SEJARAH JIHAD 5

SEJARAH JIHAD 5

Teror Enam Puluh Delapan
Penyerangan Atas Banu Juhayna di al-Khabat (Penyerangan Ikan) oleh Abu Ubaydah ibn Jarrah—October, 629M

Di bulan berikutnya, Muhammad mengirim Abu Ubaydah beserta 300 tentara untuk menyerang dan menghukum suku Juhaynah at al-Khabat yang tinggal di tepi pantai, berjarak 5 malam perjalanan dari Medina. Tugas penyerangan ini sangat berat dan tentara Muslim mengalami masalah kelaparan yang hebat – sedemikian rupa sehingga mereka membagi-bagi biji kurma dengan jumlah tertentu. Mereka bahkan sampai makan dedaunan dari pohon2 selama sebulan. Akan tetapi tidak ada pertarungan yang terjadi dengan pihak musuh karena mereka telah melarikan diri saat mendengar kedatangan tentara Muslim.

Akhirnya tentara Muslim menangkap bangkai makhluk laut (ikan paus) yang terdampar di pantai dan memakannya selama setengah bulan (atau 20 hari, menurut Ibn Ishak). Karena inilah usaha penyerangan ini disebut sebagai ‘penyerangan ikan.’ Mereka membawa sebagian dari ikan busuk ini kepada Muhammad dan Muhammad pun memakannya pula. Sahih Bukhari menyebut bagaimana tentara Muslim makan gunungan yang tampak seperti ikan selama 18 hari. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 44, Number 663:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul Alalh mengirim sejumlah tentara ke pantai Timur dan menunjuk Abu 'Ubaida bin Al-Jarrah sebagai pemimpin pasukan dan seluruh jumlah tentara adalah 300 orang termasuk diriku. Kami bergerak sampai mencapai sebuah tempat dan persediaan makanan kami sudah hampir habis. Abu 'Ubaida memerintahkan kami untuk mengumpulkan semua makanan yang dibawa di perjalanan. Bekal makananku adalah buah2 kurma. Abu 'Ubaida memberi kami setiap hari jatah makanan sejumlah kecil buah kurma, sampai semuanya habis. Bagian setiap orang hanyalah sebiji kurma setiap hari. Aku berkata, “Bagaimana bisa sebiji kurma bermanfaat bagiku?” Jabir menjawab, “Kita akan tahu nilainya jika kurma itu sudah habis semua.” Jabir menambahkan, “Ketika kami tiba di tepi pantai, kami melihat seekora ikan sangat besar seperti sebuah gunung kecil. Para tentara memakannya sampai selama 18 hari. Lalu Abu 'Ubaida memerintahkan tentara untuk memotong dua buah iga ikan dan mereka lalu memotongnya di atas tanah. Lalu Abu ‘Ubaida memerintahkan agar seekor unta betina ditunggungi dan unta itu berjalan melalui bagian bawah kedua iga itu (yang berbentuk seperti busur melengkung) tanpa menyentuhnya.


Teror Enam Puluh Sembilan
Pemenggalan Ketua Suku B. Jusham di al Ghabah oleh Abd Allah ibn Hadrad –November, 629M

Seorang Jihadis bernama Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami pergi menghadap Muhammad dan minta uang sejumlah 200 Dirham (US$ 1.000) sebagai uang mas kawin (dowry) yang harus diberikannya kepada pengantin barunya. Sebelum memberi uang mas kawin ini, dia tidak berhak meniduri pengantinnya. Muhammad mengaku tidak punya duit untuk membantu Hadrad. Beberapa hari kemudian, sekelompok orang dari B. Jusham yang dipimpin oleh Qays b. Rifaah berkemah di Ghabah, di dekat padang rumput. Meskipun tanpa bukti, pihak Muslim menduga mereka berada di sana untuk menyerang Muhammad. Muhammad lalu memanggil Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan dua orang Muslim lain dan memerintahkan mereka untuk menangkap dan menawan Qays b. Rifaah atau membawa keterangan lebih jauh tentang gerakan mereka.

Ketiga orang itu lalu pergi dengan membawa panah dan pedang mengendarai sebuah unta yang lemah. Ketika mereka mendekati perkemahan orang2 B. Jusham di sore hari, Hadrad menyembunyikan dirinya dari penglihatan musuh dan meminta kedua kawannya untuk juga bersembunyi di tempat lain. Dia lalu memberitahu kedua kawannya bahwa dia akan membunuh Qays b. Rifaah dan jika mereka mendengar teriakan “Allahu Akbar” dari jauh maka mereka pun harus pula berteriak “Allahu Akbar,” sambil ke luar dari tempat persembunyian dan menyerang musuh secara serentak dengannya.

Mereka menunggu sampai hari gelap. Pada saat ini Qays b. Rifaa sedang berada di luar kemahnya untuk mencari salah seorang sukunya yang terlambat kembali ke perkemahan. Qays berada di luar kemah tanpa menghiraukan peringatan kawan2nya untuk tidak berada di luar saat hari gelap. Ketika jaraknya sudah dekat, Abd Allah b. abi-Hadrad melepaskan sebuah anak panah dan mengenai jantung Qays sehingga dia seketika tewas. Abd Allah b. abi-Hadrad lalu lari ke luar dengan pedang terhunus dan memenggal kepala Qays sambil berteriak, “Allahu Akbar.” Kedua kawannya pun menyahut seketika dengan jeritan “Allahu Akbar.” Pihak musuh sekarang panik dan mereka lalu melarikan diri sambil membawa istri2 dan anak2nya. Abd Allah b. abi-Hadrad dan kedua kawannya membawa lari unta2, kambing2 dan domba2 musuh dan membawa semuanya kepada Muhammad. Abd Allah b. abi-Hadrad mempersembahkan kepala Qays b. Rifaa yang berlumuran darah. Muhammad amat senang melihat kepala Qays b. Rifaa itu dan menghadiahi Abd Allah b. abi-Hadrad 13 ekor unta (senilai US$ 4.550) dari bagian barang2 rampokan. Dari hasil merampok ini Abd Allah b. abi-Hadrad bisa membayar dan meniduri istri barunya.

