimpah. Bahkan Gabriel membawa pesan (8:58 ) dari Allah bahwa Muhammad bebas untuk membatalkan perjanjian dengan orang Yahudi. Dengan Allah di sisinya, Muhammad mulai mengancam Banu Qaynuqa dengan konsekuensi Badr II jika mereka tidak mau masuk Islam. Suku Banu Qaynuqa adalah yang terlemah diantara semua suku2 Yahudi di Medina. [Rodinson, p.172] Inilah yang dikatakan nabi ‘agama yang toleran’ kepada para Yahudi Banu Qaynuqa di pasar mereka: “O orang2 Yahudi, takutlah akan pembalasan yang Tuhan akan timpakan padamu seperti yang Dia timpakan kepada orang2 Quraish. Terimalah Islam, karena kau tahu aku adalah nabi yang dikirim Tuhan. Kau akan temukan ini juga di Alkitabmu dan di Perjanjian Tuhan denganmu”[Tabari, vol.vii, p.85]

Mendengar ancaman Muhammad, orang2 Yahudi di pasar itu membalas dengan tidak mempedulikan ajakannya masuk Islam dan menantangnya secara militer. Ini jawaban mereka terhadap Muhammad:
“Muhammad, kaupikir kami ini seperti orang2mu? Jangan tertipu karena kau bertemu dengan orang2 yang tidak tahu berperang dan kau sedang dapat kesempatan baik. Demi Tuhan, jika kau berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kami benar2 pria sejati!” Maka Muhammad minta pajak Jizya dari orang Yahudi tapi mereka menghina Muhammad dengan mengatakan Allah-nya miskin, meminta2 dari manusia. Allah yang marah di ayat QS 3:181 seketika menjanjjkan pembalasanNya terhadap orang2 Yahudi.[ Rodwell, p.440, note 50]

Sikap menentang ini ternyata merupakan kesalahan fatal bagi pihak Banu Qaynuqa karena sikap tak hormat ini sudah cukup buat Muhammad dan para Jihadisnya yang lapar akan barang jarahan untuk menunggu kesempatan menyerang mereka. Allah juga sudah memberikan ayat QS 3:12, 13, memastikan bahwa Muhammad akan menang melawan orang2 Yahudi. Lebih lagi, orang2 Muslim mengeluh akan perselisihan yang terjadi diantara Banu Aws dan Banu Khazraj karena orang2 Yahudi yang menceritakan tentang perang Buath, sehingga kedua suku ini berperang dengan sengitnya. Pada saat inilah Allah di QS 5:57 melarang orang Muslim berteman dengan orang2 Yahudi dan Kristen.[Ibn Ishaq, p.363] Ketika perseteruan antara orang Muslim dan Yahudi mulai ada, sebuah kecelakaan terjadi dan Muhammad mengambil kesempatan yang sudah dia tunggu2 untuk menyerang orang2 Yahudi. Kecelakaannya adalah begini:

Seorang gadis Arab menikah dengan seorang Muslim Medina pergi ke toko ahli emas Yahudi di pasar tempat Banu Qaynuqa. Ketika sedang menunggu pesanan, dia duduk. Seorang tetangga yang iseng diam2 mengikat ujung bawah roknya. Ketika dia berdiri, roknya lepas dan semua orang tertawa melihatnya. Dia menjerit malu. Seorang Muslim yang melihat kejadian ini lalu membunuh Yahudi iseng itu. Saudara laki Yahudi itu lalu membunuh Muslim ini. Keluarga Muslim yang terbunuh ini lalu minta orang2 Muslim Medina untuk membalas dendam.

Perseteruan sekarang menjadi umum dan Muhammad tidak melakukan apapun untuk meredakan situasi atau membawa orang yang bertanggung jawab untuk diadili. Dia dengan cepatnya mengumpulkan para pengikutnya di bawah bendera putih yang dipegang Hamzah dan berbaris pergi untuk menyerang suku Yahudi. Orang2 Yahudi berlindung dalam benteng mereka. Lalu Muhammad mengepung dan mengurung tempat tinggal mereka selama 15 hari. Orang2 Yahudi berharap dapat bantuan dari sekutu mereka suku Khazraj. Tapi pertolongan tidak datang. Karenanya mereka tidak punya pilihan lain kecuali menyerah pada Muhammad. Tangan mereka diikat di belakang punggung dan mereka sudah siap dibantai. Pada saat itu, Abd Allah ibn Ubayy yang adalah orang Khazraj yang baru masuk Islam (dia musuh besar Muhammad di Medina dan Muhammad memanggilnya seorang yang munafik) menengahi keadaan. Dia tidak tahan melihat sekutu lamanya orang Yahudi yang setia itu dibunuh dengan darah dingin. Dia memohonkan ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad memalingkan mukanya. Abd Allah memaksa. Akhirnya Muhammad setuju dan tidak membunuh orang2 Yahudi. Dia lalu mengutuk Yahudi dan Abd Allah ibn Ubayy dengan kutukan Tuhan. Lalu Muhammad memerintah orang2 Yahudi Banu Qaynuqa untuk meninggalkan Medina selama tiga hari.[Rodinson, p.173] Mereka digiring ke tempat pembuangan oleh Ubadah b. al-Samit ibn Samit, salah satu ketua suku Khazarite sampai sejauh ke Dhubab. Lalu orang2 Yahudi melanjutkan perjalanan ke Wadi al-Qura. Mereka juga dapat bantuan dari orang2 Yahudi yang tinggal di daerah itu dengan angkutan sampai mereka mencapai Adriat, daerah Syria di mana mereka tinggal secara permanen.

Jadi orang2 Yahudi Banu Qaynuqa menyerahkan persenjataan dan mesin2 pertukangan emas dan dibuang dari Medina. Tentang hal ini Tabari menulis[Tabari, vol.vii, p.87]: “Allah memberi mereka barang2 orang Yahudi sebagai barang jarahan bagi RasulNya dan orang2 Muslim. Orang2 Banu Qaynuqa tidak punya tanah karena mereka adalah ahli pandai besi. Rasul Allah mengambil banyak persenjataan yang mereka miliki dan peralatan mereka untuk berdagang.”

Terima kasih atas ijin Allah untuk menjarah dan merampok, sekarang Muhammad dan pengikut Muslimnya yang tadinya miskin papa sekarang jadi sangat amat kaya di Medina.

Fasisme adalah sebuah agama; abad ke 20 akan dikenal dalam sejarah sebagai abad Fasisme’ ---Benito Mussoline (1883-1945)

Teror Lima Belas
Penyerangan atas Suku Ghatafan di Dhu Amarr daerah Nejd oleh Muhammad—June, 624M

Sebulan setelah usaha penyerangan di al-Sawiq, Muhammad mendengar bahwa sekelompok orang dari suku Ghatafan mengumpulkan tentara di Dhu Amarr di daerah Nejd dan tampaknya akan bertindak agresif. Karena itu Muhammad memimpin penyerbuan bersama 450 tentara untuk mencari musuh dan menghancurkannya. Ini adalah pasukan tentara yang terbesar yang dipimpin Muhammad sebelum pertempuran Uhud.[ Mubarakpuri, p.286] Akan tetapi, pihak musuh mendengar keberangkatan pasukan Muhammad dan mereka lalu bersembunyi. Tentara Muhammad berhasil menangkap seseorang yang memberikan informasi tentang persembunyian orang2 Ghatafan; orang2 Jihadis Muslim lalu bergerak untuk menangkap mereka. Orang yang tertangkap tadi dipaksa masuk Islam dan Muhammad menggunakan dia sebagai pemandu. Pihak musuh mendengar kedatangan Muhammad dan mereka mencari perlindungan dengan pergi ke puncak bukit2. Tidak ada pertempuran yang terjadi. Muhammad menghabiskan waktu 11 hari untuk usaha penyerangan ini dan kemudian kembali ke Medina. Ibn Sa’d melaporkan bahwa seorang berusaha membunuh Muhammad ketika dia sedang tidur dan Allah menyatakan ayat QS 5:11 ketika orang itu gagal membunuh karena Muhammad mencari perlindungan Allah.[ Ibn S’ad, p.40]




Teror Enam Belas
Penyerangan Kedua terhadap Banu Sulaym di al-Qudr daerah Buhran oleh Muhammad—July, 624M

Tak lama setelah pengusiran suku Yahudi Banu Qaynuqa dari Medina, Muhammad mendengar bahwa pasukan besar suku Banu Sulaym dari Buhran di al-Qudr bergerak menuju Medina. Panggilan Jihad dikeluarkan dan sekali lagi pasukan Muslim berjumlah 300 sampai 350 berkumpul dan bergerak untuk menyerang Banu Sulaym di Buhran. Muhammad gagal menyergap mereka dan ketika dia tiba di tempat, pasukan musuh sudah berpencar. Dia tinggal di tempat itu selama tiga malam (atau 10 malam menurut Ibn Sa’d [p.41]) dan kembali tanpa bertemu musuh. Setelah kembali ke Medina, dia menerima seluruh uang tebusan dari para tawanan Quraish di perang Badr II.[ Ibn Ishak, p.360]

Teror Tujuh Belas
Pembunuhan atas Ka’b bin Ashraf di Medina oleh Muhammad b. Maslama—August, 624M

Ka’b adalah seorang penulis puisi, anak laki dari orangtua Yahudi Banu Nadir. Dia sangat sedih akan kemenangan para Muslim di Badr II. Dia tidak berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan cepatnya Muslim berkuasa di Medina. Dia pergi ke Mekah dan melalui puisinya, orang2 Quraish jadi ingin balas dendam. Sekembalinya ke Medina, dia membuat orang2 Muslim marah dengan mengarang puisi yang mengejek kaum Muslimah. Muhammad sangat jengkel dengan pernyataan perasaan bebas seperti ini yang bisa melemahkan moral pengikutnya. Dia berdoa kepada Allah untuk kematian Ka’b. Allah di ayat Q 4:52 juga mengutuk mereka yang berani mengritik Muhammad. Di mesjidnya, dia minta sukarelawan untuk membunuh Ka’b Muhammad bin Maslama yang berasal dari suku Banu Aws berdiri dan bersumpah untuk membunuh Ka’b. Dia memilih empat orang lain dari suku Banu Aws untuk menemaninya. Ketika pemimpin kelompok pembunuh ini mengatakan pada Muhammad bahwa untuk membunuh Ka’b mereka mungkin harus menipu dan berbohong, Muhammad tanpa ragu mengijinkan mereka untuk melakukan hal itu (baca kutipan Hadis di bawah).