Al-Waqidi menulis bahwa kaum Jihadis juga menculik 4 orang wanita, salah satunya sangat cantik dan menggairahkan. Muhammad memberikan gadis cantik ini kepada Abu Qatadah yakni seorang Jihadis. Ketika salah seorang sahabat Muhammad yakni Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi memberitahunya tentang kecantikan luar biasa gadis itu, Muhammad meminta gadis itu kembali dari Abu Qatadah. Tapi Abu Qatadah menolak sambil berkata [Tabari, vol.viii, p.151], “Aku membelinya dari barang2 jarahan.” Rasul Allah berkata, “Berikan dia padaku.” Karena itu Abu Qatadah tidak punya pilihan selain memberikan gadis itu kepada Muhammad. Kemudian Muhammad menyerahkan gadis itu sebagai hadiah kepada Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi


Teror Tujuh Puluh
Perampokan Atas Sebuah Kafilah di Batn al-Idam oleh Abd Allah b. Abi Hadrad—November, 629M

Muhammad merasa sangat puas dengan operasi terorisme yang dilakukan oleh Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami (lihat Teror 69 di atas) dan juga atas pemancungan Qays b. Rifaa tanpa alasan jelas itu sehingga dia mengirim Hadrad bersama Abu Qatadah al-Harith b. Ribi bersama 8 Jihadis lain untuk merampok sebuah kafilah yang lewat Idam, di sebelah utara Medina. Kelompok perampok Muslim ini tiba di Idam dan menunggu kafilah itu datang. Sebuah kafilah Bedouin berlalu dan menyapa para Muslim dengan kata “Assalamu Alaikum.” Tapi para Jihadis/teroris ini tetap saja menyerang kafilah karena perseteruan masa lalu, membunuh pemimpin kafilah dan mencuri unta2 dan makanan. Mereka kembali kepada Muhammad dan menceritakan apa yang baru saja mereka lakukan. Allah mengeluarkan ayat Q 4:94 yang meminta pihak Muslim yang melakukan penyerangan untuk memeriksa terlebih dahulu sebelum melakukan penjarahan. Ahli2 sejarah seperti Ibn Sa’d mengatakan bahwa serangan ini adalah awal rencana serangan ke Mekah dan Muhammad ingin mengalihkan perhatian orang dari tujuannya yang sebenarnya pada saat dia diam2 mempersiapkan untuk menaklukkan Mekah.


Teror Tujuh Puluh Satu
Perampokan Atas B. Khudra di Suria oleh Abu Qatadah—December, 629M

Ini adalah penyerangan berskala kecil terhadap B. Khudra yang merupakan bagian dari B. Ghatafan, tapi hasil rampokan berjumlah besar. Abu Qatadah memimpin penyeranganya dan berhasil merampas semua harta benda masyarakat B. Khudra. Dengan cara ini Muhammad membalaskan dendamnya pada B. Khudra yang berani berpihak kepada kaum Kristen Kekaisaran Byzantium.

Karena kekuatan militer Muhammad semakin meningkat, banyak suku2 Arab yang kecil yang takut padanya, dan bahkan akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bergabung dengan pihak Muslim untuk menyelamatkan nyawa dan harta mereka dari serangan Muhammad di masa depan. Mereka pikir jika mereka tidak mampu melawannya, lebih baik bergabung saja. Mereka juga mendapat kesempatan baik untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui penjarahan dan perampokan.

Selain alasan2 di atas, banyak suku2 yang dipaksa membuat perjanjian untuk bersekutu dengan pihak Muhammad. Diantara suku2 ini adalah: Bani Dzobian, B. Fazara dengan pemimpin mereka yang bernama Uyana. B. Hisn, Bani Sulaym, yakni suku yang kuat dari Hejaz juga dipaksa masuk Islam (lihat Teror 60, Bagian 14). Sang Nabi Muhammad sekarang benar2 jadi penguasa militer yang ditakuti.




Teror Tujuh Puluh Dua
Penaklukkan Atas Mekah oleh Muhammad—January, 630M

Setelah kekalahan di Mu’tah, Muhammad diam di Medina selama 2 bulan tanpa melakukan perampokan atau penyerangan yang besar. Setelah itu dia menerima berita bahwa seseorang yang berasal dari B. Bakr, yakni suku Quraish, telah membunuh seorang dari B. Khuzaa’h di tempat pengambilan air di Mekah. Suku Khuzaa’h adalah sekutu Muhammad dan dilaporkan bahwa orang yang dibunuh adalah orang Muslim. Penyerangan atas orang Khuzaa’h ini adalah pembalasan dendam atas pertentangan berdarah kedua suku yang bermusuhan itu. Lingkaran saling berbalasan dendam berdarah ini sudah dimulai lama sebelum Muhammad lahir. Akan tetapi dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, diharapkan bahwa akhirnya akan terjadi perdamaian di pihak2 yang bermusuhan.

Beberapa orang Quraish juga terlibat dalam perkelahian ini. Muhammad menganggap pertengkaran kecil ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Hudaybiah diantara pihak Quraish dan Muhammad. Wakil Khuzza’h yang bernama Amr b. Salim al-Khuzai pergi ke Medina untuk melaporkan Muhammad akan peristiwa ini dan minta tolong kepadanya. Muhammad tidak tertarik sama sekali untuk menjaga perdamaian. Dia tidak melakukan usaha apapun untuk menengahi pertengkaran ini dengan pihak Quraish. Malah sebaliknya, dia menggunakan pertengkaran sepele ini sebagai alasan bagi kesempatan emas menyerang orang2 Mekah. Pada kenyataannya, setelah perampokan besar2an di Khaybar, Allah telah memberikannya ayat Q 48:27 tentang penaklukannya atas Mesjid Suci – yakni Ka’ba di Mekah. Perkembangan ini membuat Muhammad yakin sekali bahwa inilah kesempatan besar yang dikirim Allah. Setelah mendengar laporang dari wakil B. Khuzaa’h, Muhammad menjanjikan bantuan teguh bagi mereka. Pada saat itu, sebuah awan besar meliputi langit dan Muhammad yang doyan takhayul menganggap ini sebagai tanda bukti janjinya pada B. Khuzaa’h. Sebentar kemudian, kelompok utusan lain yang dipimpin oleh orang Khuzaa’h yang bernama Budayl b. Warqa bertemu Muhammad di Medina. Sekali lagi Muhammad mengucapkan janjinya kepada mereka. Setelah mendengar janji Muhammad lagi, Budayl pergi menuju Mekah.

Pada saat itu, pihak Quraish menyadari kegentingan keadaan dan mereka ingin berbicara dengan Muhammad untuk menjaga perdamaian, mencegah pertumpahan darah dan terus mematuhi perjanjian diantara pihak mereka dan Muhammad. Mereka mengirim Abu Sufyan b Harb untuk berdiskusi dengan Muhammad agar suasana tidak panas lagi. Di perjalanan ke Medina, Abu Sufyan b Harb bertemu dengan Budyal b. Warqa di Usfan dan Abu Sufyan menanyakan apakah Budyal sudah berdialog dengan Muhammad atau belum. Budyal berbohong pada Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa dia belum bertemu Muhammad. Tapi Abu Sufyan dengan cerdik bisa mengamati dari kotoran unta Budayl yang mengandung biji2 kurma (makanan unta khas Medina) bahwa Budayl sesungguhnya telah bertemu Muhammad. Setelah menebak dengan tepat, sekarang Abu Sufyan gelisah karena dia menduga Muhammad hendak melakukan serangan. Abu Sufyan bertekad mencegah pertumpahan darah lebih besar atas pertengkaran kecil yang telah terjadi.

Sewaktu dia tiba di Medina, Abu Sufyan pertama-tama mengunjungi anak wanitanya yang bernama Umm Habibah bt. Abu Sufyan. Ketika Umm Habibah kembali dari Ethiopia, dia dijadikan istri Muhammad yang ke-9 setelah suaminya mati di Ethiopia. Ketika Abu Sufyan masuk ke kamar anaknya dan hendak duduk di ranjang Muhammad, Umm Habibah melarangnya untuk duduk di situ. Dia memaki Abu Sufyan dan mengatakan bahwa ayahnya sebagai seorang pagan adalah orang najis (kotor) dan tidak pantas untuk duduk di ranjang Muhammad yang suci. Abu Sufyan sangat gusar akan sikap anaknya yang kurang ajar itu dan dia berkata pada Umm Habibah bahwa setan jahat telah merasukinya sejak dia meninggalkan Abu Sufyan dan memeluk Islam.

Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Muhammad dan bicara padanya tentang masalah yang dihadapi, tapi Muhammad diam saja dan tidak menunjukkan ketertarikan untuk membicarakan hal itu. Abu Sufyan lalu mendekati Abu Bakar untuk memintanya bicara dengan Muhammad akan hal itu, tapi Abu Bakar menolak. Lalu dia bertemu Umar b. Khattab, tapi Umar mengancamnya dengan perang. Dalam keadaan putus asa, Abu Sufyan pergi menemui Ali ketika Ali sedang bersama Fatima, anak wanita Muhammad. Anak lakinya yang masih kecil yakni al-Hasan b. Ali juga ada bersamanya. Abu Sufyan memohon pada Ali demi persaudaraan antara mereka untuk jadi penengah dalam menghindari pertumpahan darah. Ali ternyata juga mengecewakan Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa Muhammad telah menetapkan keputusan, dan tidak ada penengah yang dapat membuat keadaan berubah. Lalu sebagai usaha terakhir, Abu Sufyan berpaling kepada anak Muhammad yakni Fatima dan berkata [Tabari, vol. viii, p.164], “Anak Muhammad, tidakkah kau ingin memerintahkan anak lakimu ini untuk membawa perdamaian diantara para masyarakat, sehingga dia bisa menjadi pemimpin bangsa Arab untuk selamanya?”