Kelompok pembunuh ini lalu merencanakan untuk menjebak Ka’b dengan kata2 manis dan janji2 palsu. Mereka mengajak Abu Naila, saudara angkat Ka’b untuk tujuan ini. Abu Naila bertemu Ka’b dan pura2 pinjam uang darinya dan menjelek-jelekan Muhammad sang Nabi. Ka’b percaya padanya dan minta jaminan atas uang pinjaman. Abu Naila setuju untuk menggadaikan senjata2 mereka dan lalu diatur sebuah pertemuan di larut malam di rumah Ka’b. Di malam hari kelompok pembunuh berkumpul di rumah Muhammad sang Nabi. Sang Nabi pergi bersama mereka sampai di daerah luar kota. Mereka bersembunyi di bahwa semak2 di kuburan Muslim. Sang Nabi lalu pergi setelah memberkati mereka agar sukses melakukan misinya. Kelompok ini lalu bergerak maju dan tiba di rumah Ka’b. Ka’b sedang istirahat di tempat tidurnya bersama pengantin barunya. Abu Naila, saudara angkatnya, memanggil dia untuk ke luar rumah. Ketika Ka’b hendak turun, istrinya mencegahnya dengan selimutnya dan membujuknya agar tidak pergi. Ka’b menenangkan dia dengan mengatakan yang memanggilnya adalah saudara angkatnya sendiri. Dia lalu turun dan tidak curiga karena orang2 yang memanggilnya tidak membawa senjata. Mereka lalu berjalan bersama dan membicarakan jeleknya nasib Medina setelah Muhammad datang sampai mereka mencapai sebuah air terjun. Saudara angkat Ka’b mencium bau wangi dari rambut Ka’b dan Ka’b mengatakan bahwa itu adalah aroma pengantin barunya. Tiba2 Muhammad bin Maslama menjenggut rambut Ka’b dan menariknya ke tanah sambil berteriak, “Bunuh dia! Bunuh musuh Tuhan.” Orang2 lain lalu menusukkan pedang mereka ke tubuh Ka’b sampai dia mati sambil menjerit. Para pembunuhnya lalu memotong kepala Ka’b dan cepat2 pergi. Ketika mereka mencapai daerah kuburan, mereka mengucapkan Takbir (Allahu Akbar). Muhammad mendengar Takbir dan tahu bahwa tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan. Para pembunuh melemparkan kepala Ka’b di hadapan Muhammad. Seorang dari kelompok ini terluka saat melakukan pembunuhan. Sang Nabi memuji Allah akan apa yang telah terjadi dan menghibur yang terluka.

Inilah Hadis Sahih Bukhari yang mengisahkan tentang pembunuhan atas Ka’b.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 369:
Ditulis Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.” Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan.” Ka`b berkata, “Iya, tapi kalian harus menggadaikan sesuatu denganku.” Maslama dan kawannya berkata,”Apa yang kau inginkan?” Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri2mu padaku.” Mereka menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami padamu sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2 Arab?” Ka`b berkata, "Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.” Mereka berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu? Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami padamu.” Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh." Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya." Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!" Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi.

Untuk mengetahui detail lain tentang pembunuhan ini, silakan baca consult Ibn Ishaq, p.368 atau Tabari, vol.vii, pp.94-97. Hadis lain yang juga mengisahkan tentang pembunuhan ini adalah Hadis Sahih Muslim, Book 19, Hadis number 4436.


Teror Delapan Belas
Pembunuhan atas Ibn Sunaynah di Medina oleh Muhayyish b. Masud —July, 624M

Ibn Sunaynah adalah pedagang Yahudi yang ramah dan suka menolong orang2 Muslim. Tapi keramahan Ibn Sunaynah tidak menghalangi Jihadis2 fanatik untuk membunuhnya, hanya karena dia itu orang Yahudi. Inilah kisahnya.

Di suati pagi setelah pembunuhan Ka’b b. Ashraf, Muhammad memberi ijin pada para pengikutnya untuk membunuh Yahudi mana saja yang mereka temukan. Tabari [97-98] mengisahkan tentang perintah pembunuhan atas Yahudi manapun sebagai berikut:

Rasul Allah berkata, “Yahudi manapun yang jatuh ke tanganmu, bunuh dia.” Jadi ketika Muhayyish b. Masud bertemu Ibn Sunaynah, yakni seorang pedagang Yahudi yang kenal dekat dengan mereka dan biasa berdagang dengan mereka, Muhayyish pun lalu membunuh Ibn Sunaynah. Kakak laki Muhayyish yang bernama Huwayyish b. Masud belum memeluk Islam saa itu dan ketika Huwayyish tahu akan pembunuh yang dilakukan adiknya Muhayyish, dia lalu mulai memukuli Muhayyish sambil berkata, “O musuh Tuhan, kau membunuh dia? Demi Tuhan, perutmu itu jadi gemuk karena kekayaan dari dia (Ibn Sunaynah).” Muhayyish berkata, “Kukatakan padanya, ‘Demi Tuhan, jika dia yang memerintahku untuk membunuhnya (Ibn Sunaynah) lalu memerintahku untuk membunuhmu, maka aku akan memenggal kepalamu.’” Dan demi Tuhan, itu adalah saat awal Huwayyish menerima Islam. Dia (Huwayyish) berkata, “Jika Muhammad memerintahmu untuk membunuhku, apakah kau akan membunuhku?” dan aku jawab, “Ya, demi Tuhan, jika dia memerintahku untuk membunuhmu, aku akan memotong kepalamu.” “Demi Tuhan,” kata dia (Huwayyish), “sungguh luar biasa imanmu itu.” Lalu Huwayyisah memeluk Islam.

Kisah di atas mengingatkan kita akan pemenggalan terhadap Daniel Pearl, wartawan WSJ. Jihadis Islam membunuhnya seketika ketika dia mengatakan dia itu Yahudi. Orang2 fanatik ini hanya menjalankan apa yang telah diperintahkan Muhammad terhadap orang2 Yahudi!

Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Buku 19, Nomer 2996:
Dikisahkan oleh Muhayyisah:
Rasul Allah (SAW) berkata: Jika kau berhasil menguasai orang2 Yahudi, bunuh mereka. Karenanya Muhayyisah menyergap Shubaybah, seorang dari para pedagang Yahudi. Dia kenal dekat dengan mereka. Dia lalu membunuhnya. Saat itu Huwayyisah (kakak laki Muhayyisah) belum memeluk Islam. Dia lebih tua daripada Muhayyisah. Ketika dia (Muhayyisah) membunuhnya (Shubaybah), Huwayyisah memukulnya dan berkata: “O musuh Allah, aku bersumpah demi Allah, kamu punya banyak lemak di perutmu karena hartanya.”


Teror Sembilan Belas
Perampokan Kafilah Quraish di Nejd oleh Zayd b. Haritha—September, 624M

Orang2 Mekah hidup dari perdagangan, dan itu nafkah hidupnya, terutama perdagangan dengan Syria. Ekonomi mereka tidak akan berhasil jika gerombolan perampok Muhammad memotong jalur perdagangan mereka. Serangan terus-menerus para Jihadis Muslim yang fanatik benar2 bisa menghentikan usaha perdagangan mereka dan ini berarti kehancuran bagi Mekah dan Arabia. Orang2 Quraish dan orang2 Mekah lainnya dengan cepat memahami kenyataan ini. Pengalaman Badr II telah memberi pelajaran berharga dan mereka tidak mau mengulangi pengalaman buruk ini lagi. Karena itu mereka lalu mencari jalur perdagangan lain bagi kafilah mereka yang kaya harta diantara Mekah dan Syria. Rute lain adalah melewati Nejd, melintasi padang pasir, dan melalui Irak. Meskipun perjalanannya lebih lama dan melelahkan, rute ini dianggap lebih aman dari tangan Muhammad.

Setelah menetapkan rute ini, orang2 Quraish mempersiapkan kafilah untuk melalui padang pasir. Safwan mengetuai kafilah yang mengangkut bejangan2 dan balok2 perak. Pemandu kafilah adalah Furat bin Hayaan yang mengaku bisa mencarikan jalan bagi kafilah yang tidak diketahui Muhammad. Melalui mata2nya, Muhammad tahu tentang perjalanan kafilah ini dan segera memerintah Zayd bin Haritha untuk merampoknya. Zayd bin Haritha adalah budak yang dimerdekakan Muhammad dan diangkat jadi anak angkat Muhammad. Nantinya Muhammad mengawini istri anak angkatnya Zayd yang bernama Zaynab. Ini adalah perampokan pertama yang dipimpin Zayb bin Haritha. Dia ditemani 100 tentara bersenjata lengkap. Dia mengikuti kafilah dan menyerangnya tiba2. Ternyata serangannya sukses. Para pemimpin kafilah melarikan diri dan Zayd membawa semua harta rampasan dan 2 tawanan ke Medina. Barang jarahan berharga 100.000 Dirham. Muhammad mengambil seperlima (yakni 20.000 Dirham yang tentunya merupakan harga yang sangat besar pada saat itu). Setiap tentara menerima 800 Dirham. Furat jadi tawanan. Orang2 Muslim berkata, “Jika kau masuk Islam, Rasul Allah tak akan membunuhmu.” Dia lalu masuk Islam dan dibebaskan pergi.[ Tabari, vol vii, p.99]


Teror Dua Puluh
Pembunuhan atas Abu Rafi di Khaybar oleh Abd Allah b. Unays---December, 624M

Abu Rafi (yang juga dikenal sebagai Sallam ibn Abul-Huqayq) adalah sekutu Ka’b bin al-Ashraf. Dia adalah ketua orang2 Yahudi Khaybar dan tinggal di Hijaj. Sama seperti Ka’b, dia pun mengeluhkan kehadiran Muhammad di Medina dan menulis sajak2 dan satir2 yang menjengkelkan Muhammad. Muhammad mencari jalan untuk membunuh Abu Rafi sama seperti dia membunuh Ka’b, dan dia mencari sukarelawan untuk melakukan ini. Tak lama kemudian, kesempatan datang dalam cawan emas.