Fatima menjawab, “Demi Tuhan, anak lakiku belum cukup dewasa untuk membawa kedamaian diantara para masyarakat, dan tidak ada seorang pun yang dapat melawan keinginan Rasul Allah.” Ketika Abu Sufyan menyadari bahwa tidak ada harapan lagi, dia meminta nasehat pada Ali tindakan apa yang harus dilakukan untuk mendamaikan suasana. Ali kembali mematahkan harapan Abu Sufyan dengan mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran Rasul Allah. Dengan perasaan kecewa Abu Sufyan datang ke pertemuan di mesjid dan berkata, “Saudara2, aku di sini untuk berdamai dengan kalian semua.” Setelah menawarkan perdamaian pada orang Muslim, Abu Sufyan naik untanya dan pulang ke Mekah. [Tabari, vol .viii, p.165]

Ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, orang2 Quraish menanyakan padanya hasil usaha perdamaiannya. Mereka mendengar seluruh cerita bagaimana Muhammad bersikap sangat keras dan bermusuhan. Orang2 Mekah menyalahkan Abu Sufyan karena dia dipermainkan oleh Muhammad.

Setelah Abu Sufyan pergi, Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melakukan suatu penyerangan, tapi merahasiakan tujuan serangan itu. Bahkan Aisha, istri favorit Muhammad, juga tidak tahu tujuan rencana penyerangan itu. Untuk memastikan siapapun tidak tahu rencana dalam pikirannya, Muhammad mengirim sebuah kelompok Jihadis di bawah pimpinan gabungan Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan Abu Qatadah al-Harith b. Ribi, ke Batn. Idam, sebelah Utara Medina untuk menyerang kafilah Mekah yang melewati daerah itu (lihat Teror 70). Dia membuat rencana ini agar orang2 berpikir bahwa tujuan penyerangan adalah ke arah utara, padahal sebenarnya Muhammad sedang merencanakan penyerangan mendadak ke Mekah pada saat orang2 Quraish sedang tidak dalam keadaan siap. Ini memang rencana yang benar2 cerdik dan tak dapat disangkal lagi atas kemampuan Muhammad dalam melakukan teror, penjarahan dan penyerangan. Dia benar2 berhati-hati dalam merencanakan penyerangan ke Mekah ini.

Ketika semua sudah siap, Muhammad memanggil orang2nya dan mengatakan kepada mereka untuk melakukan serangan mendadak ke Mekah. Dia juga mengajak suku2 tetangganya untuk bergabung dengannya menyerang Mekah. Ayat2 keras, pidato yang berpengaruh dan ceramah2 agama yang membangkitkan semangat dilakukan untuk mempersiapkan mental para Jihadis dalam penyerangan ke Mekah. Sewaktu persiapan penyerangan ini dilakukan, seorang Muslim bernama Hatib b. Abi Baltaah mengirim sebuah surat kepada Quraish yang isinya memberitahukan mereka terhadap persiapan Muhammad untuk menyerang Mekah. Seorang budak wanita menyembunyikan surat ini di bawah penutup kepalanya di dalam rambutnya dan pergi untuk menyerahkan surat ini kepada kaum Quraish. Muhammad mendengar kabar tentang kegiatan mata2 Hatib dari surga dan menyuruh Ali b. Abi Talib dan seorang Muslim lain untuk menangkap budak wanita ini. Mereka bergerak cepat dan berhasil menangkap wanita itu. Mereka memeriksa pelana kuda, tapi tidak menemukan apa2. Ketika Ali mengancam untuk menelanjanginya, wanita itu mengambil surat dari rambutnya dan menyerahkannya kepada Ali b. Abi Talib. Lalu Ali menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Setelah tahu isi surat ini, Muhammad memanggil Hatib. b. Abi Baltaah dan meminta penjelasan akan tindakannya. Hatib berkata bahwa semua anggota keluarganya masih tinggal di Mekah dan dia ingin memperingatkan mereka agar mereka selamat. Mendengar hal ini Umar menjadi marah dan minta ijin Muhammad untuk memancung kepala Hatib. Tapi Muhammad memaafkan Hatib karena Hatib berperang dengan sengit bagi pihak Muslim di perang Badr. Allah dengan segera menurunkan ayat Q 60:1-4 untuk memaafkan Hatib. b. Abi Baltaah. [Ibn Ishak, p.545]

Dengan persiapan penuh untuk menyerang Mekah, Muhammad meninggalkan Medina pada tanggal 1 January, 630 M, tapi dia menyembunyikan tujuan pasti keberangkatan ini dari pengikutnya. Beberapa pengikutnya mengira mereka akan menyerang suku Hawazin, beberapa yang lain mengira mereka akan merampok suku Thaqif, beberapa berkata mereka akan menyerang kaum Quraish. Meskipun dia dan pasukannya membawa persenjataan lengkap, dia tidak menunjuk seorang pemimpin militer dan tidak membawa bendera apapun, sehingga tujuan penyerangan ini merupakan teka-teki bagi pengikutnya. Pasukan Muhammad berjumlah sekitar 8.000 sampai 10.000 orang di bawah pimpinan Muhammad yang meninggalkan Medina dengan cepat. Dua orang istrinya yakni Zaynab bt. Jahsh dan Umm Salamah menemaninya dalam perjalanan.

Pada saat itu adalah bulan Ramadhan, Muhammad dan para prajuritnya puasa. Ketika mereka tiba di al-Kadid, ketua B. Sulaym yang bernama Uyanah b. Hisn bergabung dengannya. Ketika Muhammad dan pasukannya berangkat pergi, banyak suku2 kecil yang berdiam di daerah sekitar juga bergabung bersama Muhammad. Ketika mereka bertanya padanya tentang tujuan perjalanan itu, Muhammad tidak memberitahu mereka. Dia buka puasa di al-Kadid dan dia mengatakan pada para pengikutnya bahwa mereka boleh melanjutkan puasa atau batal. Lalu dia mendirikan perkemahannya di Marr al-Zahran setelah melakukan perjalanan selama 8 hari. Tentara dari suku2 lain yang berjumlah 1.700 orang juga bergabung dengannya untuk menyerbu Mekah. Sampai saat ini, kaum Quraish belum tahu tentang rencana Muhammad. Di malam hari Muhammad berkemah di Marr al-Zahran, dia memerintahkan setiap Jihadis untuk menyalakan api bagi diri sendiri. Maka 10.000 api menyala untuk menunjukkan kesan pasukan tentara yang luar biasa besarnya. Tak jauh dari sana Abu Sufyan b. Harb bersama Hakim b. Hizam dan Budayl b. Warqa kebetulan juga sedang berada di daerah sekitar untuk mencari tahu tentang gerak-gerik Muhammad.

Ketika Muhammad berhenti di Marr al-Zaharan, al-Abbas b. Abd al-Muttalib menemuinya. Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, al-Abbas sebenarnya adalah pengintai bagi Muhammad, dan dia memberitahu Muhammad tentang kegiatan para pasukan Quraish. Sebagai seorang pengusaha sukses dan ahli keuangan, al-Abbas adalah seorang yang cerdas dan pandai dalam berkata-kata. Ketika dia mengetahui tanpa ragu lagi bahwa keponakannya (Muhammad) telah jadi penguasa militer yang kuat, dia bergabung dengannya, tapi merahasiakan hubungan ini dengan kaum Quraish. Muhammad menyambutnya dengan hangat.

Alasan al-Abbas b. Abd al-Muttalib mengunjungi Muhammad adalah untuk menjamin keselamatan orang2 Mekah karena dia takut jika banyak orang Mekah yang dibunuh oleh Jihadis Muslim, maka orang2 Mekah akan hancur sepenuhnya dan ini nantinya akan menghancurkan pula usaha bisnisnya yang berhasil. Dia berkata pada Muhammad bahwa jika dia mendapat jaminan keselamatan itu dari Muhammad, dia akan memberitahu siapapun yang dia temui di jalan agar pesan keselamatan ini terdengar oleh semua orang di Mekah.

Muhammad melanjutkan perjalanan dan tiba di Niq al-Uqh, tempat diantara Mekah dan Medina. Abu Sufyan bin al-Harith bin Abd al-Muttalib (bukan Abu Sufyan bin Harb; Abu Sufyan bin al-Harith adalah saudara sepupu Muhammad dan seorang penyair) dan seorang Quraish ingin bertemu dengan Muhammad. Tadinya Muhammad menolak menemui mereka karena Muhammad menuduh keduanya dahulu menyakiti hatinya ketika Muhammad masih tinggal di Mekah. Ketika kedua orang ini berkata pada Umm Salamah, istri Muhammad, bahwa mereka berdua akan melakukan mogok makan jika Muhammad tidak mau menemui mereka, hati Muhammad yang sekeras batu jadi agak melunak. Mereka berdua menemui Muhammad dan lalu memeluk Islam. Ibn Ishak [Ibn Ishak, p.546] melapokan bahwa Muhammad dengan geram memukul dada Abu Sufyan bin al-Harith karena dulu dia pun memukul Muhammad. Abu Sufyan bin al-Harith lalu meminta Muhammad agar Allah bersedia menghapus dosanya yang dulu.

Setelah bertemu dengan Muhammad dan mendapat jaminan keselamatan, al-Abbas kembali ke Mekah. Ketika dia tiba di al-Arak dia bertemu Abu Sufyan bin Harb dan Hakim bin Hizam dan seorang Quraish lain yang sedang dalam perjalanan untuk memeriksa keadaan sekitar. Ketika mereka mlihat kobaran api yang dinyalakan oleh para tentara Muhammad, mereka sangat terkejut karena mereka belum pernah melihat jumlah tentara sebanyak itu.

Abu Sufyan bertanya kepada al-Abbas apa yang terjadi, dan al-Abbas memberitahunya bahwa Muhammad bersama 10.000 tentara Muslim akan menyerang Mekah dan jika Abu Sufyan berani datang menghadap Muhammad, maka kepalanya akan dipancung. Karena tidak siap menghadapi serangan Muslim yang dahsyat itu, Abu Sufyan jadi gelisah dan tertekan sehingga dia pun menuruti nasihat al-Abbas. Al-Abbas mempersilahkan Abu Sufyan naik keledai bersamanya. Kedua kawan Abu Sufyan yang lain mengikutinya sambil berjalan kaki. Mereka lalu bertemu sekelompok tentara Muslim di daerah perkemahan Umar bin Khattab. Umar segera menyerang Abu Sufyan dengan pedangnya dan mencoba membunuh Abu Sufyan. Karena itu, al-Abbas dengan cepat memacu keledainya untuk melarikan diri dari Umar. Umar mengejar dan mereka semua akhirnya mencapai perkemahan Muhammad. Umar masuk kemah Muhammad untuk minta ijin memancung kepala Abu Sufyan. Al-Abbas mengingatkan Muhammad bahwa dia sendiri telah memberi jaminan keselamatan Abu Sufyan. Karena permohonan al-Abbas, maka Muhammad menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu dengan Abu Sufyan di pagi hari. Abu Sufyan ditahan dan bermalam dengan gelisah di perkemahan Umar.

Di pagi harinya, Umar membawa Abu Sufyan untuk bertemu Muhammad. Ketika Muhammad menyatakan dirinya adalah utusan Allah, Abu Sufyan mengatakan dia tidak percaya akan hal itu. Al-Abbas dengan cepat memperingatkan Abu Sufyan agar memeluk Islam, kalau tidak kepalanya bisa dipancung Muhammad. Inilah yang dikatakan al-Abbs, “Hati2lah! Katakan pengakuanmu sebelum, demi Allah, dia akan memancung kepalamu.”[Hamidullah, p.80] Karena takut dan ingin menyelamatkan nyawanya, Abu Sufyan tidak punya pilihan dan saat itu juga dia jadi Muslim.