Kita tahu di Teror 17 tentang kelompok pembunuh terdiri dari orang2 suku Banu Aws yang membunuh Ka’b, sang penulis puisi Yahudi. Ketika orang Khazaraj mendengar bahwa al-Aws membunuh Ka’b, mereka mau menyamai prestasi ini dengan membunuh Yahudi lain, dan Abu Rafi jadi pilihan mereka. Lalu, kompetisi pembunuhan berlangsung diantara suku Aws dan Khazaraj. Tak lama kemudian mereka minta ijin Muhammad untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad tentu saja mengijinkan rencana pembunuhan mereka dengan sepenuh hati.

Sebuah kelompok pembunuh berjumlah lima orang pergi untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad memilih Abd Allah bin Atik sebagai ketua kelompok. Setelah kelompok ini tiba di Khaybar, mereka pergi ke rumah Abu Rafi pada malam hari dan naik ke tingkat dua melalui tangga melingkar dan meminta ijin masuk kamar Rafi. Istri Abu Rafi ke luar dan bertanya siapa mereka. Mereka berpura-pura menjadi pedagang Arab, sehingga istri Abu Rafi mempersilakan mereka masuk. Mereka masuk dan mengunci pintu. Istri Abu Rafi menjerit dan mereka mau membunuhnya tapi tidak jadi karena ingat pesan Muhammad untuk tidak membunuh wanita. Di bawah ancaman, istri Abu Rafi harus tutup mulut dan para pembunuh lari dengan pedang terhunus ke kamar Abu Rafi yang sedang berbaring di tempat tidur. Lalu Abdullah bin Unays menusukkan pedangnya ke perut Abu Rafi sampai menembus tubuhnya.

Ketika melarikan diri, Abd Allah bin Atik jatuh dari tangga melingkar dan kakinya terluka berat. Kawan2nya membawa dia pergi ke tempat air yang tak jauh dari situ dan merawatnya. Orang2 Yahudi mencari pembunuh Abu Rafi tapi tidak menemukan apa2 dan mereka kembali menjenguk Abu Rafi yang sedang sekarat. Untuk meyakinkan apakah Abu Rafi benar2 telah mati, Abd Allah bin Unays pergi bercampur dengan orang2 yang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Istri Abu Rafi berkata bahwa dia mengenali suara pembunuh yakni Abd Allah bin Atik tapi dia tidak yakin kalau Abd Allah bin Atik akan datang jauh2 dari Medina ke Khaybar untuk membunuh Abu Rafi. Lalu dia mengumumkan kematian Abu Rafi. Setelah yakin korbannya telah mati, kelompok pembunuh itu kembali ke Muhammad dan setiap orang mengaku telah membunuh Abu Rafi. Muhammad minta mereka menunjukkan pedang mereka untuk diperiksa. Dari darah di pedang, Muhammad menyatakan bahwa Abdullah bin Unays telah membunuh Abu Rafi (Sallam Ibn Abi al-Huqayq). Atas pembunuhan ini, Muhammad berkata, “Pedang Abd Allah bin Unays telah membunuhnya. Aku bisa melihat sisa tulang yang melekat di pedang itu.”[ Tabari, vol vii, p.103]

Hassan bin Thabit mengarang sebuah puisi untuk memuji pembunuhan atas Ka’b b. al-Ashraf dan Sallam b. Abi al-Huqyaq (Abu Rafi). Kisah pembunuhan ini ditulis di Hadith Sahih Bukhari 5.59.371.

[Note: Beberapa biografer menulis bahwa pembunuhan ini terjadi tak lama sebelum penyerangan Muhammad atas Khaybar]

Teror Dua Puluh Satu
Pertempuran Uhud, Dipimpin oleh Muhammad—March, 625M

Orang2 Quraish bertekad untuk membalas kekalahan mereka di Badr II. Kebutuhan untuk mendapat kemenangan secara militer terhadap ancaman Islam dan para Jihadisnya yang fanatik jadi semakin mendesak setelah Zayd bin Haritha merampok kafilah mereka yang mengangkut banyak harta dalam perjalanan melalui rute lain menuju Nejd (lihat Teror 19). Kaum Quraish sekarang yakin bahwa tidak ada yang melindungi usaha perdagangan mereka dari serangan teror dan rampok yang dilakukan Muhammad. Mereka menghubungi suku2 bangsa tetangga dan mengumpulkan uang untuk membentuk kekuatan militer yang tangguh melawan Muhammad. Melalui sumbangan dari berbagai bagian di Arabia, mereka mengumpulkan 250.000 Dirham (mereka sebenarnya telah mengeluarkan 250.000 Dirham untuk membayar sandera yang ditahan Muhammad) untuk serangan militer membalas kekalahan mereka. [Hamidullah, p.43] Mereka juga bersekutu dengan suku2 Bedouin sekitar Mekah. Di samping sumbangan dari berbagai sumber, mereka juga menggunakan seluruh keuntungan yang tersisa dari sisa perampokan Badr II untuk digunakan melawan terorisme Muhammad. Keuntungan ini adalah 1.000 unta dan 50.000 Dirham. Dengan dana ini, kaum Quraish tidak punya kesulitan membangun pasukan yang kuat yang berjumlah 3.000 orang, terdiri dari 700 pasukan bersenjata lengkap dan 200 pasukan berkuda, siap untuk memerangi teror yang dilakukan Muhammad dan pengikutnya yang fanatik. Juga terdapat sekelompok kecil 50 warga Medina yang dipimpin Abu Amir, seorang biarawan Kristen, yang pergi ke Mekah karena muak dengan adanya Muhammad di Medina. Selain orang2 militer ini, sejumlah 15 orang wanita Quraish juga ikut dalam operasi militer ini. Pemimpin kelompok wanita ini adalah Hind binti Utbah, istri Abu Sufyan Shakhr bin Harb. Di Badr II, dia kehilangan ayahnya (Utbah), pamannya (Shaybah), dan anaknya (Hanzala). Dia terutama ingin membalas dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayahnya di Badr II. Inilah saatnya melampiaskan dendamnya. Dia mengajak seorang budak Abysia milik Jubayr bin Mut’im yang bernama Wahshi yang punya keahlian menggunakan lembing, untuk membunuh Hamzah dengan janji kemerdekaan jika Wahshi berhasil dalam tugas.

Saat itu adalah 12 bulan setelah Badr II dan di bulan Ramadan. Kaum Quraish tetap teguh dengan tekad mereka untuk membalas kekalahan di Badr II. Sekaranglah waktu untuk melampiaskan dendam mereka. Mereka merencanakan serangan besar2an terhadap Muhammad. Berita serangan besar ini telah terdengar oleh Muhammad melalui mata2nya di Mekah. Dia bahkan menerima wahyu Allah di QS 3:128 tentang persiapan ini. Berita ini dipertegas ketika Muhammad menerima surat tertutup dari pamannya, al-Abbas, ketika Muhammad sedang berada di mesjidnya di Quba, tak jauh dari Medina. Seorang utusan dari Mekah menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Isi surat adalah keterangan bahwa kaum Quraish dengan 3.000 tentara bermaksud menyerang Muhammad. Dia merahasiakan isi surat (Ini kan tandanya Muhammad bisa baca) dan segera kembali ke Medina untuk membahas hal ini dengan para penasehatnya di sana. Akan tetapi berita ini terdengar oleh istri Sa’d bin Muadh, ketua Khazaraj, yang menguping pembicaraan antara suaminya dan Muhammad. Tak lama kemudian berita tentang rencana serangan Quraish ini tersebar

Di Mekah, kaum Quraish sekarang benar2 siap untuk menghadapi Muhammad. Akhirnya, di akhir bulan Ramadan, tentara Quraish mulai berbaris dengan 3.000 tentara di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Pemimpin2 lain suku2 Quraish juga maju bersama tentara Mekah.

Setelah bergerak selama 10 sampai 12 hari, tentara Mekah yang mengambil jalur jalan yang tak umum dekat pantai, tiba di Dhul Hulaifa, yang jauhnya 5 mil sebelah Barat Medina. Dilaporkan ketika sedang berada di al-Abwa, Hind binti Utbah (istri Abu Sufyan) menganjurkan mereka untuk menggali kubur ibu Muhammad, tapi kaum Quraish menolak melakukan penghinaan seperti itu. Saat itu adalah Kamis pagi dan setelah berhenti di tempat ini sebentar, tentara Quraish bergerak ke utara sejauh beberapa mil, melewati kota Medina dan bergerak lagi sejauh tiga mil ke Utara dan berkemah di Uhud yang merupakan daerah pegunungan dengan tanah lapang datar tempat para unta merumput. Orang mungkin heran mengapa suku Quraish tidak menyerang kota Medina, padahal mereka dapat melakukan hal itu dengan mudah dan dapat banyak barang jarahan. Alasannya adalah karena kaum Quraish tidak tertarik untuk melakukan penjarahan atau perampokan. Pada kenyataannya, mereka tidak punya rasa dendam terhadap kebanyakan penduduk Medina. Mereka marah terhadap satu orang saja, Muhammad, yang merupakan bekas warga kota Mekah yang sekarang tinggal di Medina.[Hamidullah, p.47] Tak lama setelah tiba di dataran Uhud, orang2 memotong pepohonan untuk makan kuda2 dan unta2 mereka. Mereka juga melepaskan kuda2 dan unta2 mereka untuk merumput. Hari Juma’at datang dan berlalu tanpa ada kejadian apa2.

Di Medina, Muhammad terus menerima berita tentang gerakan2 tentara Mekah. Seorang pengintainya yang bernama Hobab ibn al Mundhir mengamati perkemahan Quraish pada hari Kamis dan membawa berita tentang kekuatan tentara Quraish yang hebat. Muhammad merahasiakan keterangan dari pengintai ini. Pada hari Jum’at, Muhammad membicarakan dengan pengikutnya apa yang harus dilakukan. Dia bermimpi buruk malam sebelumnya dan mengatakan di pertemuan dengan para Jihadisnya tentang perlunya melindungi Medina dan diri Muhammad sendiri. Karena mimpi buruknya, Muhammad yang suka takhayul ini jadi ragu untuk pergi perang. Pada mulanya diambil keputusan untuk membawa para wanita dan anak2 di luar kota untuk masuk ke dalam kota. Jika para musuh menyerbu, mereka akan melawan dengan panah2, batu2, dan senjata lontar lain yang dilemparkan dari atap2 rumah. Tapi anak2 muda yang baru saja masuk Islam ingin maju menyerang dan bertempur dengan musuh di medan perang, sama seperti yang terjadi di Badr II. Para Jihadis muda yang tidak sempat ikut Badr II dan tidak kebagian jarahan rampokan merasa lebih bersemangat untuk memerangi tentara Quraish. Khayalan tentang surga dan mati sebagai martir bagi Allah terbayang di depan mata mereka seperti yang dikatakan di QS 56:25-26. Hamzah dengan yakin mengatakan, ”Demi Allah yang telah menurunkan Buku kepadamu, aku tidak akan makan sampai aku melawan mereka dengan pedangku di luar kota Medina.” [Mubrakpuri, p.295-296] Banyak orang yang mendukung keinginan anak2 muda Jihadis. Pada akhirnya Muhammad menuruti keinginan mereka dan memerintahkan untuk siap berperang.