Ada beberapa alasan mengapa Abu Sufyan bin Harb menyerah begitu mudah kepada Muhammad. Sebelumnya, dia telah kehilangan pemimpin tentaranya yang lihai dan dia percayai yakni Khalid bin Walid karena Khalid menjadi Muslim dan bergabung dengan Muhammad dalam usaha2 perampokan. Lagipula kaum perampok Jihadis telah menutup jalur perdagangan bagian utara dan selatan bagi kaum Quraish padahal kehidupan mereka tergantung pada kedua jalur perdagangan itu. Keadaan diperburuk karena terjadinya bencana kelaparan besar di Mekah. Dimengerti bahwa bencana kelaparan ini disebabkan oleh Muhammad. Dengan mengambil sumber tulisan ibn Hisham, Hamidullah mengutip, “Ketika Thumamah ibn Uthal, yakni ketua suku Yamamah, atas perintah Muhammad berhenti mengirim suplai gandum, para penulis sejarah mencatat bahwa itulah sebab terjadi wabah kelaparan di Mekah.” [Tabari, vol. viii, p.173] Karena semua keadaan yang menghimpit ini, Abu Sufyan menjadi tidak berdaya dan dia menyerah pada Muhammad untuk menyelamatkan nyawa penduduk Mekah dari ancaman pembantaian oleh tentara haus darah yang sudah siap untuk menyerang Mekah.

Lalu al-Abbas meminta Muhammad untuk memberi Abu Sufyan keringanan karena dia telah memeluk Islam. Muhammad berkata, “Baiklah, siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan aman; siapapun yang masuk tempat perlindungan itu tidak akan dicelakai; dan siapapun yang mengunci dirinya di dalam rumah akan selamat.” [Tabari, vol. viii, p.173] Dalam jaminan keamanan ini, tempat perlindungan yang dimaksud adalah Kaabah. Meskipun begitu, Hadis Sahih Muslim menuliskan bahwa biarpun telah mengucapkan janji itu, Muhammad tetap saja memerintahkan bahwa siapapun yang berada di atas puncak gunung Safa harus dibunuh. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Muslim: Book 019, Number 4396:
Dikisahkan atas kuasa Abdullah b. Rabah yang berkata:
Kami bertemu dengan Mu’awiya b. Abu Sufyan sebagai seorang utusan dan Abu Huraira ada diantara kami. Setiap orang dari kelompok kami menyiapkan makanan bagi kawan2nya secara bergiliran tiap hari. Ketika tiba giliranku, aku berkata, “Abu Huraira, hari ini adalah giliranku. Maka mereka datang ke tempatku. Makanan belum siap disajikan, jadi aku berkata kepada Abu Huraira, “Aku harap kau bersedia menceritakan padaku kisah dari Rasul Allah sampai makanan selesai disajikan.” (Dengan menyetujui permintaanku) Abu Huraira menjawab, “Kami sedang bersama Rasul Allah pada hari penaklukkan Mekah. Dia menunjuk Khalid b. Walid sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, Zubari sebagai pemimpin pasukan sayap kiri, dan Abu ‘Ubaida sebagai pemimpin pasukan infanteri (yang sedang melaju) ke daerah dalam lembah. Dia lalu berkata, “Abu Huraira, panggilah kaum Ansar menghadap padaku.” Lalu aku memanggil mereka semua dan mereka datang dengan segera. Dia berkata,”Wahai kalian orang Ansar, kau lihat para bajingan bajingan orang Quraish itu?” Mereka berkata, “Ya.” Dia berkata,”Maka, kalau kau bertemu mereka besok, musnahkan mereka semua.” Dia menunjukkan hal ini dengan tangannya, diletakannya tangan kanannya di atas tangan kirinya dan berkata, “Kalian akan bertemu dengan kami di as-Safa’.” (Abu Huraira melanjutkan): Siapapun yang dilihat mereka pada hari itu akan dibunuh. Sang Rasul Allah naik ke gunung as-Safa’. Kaum Ansar juga tiba di sana dan mengepung gunung itu. Lalu datanglah Abu Sufyan dan berkata, “Rasul Allah, kaum Quraish sudah kalah. Tiada seorang pun dari kaum Quraish yang akan selamat hari ini.” Rasul Allah berkata, “Siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan selamat, yang meletakkan senjata akan selamat, yang mengunci pintunya akan selamat.” (Beberapa) orang Ansar berkata, “(Akhirnya) Orang itu (Muhammad) goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri.” Mendengar hal ini, datanglah inspirasi illahi kepada Rasul Allah. Dia berkata, “Kau berkata bahwa orang itu goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri. Tahukah kalian siapa namaku? Aku adalah Muhammad, orang jaminan Tuhan dan RasulNya.” (Dia mengulangi kalimat ini tiga kali). “Aku meninggalkan tempat asalku karena Allah dan menggabungkan kalian. Sehingga aku akan hidup bersamamu dan mati bersamamu.” Sekarang orang2 Ansar berkata, “Demi Tuhan, kami berkata begitu karena keserakahan kami akan Allah dan RasulNya.” Dia berkata, “Allah dan RasulNya bersaksi padamu dan menerima permohonan maafmu.”

Setelah masuk Islam dan dapat jaminan keselamatan dari Muhammad, Abu Sufyan segera mendahului tentara Muslim masuk Mekah dan mengumumkan jaminan keselamatan dari Muhammad kepada semua orang2 Mekah. Orang2 Mekah yang ketakutan langsung masuk ke dalam rumah2 mereka atau menuju ke tempat perlindungan yakni Kaabah. Banyak pula yang masuk ke rumah Abu Sufyan untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan orang2 Muslim.

Setelah Abu Sufyan dan Hakim bin Hizam pergi, Muhammad mengirim al-Zubayr yang membawa bendera Muslim dan memerintahkannya untuk menancapkan tiang bendera itu di bagian atas daerah Mekah (yakni di sebelah gunung utara) dan memerintahkannya untuk tidak beranjak dari situ. Muhammad masuk ke Mekah dari tempat itu.

Muhammad memerintahkan Khalid bin Walid dan orang2 yang baru saja memeluk Islam seperti kaum Banu Sulaym, Qudaah, dll untuk masuk Mekah melalui daerah yang lebih rendah dari Mekah (yakni bagian selatan jalan raya ke Yemen). Ini adalah daerah Banu Bakr. Meskipun Abu Sufyan menyerah, beberapa pemimpin Quraish yang lain di bawah pimpinan Ikrimah bin Abi Jahl tidak mau membiarkan kaum Muslim masuk Mekah tanpa perlawanan. Maka mereka mengumpulkan orang dari Banu al-Harith dan orang2 Ahabish dan beberapa suku kecil lain yang merupakan bagian dari Mekah untuk melawan tentara Muhammad. Khalid bin Walid ditunjuk untuk melawan orang2 ini. Muhammad memerintahkannya untuk hanya memerangi mereka yang melawannya. Pasukan Ikrimah bertarung melawan pasukan Khalid, tapi kalah sehingga Ikrimah bin Abi Jahl melarikan diri bersama beberapa pasukannya. Dua puluh empat orang pagan (atau 28 menurut Muir) dibunuh. Ini adalah satu2nya pertempuran yang terjadi di Mekah. Akan tetapi, sebagian tentara al-Zubayr mengambil jalur terpisah dari yang ditentukan Muhammad. Mereka menutup jalur barat ke arah pantai yang dikenal sebagai jalan Kada. Jalur2 timur dan utara ditutup oleh tentara2 Muhammad. Jadi Mekah diserang dari 4 penjuru sehingga tentara Quraish sukar melarikan diri. Meskipun sudah dikepung seperti itu, tentara al-Zubayr bertemu dengan beberapa tentara Quraish di Kada dan pihak Quraish berhasil membunuh beberapa tentara Muslim.

Lalu Muhammad masuk Mekah lewat tempat al-Zubayr menancapkan benderanya. Hari itu adalah tanggal 11 Januari, 630, sepuluh hari setelah Muhammad meninggalkan Medina. Banyak orang2 Mekah yang mengelilinginya untuk memeluk Islam. Muhammad tinggal di Mekah selama setengah bulan. Ketika Muhammad masuk Mekah, dia memberikan pengampunan bagi seluruh penduduk Mekah kecuali bagi 8 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d, vol. ii, p.165]. Dia memerintahkan agar orang2 ini dibunuh bahkan walaupun mereka bersembunyi di bawah tirai Ka’abah. Sebenarnya menumpahkan darah di tempat suci itu sangatlah dilarang bagi kaum pagan. Muhammad ingin mempertahankan tradisi ini, tapi keinginannya untuk membalas dendam lebih kuat sehingga dia menyatakan bahwa Allah mengijinkan hanya untuknya untuk menumpahkan darah di tempat suci untuk beberapa jam saja. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hak khusus bagi Muhammad untuk menumpahkan darah di tempat suci.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 34, Number 303:
Dikisahkan oleh Ibn Abbas:
Rasul Allah berkata, “Allah membuat Mekah sebagai tempat suci dan tidak diijinkan seorang pun sebelumnya atau sesudah aku (untuk berperang di tempat itu). Dan berperang diperbolehkan bagiku untuk beberapa jam dalam satu hari khusus saja. Tidak seorang pun boleh mencabut semak2nya yang berduri atau memotong pohon2nya atau mengejar maksudnya atau memungut Luqata (benda2 yang jatuh) –nya kecuali oleh orang yang akan mengumumkan hal ini secara umum.” 'Abbas bin 'Abdul-Muttlib meminta kepada sang Nabi, “Kecuali Al- Idhkhir, bagi tukang2 emas kami dan atap2 rumah kami.” Sang Nabi berkata, “Kecuali Al-Idhkir.” ‘Ikrima berkata, “Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan mengejar maksudnya? Itu berarti memindahkannya dari kegelapan dan duduk di tempatnya.” Khalid berkata, “(‘Abbas berkata: Al Idhkir) bagi tukang2 emas dan kuburan2 kita.