Setelah sholat magrib, orang2 berkumpul di lapangan mesjid dan mereka bersenjata siap untuk berperang. Muhammad sendiri memakai baju perang dua lapis bertumpuk. Ketika kaum Jihadis muda mengetahui bahwa Muhammad merasa ragu untuk berperang, mereka jadi menyesal dan ingin membatalkan rencana perang. Atas sikap itu Muhammad berkata, [Ibn Ishaq, p.372] “Ini tidak layak dilakukan seorang Nabi begitu dia sudah mengenakan baju perang. Dia harus melepaskannya sampai Allah memutuskan diantara dia dan pihak musuh.” Beberapa orang merasa ragu, tapi Muhammad jalan terus. Istri Muhammad yang masih anak2, Aisha, secara sukarela bergabung dengan para Jihadis dan Muhammad mengijinkannya.[Hamidullah, p.50] Aisha merawat yang terluka, mengambilkan air bagi yang haus, dan melakukan berbagai macam bantuan.

Lalu kaum Muslim memasang tiga bendera pada tiga tongkat. Satu bendera untuk yang ikut hijrah, dibawa oleh Musab bin Umayr (biografer lain mengatakan Ali), bendera kedua dibawa ketua Banu Aws yakni Usayd ibn Hudayl, dan bendera ketiga dibawa ketua Banu Khazraj yakni al-Hubab ibn al-Mundhir. Abdallah ibn Umm Maktum ditunjuk untuk menjaga kota Medina dan memimpin sembahyang kala Muhammad sedang tidak ada di tempat. Tentara Muslim terdiri dari 1.000 (seratus memakai baju perang), dan dua kuda (milik Muhammad). Lalu Muhammad memberi perintah agar tentara berbaris bergerak menuju Utara ke daerah Uhud. Dua bersaudara Sa’d bin Muadh dan Sa’d bin Ubadah lari di depan tentara Muslim.

Muhammad bergerak sampai mencapai al-Shaykhayn dan melihat tentara yang lengkap sedang menunggu di situ. Setelah mengamati, Muhammad tahu bahwa tentara ini adalah orang2 pagan dan Yahudi yang siap bergabung dengan tentara Muslim untuk berperang melawan tentara Mekah. Mereka adalah sekutu Abd Allah ibn Ubay. Muhammad menolak mereka sebagai sekutunya dengan berkata, “Jangan minta dukungan orang pagan untuk melawan orang pagan.”[ Ibn Sa’d, p.45] Lalu dia berhenti di al-Shaykhayn dan mengamati kekuatannya, dan menolak mereka yang fisiknya tak mampu atau yang terlalu muda untuk berperang. Di malam hari, tentara Muslim dan Muhammad berkemah di sana. Abd Allah ibn Ubayy juga berkemah tak jauh dari situ. Dia tidak senang dengan sikap Muhammad yang tak ramah terhadap kawan2nya kaum Yahudi. Kaum Quraish juga berkemah tak jauh dari situ. Sebuah lembah memisahkan kedua tentara.

Di pagi hari, tentara Muslim mulai berbaris maju ke arah Uhud. Ketika mereka mencapai tempat yang bernama Ash Shawt [Mubarakpuri, p.298], mereka dapat melihat tentara Quraish dari jarak jauh. Di tempat inilah Abd Allah ibn Ubayy memberontak melawan Muhammad dengan menarik 300 pasukannya dari pihak Muslim dan meninggalkan Muhammad sehingga jumlah pasukan Jihadis tinggal sekitar 700 orang. Dua kelompok lain di pihak Muhammad jadi terpengaruh oleh keputusan Abd Allah ibn Ubayy. Mereka tadinya juga mau ikut pergi dengan Abd Allah ibn Ubayy, tapi di jam yang ke 11, mereka berubah pendapat dan tetap berada dalam pasukan Muhammad. Seperti yang dikatakan di QS 3:122, Muhammad menganggap perubahan hati ini sebagai kehendak Allah. Ketika Abd Allah ibn Ubayy pergi, beberapa pengikut Muhammad mengejar dan memohonnya untuk berperang bagi Allah, tapi ibn Ubayy terus saja kembali ke Medina sehingga membuat pengikut Muhammad jadi kecewa. Allah di QS 3:187 mengutuk kemunafikan Abd Allah ibn Ubayy. Jadi sekarang Muhammad harus maju sendiri dengan 700 pasukannya. Meskipun dia sudah berada dekat sekali dengan Uhud dan dapat melihat jelas pasukan Quraish yang berkemah di dataran Uhud, dia pikir tidaklah aman untuk memakai jalan utama ke Uhud, karena ini akan membuatnya menghadapi musuh secara langsung dan terbuka.

Muhammad sekarang mencari pertolongan dari pemandu lokal yang bernama Abu Khaitamah untuk mencapai Gunung Uhud guna mengelakkan pertempuran langsung dengan kaum Quraish. Pemandu ini membawa tentara Muslim lewat jalan yang melalui tanah pertanian milik seorang buta bernama Marba bin Qyizi. Ketika Jihadis hendak melalui tanahnya tanpa minta ijin, orang buta itu protes sambil melemparkan debu tanah kepada mereka dan berkata, “Kau mungkin saja nabi Tuhan, tapi aku tetap tidak akan mengijinkanmu melalui kebunku. Demi Tuhan, Muhammad, jika aku bisa melempar dengan tepat, aku lempar ini ke mukamu.” Para Jihadis minta ijin Muhammad untuk memotong-motong orang buta itu. Muhammad tidak mengijinkan, tapi terlambat sudah. Seorang Jihadis sudah menebas kepala orang buta itu dengan pedangnya dan lalu membelah kepalanya jadi dua.[Ibn Ishaq, p.372-373] Demikianlah belas kasihan para prajurit Allah!

Ketika mereka sampai di Uhud, para Muslim berkemah di kaki gunung dan mengatur ranking mereka untuk menghadapi kaum Quraish. Muhammad mengirim 50 pemanah ke bukit Aynayan yang berlawan arah dengan daerah pegunungan Uhud untuk menjaga bagian belakang tentara Muslim. Dia menunjuk Abd Allah ibn Jubayr sebagai ketua kelompok dan memberi perintah tegas agar mereka tidak meninggalkan posisi mereka, tidak peduli kalah atau menang, sampai mereka menerima perintah dari dia. Dia juga memerintahkan agar tidak menyerang musuh sampai dia memberi aba2. Muhammad sendiri mengambil kedudukan di tempat tinggi dengan banyak panah yang siap untuk ditembakkan kepada musuh. Sahih Bukhari menceritakan bahwa beberapa Jihadis minum anggur agar lebih siap melakukan Jihad.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 142:
Dikisahkan oleh Jabir:
Beberapa orang minum minuman beralkohol in pagi hari di perang Uhud dan di hari yang sama mereka terbunuh sebagai martir, dan ini terjadi sebelum minum anggur dilarang.

Muhammad membakar semangat perang para Jihadis dan memberikan pedangnya pada seorang yang bernama Abu Dujana yang terkenal karena kebuasannya dan naluri membunuhnya. Lalu Muhammad duduk dan mulai melemparkan panah2. Dia dilindungi oleh sekelompok Jihadis yang bertugas mengusir segala serangan terhadap Muhammad. Akan tetapi sahabat2nya yang paling penting (Abu Bakr, Ali, Hamzah, Umar dll) disuruh memimpin tentara2 Muslim untuk bertempur sengit. Muhammad lalu menunggu kedatangan musuh. Saat ini, Abu Sufyan bin Harb, yakni ketua tentara Quraish, membawa pasukannya ke hadapan Muhammad. Khalid bin al-Walid memimpin pasukan sayap kanan, sedangkan Ikrimah bin Abu Jahl memimpin pasukan sayap kiri, dan Abu Sufyan memimpin tentara bagian tengah. Awalnya, kaum wanita berada di baris depan dan membuat suara ribut dengan botol air minumnya dan melafalkan ayat2 pertempuran, tapi ketika tentara bergerak maju, kaum wanita ada di posisi belakang.

Bendera Mekah dipegang oleh Talha ibn Abi Talhah. Dia berasal dari marga Quraish Abdud Dar yang tugasnya adalah membawa bendera Quraish selama perang. Hari itu hari Sabtu, Shawwal 7, AH 3 dan sama dengan 23 Maret, 625 M. Dua pasukan sekarang sudah berhadapan.

Sebelum pertempuran terjadi, Abu Sufyan mengirim pesan damai pada orang2 al-Aws dan al-Khazaraj, meminta mereka untuk tidak ikut campur dan membiarkan perang terjadi antar saudara saja (yakni kaum Quraish saja). Dia tidak mau berperang dengan suku al-Aws dan al-Khazraj. Tapi kedua suku ini menolak ajakan damai Abu Sufyan, sehingga pertempuran sengit tidak bisa dielakkan.

Orang pertama dari pihak Quraish yang maju untuk bertempur satu lawan satu adalah Abu Amir (Muhammad biasa memanggilnya al-Fasiq – pelaku kejahatan) dengan kelompoknya yang berjumlah 50 orang. Mereka saling lempar batu dengan pihak Muslim. Ini terus berlangsung sampai pihak Muslim lebih unggul dan Abu Amir dan kelompoknya mundur. Untuk menambah semangat tentaranya, para wanita Quraish berbaris maju, memukul2 simbal, drum dan tambur dan menyanyikan lagu2 perang. Pertempuran selanjutnya berlangsung satu lawan satu, mengikuti tradisi perang Arab tahap awal.[Rodinson, p.180] Prajurit Quraish bernama Talha ibn Abu Talhah maju menghadapi prajurit Muslim bernama Az- Zubair bin al-Awwam (biografer lain mengatakan Ali ibn Talib) dan Az-Zubair berhasil membunuh Talha. Mendengar tewasnya musuh yang pertama, Muhammad bersukacita lewat Takbir (Allahu Akbar) dan berkata,”Setiap Nabi punya murid dan muridku adalah Az-Zubari, “[Mubarakpuri, p.3] dan lalu memberi garansi Az-Zubair tempat di surga tidak peduli dia hidup atau mati dalam Jihad.

Setelah kematian Talhah, saudara lakinya yang bernama Abu Shaybah Uthman maju mewakili pihak Quraish sambil melafalkan ayat2. Hamzah menyerang dengan pedangnya, memotong tangan dan bahunya dan menebas tubuhnya sampai paru2nya tampak. Tak lama kemudian Abu Shaybah Uthman pun mati. Lalu saudara lakinya yang bernama Abu Sa’d bin Abi Talhah ganti memegang bendera Quraish tapi dia lalu dibunuh Asim bin Thabit. Sekarang tujuh anggota keluarga yang sama telah dibunuh. Mereka adalah: Talhah, dan saudara2 lakinya, Shaybah dan Abu Sa’d; empat anak laki Talha, yakni Musafi, Al-Harith, Kilab and Julas. Ketika ibu Musafi mengetahui pembunuhan kedua anak lakinya oleh Asim bin Thabit, dia bersumpah untuk membalas kematian mereka dengan minum air anggur dari batok kepala Asim.[ Ibn Ishaq, p.377]

Pembunuhan terus berlangsung dan pihak Quraish kalah angin. Ketika semua saudara2 dan anak2 Talhah yang berani telah dibunuh, Artat Shurahbil mengangkat bendera Quraish dan seorang Jihadis yang tak dikenal membunuhnya. Tongkat bendera Quraish tergeletak di tanah dan tiada seorangpun yang menegakkannya. Garis depan Quraish berantakan, mereka panik dan rasa teror masuk ke dalam pikiran mereka dan mereka mulai mundur. Mereka sadar bahwa mereka melakukan kesalahan dengan melakukan perang satu lawan satu dengan pihak Muslim. Akan tetapi, terlambat sudah. Hanzala bin Abu Amir (anak dari biarawan Kristen) bertarung melawan Abu Sufyan dan ketika hampir membunuh Abu Sufyan, Shaddad bin al-Aswad memukul Hanzala dan membunuhnya. Peristiwa ini nantinya diingat oleh Abu Sufyan dalam syair puitis ‘Hanzala bagi Hanzala.’ (Ingat? Anak Abu Sufyan yang bernama Hanzala dibunuh Muslim di Badr II).

Begitu pihak Quraish menyadari kesalahan mereka bertarung satu lawan satu dengan Jihadis Muslim, mereka lalu melakukan serangan total. Awalnya, pihak Muslim berhasil memerangi pihak Quraish dengan bertarung sangat sengit. Setiap kali pihak Quraish maju, pemanah2 Muslim yang berada di atas bukit kecil menghujani mereka dengan panah dan membuat pasukan Quraish mundur lagi ke belakang. Mereka sudah hampir putus asa. Abu Dujana dengan pedang pemberian Muhammad, Hamzah dan Ali bertarung dengan ganas. Mereka berhasil membunuh beberapa orang Quraish. Pasukan Quraish jadi kewalahan dan mulai meninggalkan medan perang dan bendera mereka tergeletak di tanah dan tiada seorang pun yang mengambilnya. Ini akhir dari bagian pertama perang Uhud.

Tentara Muslim mengetahui bahwa pihak Quraish berhasil dipukul mundur. Maka tanpa menunggu lagi, mereka berlarian maju mengumpulkan barang jarahan perang. Begitu serakahnya mereka saling berebutan peralatan perang sehingga begitu para pemanah Muslim dari atas bukit melihat kawan2nya menjarah, mereka pun meninggalkan posisi mereka dan ikut berlari mengambili barang jarahan perang. Hanya 10 pemanah yang dipimpin oleh Abd Allah ibn Jubayr yang tetap berada di posisi mereka seperti yang diperintahkan Muhammad. Selebihnya tidak mempedulikan lagi perintah Muhammad karena terlalu tergiur oleh barang jarahan. Inilah yang ditulis Tabari tentang bagaimana besarnya nafsu para Jihadis terhadap barang jarahan perang.[Tabari, vol.vii, p.114]

Ketika para Jihadis yang menjaga bagian belakang tentara2 Muslim melihat tentara Quraish dan para wanitanya melarikan diri dan melihat barang jarahan perang, mereka jadi bernafsu mengambilnya dan berkata, “Mari kita pergi ke Rasul Allah dan mengambil jarahan perang sebelum yang lain merebutnya duluan dari kita.” Kelompok lain ingin mentaati perintah Muhammad dan yang lain ingin meninggalkan posisi mereka. Pertentangan kedua kelompok ini dikatakan Tuhan di QS 3:145 “Siapa yang bernafsu … Alam Baka . Menyaksikan keserakahan akan barang jarahan perang, Ibn Masud berkata, “Aku sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa ada pengikut2 Nabi yang begitu bernafsu akan dunia dan kekayaannya sampai pada hari itu.”

Keserakahan tanpa kendali para Jihadis akan barang jarahan perang menyebabkan Khaild bin Walid, komandan pasukan berkuda Quraish dapat menyerbu pasukan Muslim yang sedang mabuk barang jarahan dari belakang dan mengubah keadaan perang. Dia lalu menyerang dengan ganas sisa2 pemanah yang masih berada di tempat dan membunuh mereka semua, termasuk pemimpin para pemanah Abd Allah ibn Jubayr. Khalid bin Walid diikuti oleh Ikrimah bin Abu Hakam (anak laki Abu Jahl; Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr II). Dikatakan bahwa para malaikat ada tapi mereka tidak membantu para Muslim.[Ibn S’ad, p.49] Sudah jelas alasannya mengapa para malaikat ragu2 untuk menolong tentara Allah. Ketika tentara Muslim berantakan dan terpukul mundur, Muhammad mencoba mengatur peperangan. Dia berusaha memanggil orang2 untuk berperang demi Rasul Allah. Tapi panggilannya tidak dihiraukan dan tentara Muslim terus mundur. Para musuh dengan cepat bergerak mendekati posisi Muhammad. Sekelompok Jihadis yang setia berusaha melindunginya. Muhammad tidak bisa lari lagi. Ketika dalam keadaan penuh kebingungan inilah muncul suatu berita bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini mematahkan semangat tentara Muslim. Para biografer Muhammad menulis hal yang bertentangan dan membingungkan akan hal ini di Perang Uhud. Inilah yang kami mengerti setelah mempelajari beberapa versi kisah ini.

Melihat perubahan keadaan perang di bagian depan dan tentara Muslim yang tercerai-berai, pihak Quraish segera bangkit lagi semangatnya dan maju lagi bertempur. Seorang Quraish wanita bernama Umrah binti Alqamah Al-Harithya mengangkat bendera Quraish yang tergeletak dan menegakkannya di atas tanah. Kali ini pihak Quraish menguasai keadaan peperangan. Mereka berkumpul kembali dan mulai mencari Muhammad.

Sekelompok tentara Quraish yang telah membunuh pasukan panah Muslim, mengejar Muhammad dan para bodyguard-nya. Pada saat itu kebanyakan Jihadis sedang sibuk mengumpulkan barang jarahan. Hanya 9 orang Jihadis yang melindungi Muhammad, 7 dari mereka adalah orang Ansar (Medina) dan 2 adalah Muhajir (yang hijrah dari Mekah). Sebagian tentara Khalid yang dipimpin oleh ibn Qamia melempari kelompok pelindung Muhammad dengan batu. Sebuah batu menerjang mulut Muhammad dan melukai gigi taring kanan bawah dan bibir bawahnya. Serangan pedang tentara Quraish yang bernama Utbah bin Abi Waqqas (saudara laki Sa’d bin Abi Waqqas, orang Muslim) melukai jidat dan bahunya sehingga mengeluarkan banyak sekali darah.

Pasukan Mekah menyerang tentara Muslim dari belakang sehingga tentara Muslim kocar-kacir. Banyak tentara Muslim yang dibunuh tentara Mekah. Beberapa Muslim terluka sangat parah, dan banyak yang mulai melarikan diri dari medan perang. Dengan luka di mulut dan badannya dan hati yang terluka, Muhammad memanggil para pengikutnya untuk terus berperang, tapi tidak ada yang mendengarkannya. Muhammad yang sudah tak berdaya berteriak, “Siapa yang bersedia menjual nyawanya bagi kami?” Mendengar jeritan putus asanya, Ziyad bin al-Sakani (atau Umarah bin Ziyad al-Sakani), dan 5 orang Jihadis datang untuk melindungi Muhammad. Mereka semua mati satu per satu di hadapan Muhammad sehingga tinggal Ziyad bin al-Sakani yang masih hidup.[Tabari, vol. vii, p.120]

Dikisahkan bahwa Hatib bin Baltah mengikuti Utbah bin Abi Waqqas dan membunuhnya meskipun sebenarnya Sa’d b. Abi Waqqas yang ingin membunuh saudara lakinya sendiri (Utbah). Meskipun serangan terhadap Muhammad tidak mematikan (karena Muhammad memakai baju perang dua lapis), pukulan yang diterimanya begitu keras sehingga dua cincin helmnya menusuk masuk pipinya. Muhammad yang terluka dengan hebatnya mengutuki orang yang menyerangnya. Para bodyguard-nya berperang dengan sengit untuk melindunginya, tapi tentara Quraish terus menyerang tanpa berhenti sehingga akhirnya ke tujuh bodyguard Muhammad tewas semua. Sekarang tinggal 2 Muhajir yang bernama Ubaidullah dan Sa’d yang melindungi Muhammad. Dalam waktu singkat, tentara Quraish melukai Talhah bin Ubaidullah. Pemegang bendera Muslim yang bernama Musab bin Umayr berdiri tak jauh dari situ. Kebetulan muka dan sosok dia mirip dengan Muhammad. Ibn Qamiah menyerang dan membunuhnya. Karena dia mengira yang dibunuhnya adalah Muhammad, maka dia berteriak sekuat tenaga, “Muhammad sudah dibunuh.” Mendengar kabar naas ini, tentara Muslim jadi kacau; karena kebingungan, mereka jadi bertempur satu sama lain. Satu korban dari kejadian saling serang antar kawan ini adalah ayah Hudhayfa yang bernama Al-Yaman. Ketika Hudhayfa melihat ayahnya akan dibunuh tentara Muslim lain, dia menjerit untuk menahannya, tapi terlambat dan ayahnya yang Muslim tewas di tangan tentara Muslim. Nantinya Hudhayfa memaafkan pembunuh ayahnya dan tidak menuntut uang darah. Banyak Muslim yang melarikan diri dari medan perang dan kembali ke Medina. Beberapa dari mereka membawa bangkai kawan seperjuangannya untuk dikubur di Medina. Beberapa Muslim bahkan mencoba untuk menghubungi Abd Allah ibn Ubayy untuk bertarung melawan tentara Quraish, agar mereka tidak dibunuh tentara Quraish. Tapi usaha ini gagal. Setelah mengetahui pihaknya kalah dan dirinya tidak ada yang melindungi, Muhammad pun lari menyelamatkan nyawanya. Seorang Jihadis yang bernama Ka’b bin Malik melihat Muhammad yang lari ketakutan dan berteriak gembira, “Rasul Allah masih hidup.” Muhammad yang sedang ketakutan meminta Ka’b untuk tutup mulut, tapi tentara Quraish berhasil mendengar bahwa musuh besar mereka masih hidup. Seorang Quraish yang bernama Ubay bin Khalaf memacu kudanya ke arah Muhammad untuk membunuhnya. Muhammad mengambil sebilah tombak dari tentaranya dan menusukannya ke arah Ubay bin Khalaf dan melukainya. Ubay kembali ke posisi tentara Quraish dengan luka di tenggorokan dan lehernya sambil berkata, “Demi Tuhan, Muhammad telah membunuhku.” Orang2 Quraish tidak melihat adanya luka yang serius mengancam jiwa pada diri Ubayy. Tapi Ubayy bersikeras mengatakan bahwa kutukan Muhammad telah melukainya. Ubay bin Khalaf mati karena lukanya dalam perjalanan kembali ke Mekah. Walaupun tidak ada bukti bahwa Muhammad telah membunuh siapapun dengan tangannya sendiri, Ibn Sa’d menulis, “Ubayyi Ibn Khalaf al-Jumahi, yang dibunuh Muhammad dengan tangannya sendiri ….” [Ibn Sa’d vol.ii, p.50]

Ketika sedang lari menyelamatkan diri, Muhammad jatuh ke sebuah lubang jebakan yang digali Abu Amir, sang biarawan Kristen, untuk menjebak serdadu Muslim. Sekarang setelah mendengar teriakan gembira Ka’b, sekitar 30 tentara Jihadis termasuk sahabat dekat Muhammad yakni Abu Bakr, Ali, Umar, dll berlari ke arahnya. Ketika mereka sampai ke lubang jebakan, dengan lega mereka menemukan bahwa Muhammad masih hidup. Muhammad meminta mereka tidak ribut tapi bergerak menuju ke Utara ke sebuah gua di sisi bukit. Ali mengulurkan tangan untuk membantu Muhammad ke luar dari lubang itu. Bersama Muhammad, kelompok itu lalu bergerak diam2 ke arah bukit dan berlindung di situ, untuk mengatur rencana mundur bagi tentara Muslim dan terutama merawat luka Muhammad dan serdadu lain. Dikabarkan bahwa Aisha dan beberapa Muslimah bergabung bersama kelompok Muhammad. Fatima (anak perempuan Muhammad) tiba di tempat pertempuran dan menolong membalut luka ayahnya. Dibutuhkan waktu sebulan sampai semua lukanya sembuh.

Saudara perempuan Hamzah yang bernama Safiya juga datang. Dia sangat sayang dan dekat dengan Hamzah. Perang Uhud juga menunjukkan bahasa yang sangat kasar dan vulgar, terutama dari pihak Muslim. Misalnya:
Ketika keadaan tentara Muslim sedang kacau balau, Hamzah terus bertempur dengan gagah berani membunuhi beberapa orang Quraish. Budak Abisinia yang bernama Wahsi (Ingat? Dia disewa Hind binti Utbah untuk membunuh Hamzah) mengamatinya dari jarak dekat dan mengambil posisi strategis untuk mengarahkan lembing mautnya ke arah Hamzah. Pada saat itu, Abd al-Uzza al-Ghubshani (Abu Niyar) berlalu di hadapan Hamzah. Abu Niyar adalah anak dari pesunat anak perempuan yang bernama Umm Ammar yang adalah budak Shariq bin Amr yang dimerdekakan. Jadi Hamzah membentaknya, “Ke sini kamu, anak tukang potong klitoris.” [Tabari, vol.vii, p.121] Ketika Wahsi melihat Hamzah membentak Abu Niyar, dia (Wahsi) dengan cepat melemparkan lembingnya dan menusuk bagian bawah perut Hamzah dan tembus ke luar diantara kakinya. Hamzah dengan cepat mati dan Wahsi mengambil kembali lembingnya dan balik menuju tempat kemah Quraish. Dia sudah memenuhi tugasnya membunuh Hamzah. Mayat Hamzah tergeletak di tanah.

Jadi sekarang kita tahu bahwa FGM (Female Genital Mutilation = sunat klitoris bagi wanita) ternyata umum dilakukan diantara bangsa Arab di jaman Muhammad. FGM dilakukan agar wanita tidak merasakan kenikmatan saat berhubungan seks. Muhammad tidak berupaya apapun untuk mencegah praktek ini.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, setelah Muhammad dikeluarkan dari lubang, Abu Bakr, Umar, Ali dan orang2 Muslim lain membawanya ke sebuah gua untuk merawat luka2nya. Seorang Jihadis mengeluarkan cincin yang menembus pipi Muhammad. Sewaktu sedang melakukan ‘operasi’ primitif itu, dia memutuskan gigi taring Muhammad yang sudah rusak sejak tadi. Darah mengucur deras keluar dari luka Muhammad membasahi mukanya. Malik bin Sinan menghisap darah itu dan menelannya.[Mubarakpuri, p.323] Melihat ini Muhammad berkata, “Dia yang darahnya bercampur dengan darahku tidak akan tersentuh api neraka.” [Ibn Ishaq, p.754] Abu Bakr, Umar, Ali dan sahabat2 dekat Muhammad berusaha menghibur Muhammad dan Talhah bin Ubaidullah yang terluka berat. Para Jihadis di sekeliling Muhammad jadi sangat lelah dan banyak yang jatuh tertidur di gua itu. Dalam waktu singkat Muhammad akhirnya meninggalkan medan perang dan berlindung di pegunungan Uhud.

Pada saat itu, setelah pihak Quraish menyadari bahwa pihak Muslim telah dikalahkan dan mereka (pihak Muslim) telah melarikan diri ke pegunungan, mereka mulai memeriksa musuh2nya yang tewas di medan perang. Saat itu adalah tengah hari. Setelah siang berlalu, kaum Quraish mulai mencari mayat Muhammad, tapi tidak menemukannya sehingga mereka mulai curiga jangan2 dia tidak mati. Beberapa tentara Quraish memotong-motong mayat2 Muslim. Mereka memotong kuping2 dan hidung2 (bahkan juga alat kelamin) korban2 mereka dan dijadikan kalung. Hind binti Utbah sangat dikuasai rasa dendam sehingga dia tidak hanya mengenakan kalung2 dan gelang2 anggota badan musuhnya Hamzah, tapi juga terus melanjutkan dengan memotong-motong badan Hamzah. Dia robek perutnya, mengambil hati dan memakannya tapi rasanya sangat tak karuan sehingga dia memuntahkannya kembali.

Lalu Abu Sufyan mendekati daerah dekat gua tempat Muhammad dkk berlindung dan bertanya siapa yang berada dalam gua. Tidak ada yang menjawabnya. Karena itu Abu Sufyan lalu meneriakkan bahwa orang2 Quraish telah membunuh semua ketua kelompok Muslim, termasuk Muhammad. Karena tidak tahan hinaan ini, Umar dengan marah berteriak balik dan mengatakan mereka semua masih hidup, selamat dan sehat, termasuk Muhammad. Meskipun agak kaget, Abu Sufyan ragu2 untuk melanjutkan pertumpahan darah dan mengatakan pada Umar bahwa tentara Quraish sedang memuaskan kemarahan dengan memotong-motong mayat2 Muslim, tidak peduli Umar suka atau tidak. Abu Sufyan sudah puas membayar kematian anak lakinya Hanzalah bin Abu Sufyan yang mati di Badr II. Dia lalu menantang Muhammad untuk bertemu lagi di tahun depan di Badr. Muhammad menerima tantangan ini. Setelah berteriak memuja Hubal (dewa terbesar di Ka’aba) dan Uzza (dewa lain dari Nakhla) atas kemenangan pihak Mekah, Abu Sufyan memerintahkan prajuritnya berbaris kembali ke Mekah. Akan hal ini, Muhammad mengumumgkan Allah sebagai pelindung kaum Jihadis.

Setelah Abu Sufyan pergi jauh dari tempat perlindungan kaum Muslim, Muhammad memerintah Ali untuk menyelidiki kepergian tentara Quraish. Ali melaporkan kembali bahwa orang2 Quraish menunggangi unta2 dan kuda2 mereka. Berita ini melegakan Muhammad karena ini menunjukkan tentara Quraish sudah pasti kembali ke Mekah dan tidak berencana untuk kembali ke Uhud/Medina. Setelah yakin tidak ada serangan lagi dari pihak Quraish, Muhammad memerintah para pengikutnya untuk ke luar dari tempat persembunyian. Jadi sekali lagi pihak Muslim kembali ke medan perang yang sekarang penuh dengan mayat2 kaum Jihadis yang dipotong-potong. Ini sungguh pemandangan yang mengerikan. Ketika Muhammad melihat tubuh paman dan saudara angkatnya, Hamzah, yang berceceran, dia sangat sedih dan mulai menangis. Keadaan tubuh Hamzah sungguh mengerikan sehingga Muhammad melarang bibinya, Saffiya untuk melihat mayat saudara lakinya Hamzah. Tapi Saffiya tetap datang dan melihat mayat saudara lakinya tergeletak di tanah dengan sebagian anggota badannya hilang atau terpotong-potong. Saffiya tenang, menguasai diri dan meminta Allah mengampuni Hamzah. Muhammad memerintahkan agar mayat Hamzah dikubur di tempat dia mati. Muhammad lalu bersumpah untuk membalas dendam dengan memotong-motong 30 orang Quraish bagi Hamzah. Ada yang bilang dia bersumpah untuk memotong 70 orang. Akan tetapi, praktek potong memotong ini dilarang kemudian di ayat QS 16:126. Muhammad lalu melarang pemotongan mayat tapi mengumumkan: “Jihadi yang terluka akan dibangkitkan di hari akhir dengan darah menetes dari lukanya dan bau lukanya akan seperti bau musk (wewangian).”[Ibn Ishak, p.388] Selain itu dia juga berkata: “Tuhan menaruh roh2 mereka yang mati di Uhud dalam sekelompok burung2 hijau dan para Jihadis ingin kembali dari surga dan dibunuh lagi, lagi, dan laig.”[Ibn Ishak, p.400]

Pesan yang sama bisa dilihat di
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2514:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Sang Nabi berkata: Ketika saudara2mu dibunuh di perang Uhud, Allah menaruh roh2 mereka dalam sekelompok burung2 hijau yang terbang ke sungai2 di surga, makan buah2nya dan bertelur di lampu2 emas di naungan Takhta (Allah). Lalu ketika mereka merasakan manisnya makanan mereka, minum dan istirahat, mereka bertanya: Siapa yang dapat mengatakan kepada saudara2 kami bahwa kami hidup di Surga, sehingga mereka tidak takut untuk melakukan Jihad dan tidak mau berperang? Allah yang Maha Tinggi berkata: Aku akan memberitahukan mereka tentang kamu; jadi Allah mengirim turun, “Dan jangan mengira mereka yang mati di jalan Allah… “ sampai akhir ayatnya.

Setelah mengubur rekan2 mereka, para Muslim termasuk Muhammad kembali ke Medina. Dalam perjalanan pulang ke Medina, banyak orang, terutama kaum wanita yang sangat ingin tahu nasib orang2 yang mereka cintai atau dekat dengan mereka. Muhammad tak punya pilihan lain kecuali menceritakan nasib buruk kekasih dan saudara2 mereka. Ketika dia melewati tempat tinggal para Ansar, Muhammad mendengar para wanita menangisi orang2 yang mereka kasihi. Dia sendiri menangis tapi tidak menemukan seorang pun yang menangis bagi Hamzah, paman Muhammad.

Di malam harinya (Sabtu, 7 Shawal), Muhammad bersama dengan tentara Muslim kembali ke Medina. Ketika Muhammad masuk ke rumah keluarganya, dia dan Ali memberikan pedang2 mereka kepada Fatima (anak Muhammad dan istri Ali) untuk membersihkan bercak darah pada pedang itu. Dilaporkan 70 Muslim mati di perang Uhud. Pihak Quraish kehilangan 23 orang.[Ibn Sa’d, vol.ii, p.50]

Ada beberapa kecelakan pembunuhan Muslim yang dilakukan pihak Muslim sendiri. Misalnya seperti yang sudah disebutkan bahwa Husayl bin Jabir al-Yaman dibunuh oleh pihak Muslim yang tidak mengenalinya. Muhammad membayar uang darah pada anak laki Husayl yang bernama Hudhayfah. Lalu Hudhayfah memberikan uang itu kepada para Muslim yang memerlukannya.

Anak laki Hatib yang bernama Yazid menderita luka parah dan dihibur oleh para Muslim lainnya dengan janji surga bagi yang mati sebagai martir. Mendengar hal ini, Hatib jadi marah dan menyalahkan pihak Muslim yang salah bunuh dan mengakibatkan anaknya mati. Muslim lain yang bernama Quzaman telah berperang dengan gagah berani dan membunuh 8 sampai 9 orang pagan dan dia sendiri luka parah. Ketika orang2 menyelamatinya karena keberaniannya, dia hanya berkata bahwa dia melakukan itu untuk membela masyarakatnya sendiri. Ketika rasa sakit yang ditanggungnya jadi tak terperikan, dia akhirnya bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya dengan mata anak panah. Muhammad sangat tidak suka akan Quzman yang berkata bahwa dia berperang dan mati untuk negaranya dan bukan untuk Allah dan RasulNya. Ketika para pengikut Muhammad tanya padanya tentang nasib Quzman setelah mati, Muhammad menjawab, “Dia jadi penghuni neraka.”[Mubarakpuri, p.334]

Seorang Yahudi yang bernama Mukhayriq juga mati di Uhud. Dia berperang bagi Muslim dan mengajak orang2 Yahudi lain untuk bertempur bersama Muhammad. Tapi kebanyakan Yahudi tidak ikut perang karena menghormati hari Sabbath (Sabtu). Melalui pengakuannya, Muhammad mengatakan bahwa Mukhayriq adalah Yahudi terbaik. Sahih Bukhari mencatat bahwa istri Muhammad yakni Aisha dan wanita lain bernama Umm Sulaim (tidak jelas apakah dia ini istri Muhammad atau bukan) menyediakan air bagi tentara Muslim di Uhud. Ini hadisnya:
Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 131:
Dikisahkan oleh Anas:
Di hari (perang) Uhud, ketika beberapa orang mundur dan meninggalkan sang Nabi, aku melihat 'Aisha bint Abu Bakr dan Um Sulaim, dengan jubah mereka terikat sehingga gelang2 kaki mereka tampak, membawa kantung2 air (di kisah lain ditulis “membawa kantung2 air di pundak mereka”). Lalu mereka menuangkan air ke mulut orang2, dan kembali mengisi kantung2 lagi dan kembali lagi menuangkan air ke mulut orang2.

Di malam hari setelah mereka kembali ke Uhud, tentara Muslim tetap siaga di kota Medina untuk berjaga-jaga andaikata pihak Quraish menyerang lagi. Di sepanjang malam Muhammad memikirkan lagi apa yang telah terjadi dan bagaimana masa depannya dan para pengikutnya. Kekalahan di Uhud teramat menyakitkan baginya dan kredibilitasnya sebagai Rasul Allah sekarang terancam – Muhammad tahu betul akan hal ini. Dia harus tetap tenang, berkepala dingin dan menguasai diri, dan harus menentukan langkah apa yang harus dia ambil untuk memulihkan kredibilitasnya dan rasa terpesona para pengikutnya terhadap dirinya. Bagi mereka, dia tak terkalahkan dan dekat dengan Allah – hal ini merupakan kebenaran mutlak bagi mereka. Muhammad bersumpah untuk tidak akan kehilangan kekuatan kharisma dan hipnotisnya terhadap para Jihadis. Di saat yang sama dia pun sadar akan bahaya tentara Quraish kembali dan menyerang Medina tiba2. Satu2nya pilihan baginya adalah ke luar untuk mencari tahu tentang tentara Quraish dan memasukkan teror dalam hati mereka dengan segala cara yang bisa dia lakukan – dia tahu benar akan hal ini.

Teror Dua Puluh dua
Penyerangan atas Hamra al-Aswad oleh Muhammad—March, 624M

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Muhammad sangat gundah akan kekalahan pihak Muslim di Uhud. Karena itu, untuk mengangkat moral para Muslim dan tetap membuat takut orang2 Yahudi dan orang2 munafik, dia merencanakan beberapa serangan terhadap musuh untuk membalas kekalahan di Uhud.

Jadi pada hari Minggu, tanggal 8 Shawaal, AH 3 (24 March, 625), sehari setelah perang Uhud, ketika para Muslim bangun, mereka mendengar Muhammad memanggil mereka untuk mengejar tentara Quraish. Dia memerintahkan para tentara untuk bersiap, tapi hanya mereka yang ikut perang Uhud di hari sebelumnya yang boleh bergabung dengan operasi militer baru ini. Tak dapat disangkal bahwa dia melakukan hal ini untuk membangkitkan semangat para Jihadis, untuk menghilangkan ingatan kekalahan mereka yang memalukan di Uhud dan untuk membakar moral prajurit2nya yang tadinya hilang. Seorang Muslim yang tidak ikut perang Uhud karena ayahnya tidak memberi ijin baginya untuk berperang Jihad, diijinkan ikut masuk tentara Muslim. Seorang anak laki dari Jihadis yang mati terbunuh di Uhud minta ijin Muhammad untuk ikut operasi militer ini dan dia pun diijinkan ikut. Selain mereka, beberapa Jihadis yang terluka juga ikut barisan tentara ini.

Tak lama sebelum Muhammad mengejar tentara Mekah, dia mengirim tiga orang pengintai yang semuanya berasal dari Bani Aslam untuk memeriksa jejak kaki tentara Mekah. Dua dari mereka bertemu dengan tentara Mekah di Hamra al-Asad, sekitar 8 (atau 10 menurut Ibn S’ad) mil dari Medina. Abu Sufyan sudah mengetahui tentang usaha Muhammad untuk mengejar tentara Mekah. Dua pengintai mendengar percakapan diantara orang2 Quraish: apakah mereka harus kembali dan menghabisi para Muslim sekali untuk selamanya atau kembali ke Mekah. Abu Sufyan sebenarnya ingin kembali dan menghancurkan tentara Muslim tapi setelah bertukar pikiran dengan Safwan ibn Umayyah, dia tidak jadi melakukan hal itu dan melanjutkan perjalanan kembali ke Mekah. Ini terjadi sehari sebelum Jihadis Muslim tiba di Hamra al-Asad. Sebelum berangkat dari Hamra al-Asad, tentara Quraish menemukan dua pengintai Muslim, menangkap dan membunuh mereka, lalu melemparkan mayat2 mereka di jalan. Tidak diketahui bagaimana nasib pengintai ketiga. Tampaknya dia melarikan diri kembali ke Muhammad.

Para Jihadis di bawah pimpinan Muhammad yang berbalut perban pergi ke Hamra al-Asad dan menemukan dua mayat pengintai yang dikirim Muhammad untuk mengintai tentara Quraish. Setelah Muhammad tahu bahwa tentara Quraish tidak ada di sana untuk menyerangnya lagi, dia merasa lega dan mengambil keputusan untuk diam di tempat itu selama 3 malam (atau 5, menurut Ibn Sa’d) sampai hari Rabu (25-27 Maret, 625) sebelum kembali ke Medina. Ketika dia sedang menunggu kesembuhan dari luka yang didapatnya di perang Uhud, dia memerintahkan pembakaran 500 kayu bakar yang ditumpuk tinggi untuk mengirim pesan pada tentara Quraish bahwa dia masih tetap kuat.
Ketika Muhammad sedang berada di Hamra al-Asad, dia membuat persetujuan dengan Mabad al-Khuzaah di Tihamah. Orang2 Muslim dan pagan dari Tihamah adalah sekutu terpercaya Muhammad. Mereka setuju untuk tidak menyembunyikan apapun dari Muhammad.

Lalu, Mabad pergi ke Mekah dan bertemu dengan Abu Sufyan. Mabad memberi keterangan palsu bahwa Muhammad sedang mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Abu Sufyan. Pada saat itu Abu Sufyan dan kawan2nya sedang merencanakan serangan hebat ke Medina untuk menghabisi pihak Muslim sama sekali. Mendengar bualan Mabad tentang kekuatan militer Muhammad, Abu Sufyan menarik kembali rencananya untuk segera menyerang para Muslim.[Tabari, vol. vii, p.140] Jadi Muhammad sekali lagi membuktikan bahwa penggunaan teror dan tipuan memang berguna untuk tujuannya.

Setelah menunjukkan keberaniannya di Hamra al-Asad, Muhammad kembali ke Medina. Seorang serdadu Quraish berkeliaran di Hamra al-Asad. Dia adalah penulis puisi yang bernama Abu Azzah al-Jumahi, yang adalah seorang yang miskin yang mempunyai 5 anak perempuan. Dia tertinggal rombongan tentara Quraish. Sebelumnya, dia adalah tawanan perang Badr II. Karena dia miskin dan tidak mampu membayar uang tebusan bagi dirinya sendiri, maka dia memohon untuk dimerdekakan. Muhammad membebaskannya asalkan dia berjanji tidak akan melawan pihak Muslim lagi. Akan tetapi dia tergoda oleh orang2 Mekah untuk berperang lagi melawan Muslim karena dijanjikan upah yang besar kalau menang atau untuk mengurus ke 5 anaknya jikalau dia mati terbunuh. Setelah pihak Muslim kalah telak di Uhud, dia memohon ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad tidak menaruh kasihan padanya dan memerintahkan agar Abu Azzah dibunuh karena dia telah melanggar janjinya. Hazrat Ali lalu membunuhnya. [Tabari, vol. vii, p.141-142]

Seorang Quraish lain ketika kembali ke Mekah tersesat di jalan dan bermalam di dekat Medina. Di pagi harinya dia pergi ke rumah Uthman ibn Affan (menantu Muhammad). Uthman menjumpainya, memberinya kemurahan hati selama 3 hari, menyediakan unta dan kebutuhannya untuk perjalanan kembali ke Mekah. Setelah sepakat tentang itu, Uthman berangkat dengan Muhammad ke Hamra-al-Asad. Orang Quraish yang sial ini berlambat2 dan tinggal di Medina lebih dari 3 hari. Muhammad yang mendengar keterlambatannya lebih dari sehari itu menangkapnya dan memerintahkan agar dia dibunuh.

Al-Harith bin. Suwayd adalah seorang yang munafik. Dia pergi ke Uhud bersama Muslim tapi membunuh beberapa Muslim. Lalu dia lari ke Mekah, bergabung dengan kelompok Quraish. Setelah itu, Al-Harith mengirim saudara lakinya menghadap Muhammad untuk minta ampun, sehingga dia boleh kembali ke Medina. Muhammad mengijinkannya kembali, tapi belum mengambil keputusan tentang nasibnya, dan memilih menunggu sampai dia kembali dari Hamra al-Asad. Atas keraguannya ini, Allah dengan cepat mengirim ayat QS 3:86 yang memutuskan bahwa siapa yang menolak iman Islam setelah menerimanya harus dihukum mati. Karenanya, setelah kembali ke Medina, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas al-Harith karena dugaan pembunuhan atas al- Mujaddzir dari Banu Aws. Pembunuhan (yakni dugaan pembunuhan yang tak terbukti atas al-Mujaddzir) terjadi 9 atau 10 tahun sebelumnya. Muhammad memerintahkan Uthman bin Affan, menantunya, untuk memenggal kepala al-Harith. Hazrat Uthman memenggal al-Harith di pintu gerbang mesjid, tepat di hadapan Muhammad.[Ibn Ishaq, pp.755- 756]

Sukses perampokan Badr II dilihat orang sebagai bukti pengakuan ilahi Muhammad. Sekarang, kekalahan di Uhud menjatuhkan pengakuan bahwa dirinya adalah nabi. Orang2 Yahudi mulai menyebarkan pertentangan ini. Muhammad sekarang sangat perlu untuk menegakkan reputasinya yang goyah dan membangkitkan moral para pengikutnya. Dia mulai berkhotbah bahwa kekalahan di Uhud adalah karena para munafik. Dia mengaku bahwa Allah di Sura 3 telah memberitahu kebenaran baginya. Lalu dia melanjutkan dengan memisahkan para pengikutnya yang sejati dari para munafik dengan menyalahkan mereka yang tinggal di rumah dan tidak ikut Jihad di Uhud. Dengan menyatakan bahwa andaikata dia mati sekalipun, tujuan tindakannya tetap berlaku, dia menjanjikan keberhasilan di masa depan kepada para pengikutnya jika mereka tetap teguh dan berani. Tujuannya itu sendiri adalah kehidupan fana dan ilahi – dia sangat tegas akan hal ini. Nasehatnya memberi pengaruh yang kuat pada para Jihadis sejati, dan mereka sekarang jadi lebih yakin. Muhammad merasa puas karena dia benar2 dapat membuat para pengikutnya yang gampang dikibulin itu menerima teori apapun yang dikarangnya sebagai suatu kebenaran.

Teror Dua Puluh Tiga
Perampokan atas B. Asad ibn Khuzaymah di Katan daerah Nejd oleh Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi —April, 625M

Bani Asad ibn Khuzaymah, yakni para penduduk di Katan, di dekat daerah Fayd yang ada sumber mata airnya, adalah suku bangsa yang kuat yang punya hubungan erat dengan kaum Quraish. Mereka tinggal di bukit Katan di daerah Nejd. Muhammad mengaku bahwa dia menerima laporan pengintainya tentang rencana suku ini untuk menyerang Medina. Jadi dia mengirim 100 pasukan tentara di bawah pimpinan Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi untuk menyerang suku ini tiba2. Di hari pertama Muharram [Ibn Sa’d, vol.ii, p.150] ketika mereka sedang tidak siap sama sekali, Abd al-Asad menyerang dan meneror mereka and merampas jarahan rampokan.

Akan tetapi operasi teror ini tidak sukses besar. Ketika para Jihadis tiba di tempat itu, para calon korban melarikan diri dan orang2 Muslim hanya menemukan tiga gembala dengan kelompok unta dan kambing yang besar. Mereka mengambil semua ternak itu sebagai barang jarahan, dan ketiga gembala sebagai tawanan. Lalu para unta, kambing, dan ke 3 tawanan dibawa ke Medina. Muhammad mengambil seorang tawanan (sebagai budak) bagi dirinya sendiri, mem-bagi2kan unta dan kambing diantara para Jihadis sambil mengambil 1/5 bagian barang jarahan untuk dirinya sendiri. Keberhasilan usaha perampokan ini mengembalikan harga diri sebagian Muslim yang tadinya hilang setelah perang Uhud. Abu Salamah tidak hidup lebih lama lagi setelah perampokan ini karena infeksi luka yang diterimanya di perang Uhud.

Teror Dua Puluh Empat
Pembunuhan atas Sufyan ibn Khalid, ketua Banu Lihyan di Urana (serangan pertama atas Banu Lihyan) oleh Abd Allah b. Unays—April, 625 M

Banu Lihyan adalah cabang dari suku kuat Hudhayl (bagian dari kaum Quraish), yang menempati daerah sekitar Mekah. Ketika teror Jihadis Muhammad menjadi tak tertahankan, mereka membujuk ketua suku mereka yang bernama Khalid ibn Sufyan al-Hudhayli di Urana untuk melakukan perang mencontoh dari kemenangan perang Uhud.

Empat hari setelah perampokan di Katan (yakni hari ke 6 Muharram), Muhammad mengetahui bahwa Sufyan ibn Khalid (atau Khalid bin Sufyan) sedang mengumpulkan orang2 di Nakhla untuk menyerangnya. Jadi dia memanggil Abd Allah bin Unays untuk pergi ke Nakhla atau Urana untuk membunuh ibn Khalid. Ketika Abd Allah bin Unays menanyakan seperti apa sosok calon korbannya, Muhammad menjawab, “Kalau kau melihat dia, kau akan takut dan terkejut dan kau akan ingat Setan.”[Ibn Sa’d, vol.ii, p.60] Abd Allah berkata ia tidak takut akan ibn Khalid, tapi untuk membunuhnya, dia (Abd Allah) harus menggunakan tipu muslihat. Dia minta ijin Muhammad untuk berbohong dan melakukan penipuan. Muhammad tanpa ragu mengijinkannya berbuat itu. Abd Allah sembahyang pada Allah sebelum pergi untuk membunuh musuhnya. Dia menghabiskan hampir 18 hari untuk mencari jalan untuk masuk ke dalam tentara baru yang direkrut ibn Khalid. Lalu dia menemukan ibn Khalid di suatu tempat perhentian. Ketika dia bertemu dengannya, dia menundukkan kepala tanda hormat pada ibn Khalid. Lalu ibn Khalid menanyakan siapa dia, dan Abd Allah menjawab bahwa dia adalah orang Arab yang ingin bergabung sebagai sukarelawan dalam tentara ibn Khalid untuk bertempur melawan Muhammad. Sufyan ibn Khalid percaya padanya dan menyediakan tempat bernaung baginya. Lalu ketika sedang bercakap-cakap, Abd Allah berjalan dekat ibn Khalid, dan ketika kesempatan datang, dia menikamnya dengan pedangnya dan membunuhnya. Setelah membunuh ibn Khalid, dia memenggal kepalanya dan membawanya kepada Muhammad. Ketika itu Muhammad sedang berada di mesjid. Abd Allah melemparkan kepala ibn Khalid ke dekat kaki Muhammad. Ketika dia menceritakan detail upaya pembunuhan, Muhammad memujinya dan memberinya hadiah sebuah tongkat sebagai tanda antara Muhammad dan Abd Allah di hari akhir. Abd Allah mengikatkan tongkat itu pada pedangnya dan tongkat itu terus bersamanya sampai ajalnya. Ketika dia mati, tongkat itu pun dikubur bersama mayatnya.[Ibn Ishaq, p.664-665]

Pembunuhan ini berakibat diamnya Banu Lihyan untuk beberapa saat. Tapi cabang lain Banu Liyhan ingin balas dendam atas kematian ketua mereka Sufyan ibn Khalid.