Nafsu amarah Muhammad berkobar-kobar terutama bagi mereka yang murtad dari Islam. Inilah daftar orang2 Mekah yang diincar untuk dibunuh oleh Muhammad:

1. Abd Allah bin Sa’d.
Dosa Abd Allah bin Sa’d adalah murtad setelah memeluk Islam. Dia adalah juru tulis Muhammad, tapi tak lama kemudian dia menyadari akal2an Muhammad yang mengaku dapat ilham illahi, sehingga dia lalu meninggalkan Islam dan kembali ke Mekah. Ketika Muhammad ingin orang membunuh Abd Allah, dia melarikan diri kepada Uthman, yang merupakan saudara angkatnya. Ketika ribut2 kedatangan pasukan Muhammad ke Mekah telah mereda, Uthman membawa Abd Allah kepada Muhammad untuk minta diampuni. Ketika Uthman meminta Muhammad menunjukkan belas kasihan kepada Abd Allah, dia (Muhammad) diam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya berkata, ‘baiklah.’ Setelah Abd Allah berlalu, pengikut2 Muhammad bertanya mengapa dia berdiam diri lama sekali. Muhammad menjawab bahwa sikap berdiam diri itu maksudnya agar pengikutnya berdiri dan membunuh Abd Allah. Lalu seorang Ansar bertanya kepada Muhammad mengapa dia tidak langsung saja memberi isyarat untuk membunuh Abd Allah. Muhammad menjawab, “Seorang nabi tidak membunuh dengan menggunakan isyarat.” [Tabari, vol. viii, p.179]

2. Abd al-Uzza bin Khatal atau Abd Allah ibn Khatal.
Kesalahan Abd Allah ibn. Khatal adalah dia membunuh budaknya ketika budak itu tidak memasak makanan baginya (Catatan: membunuh budak tidak dianggap sebagai tindakan kriminal serius di jaman itu). Lalu Abd Allah ibn Khatal melarikan diri ke Mekah dan meninggalkan Islam. Dia memiliki dua orang gadis yang biasa bernyanyi satir (ejekan) bagi Muhammad. Muhammad memerintahkan kedua gadis ini dan Abd Allah ibn. Khatal dibunuh. Ketika diketahui bahwa Abd Allah ibn. Khatal bersembunyi di dalam tirai Kabah, kedua Jihadis yakni Said b. Hurayth al-Makhzumi dan Abu Barzah membunuh Abd Allah dengan merobek perutnya. [Ibn Sa’d, vol.ii, p174]

3. Satu dari kedua gadis anak Abd Allah yang bernama Fartana juga dibunuh.

4. Gadis penyanyi yang lain berhasil melarikan diri.
Tentang pembunuhan gadis penyanyi, Sunan Abu Daud menulis Hadis ini:
Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2678:
Dikisahkan oleh Sa'id ibn Yarbu' al-Makhzumi:
Sang Nabi berkata: di hari penaklukkan Mekah, ada 4 orang yang tidak akan kuampuni di tempat suci maupun non suci. Dia lalu menyebutkan nama orang2 itu. Dua gadis penyanyi al-Maqis; yang seorang dibunuh dan yang seorang lagi melarikan diri dan memeluk Islam.

5. Al-Huwayrith
Muhammad menuduh dia menyakiti anak wanita sulung Muhammad yang bernama Zaynab ketika Zaynab berusaha melarikan diri dari Mekah. Atas perintah Muhammad, Ali bin Talib membunuh Al-Huwayrith.

6. Miqyas bin Subabah
Sebelumnya, Miqyas bin Subabah membunuh pembunuh saudara lakinya dan lalu melarikan diri ke Medinah dan murtad (lihat Teror 46). Muhammad memerintahkan agar dia dibunuh karena kemurtadannya. Numaylah bin Abd Allah lalu membunuhnya.

7. Ikrimah b. Abi Jahl
Ikrimah bin Abi Jahl melarikan diri ke Yemen. Lalu istri Ikrimah memohon kepada Muhammad agar Ikrimah diampuni. Muhammad mengampuni Ikrimah dengan syarat dia kembali ke Mekah dan memeluk Islam. Istri Ikrimah lalu menyusulnya ketika dia hendak pergi melaut ke Ethiopia. Istrinya membawanya kembali ke Mekah. Ikrimah dan istri lalu memeluk Islam guna menyelamatkan nyawa mereka.

8. Sarah
Sarah adalah budak yang dimerdekakan yang tadinya milik anak laki Abd al Muttalib. Muhammad menuduhnya suka menyakiti Muhammad ketika dia dulu masih hidup di Mekah. Dikisahkan kemudian bahwa Muhammad pada akhirnya memaafkan Sarah.

Di samping ke-8 orang2 Mekah itu, Ibn Sa’d menulis dua orang lagi yang Muhammad incar untuk dibunuh. Mereka adalah

9. Habbar b. al-Aswad
Dosa Habbar bin al-Aswad adalah menyakiti anak Muhammad yakni Zaynab ketika dia berusaha meninggalkan Mekah. Habbar b. al-Aswad lalu menyembunyikan diri tapi beberapa bulan kemudian tertangkap. Habbar bin al-Aswad lalu memeluk Islam dan nyawanya diampuni.

10. Hind binti Utbah, istri dari Abu Sufyan b. Harb.
Hind binti Utbah mengunyah hati Hamzah yang sudah terbunuh di Perang Badr II (Perang Uhud). Hind lalu memeluk Islam dan Muhammad pun mengampuninya.

Di kemudian hari, Umar membunuh Sarah dengan cara menggunakan kudanya untuk menginjak-injaknya di al-Abtah. Di hari penaklukkan Mekah, Muhammad memerintahkan 6 pria dan 4 wanita dibunuh. Para wanita adalah:

1. Hind binti. Utbah bin Rabiah,
2. Sarah, budak merdeka yang tadinya milik Amr bin Hashim bin Abd al-Muttalib; dia dibunuh (menurut penulis biografi Muhammad yakni Waqidi) di hari Mekah ditaklukkan.
3. Quraybah; dibunuh di hari Mekah ditaklukkan
4. Fartana menyelamatkan diri dari pembunuhan dan terus hidup sampai Kalifah Uthman berkuasa.

Pembunuhan2 atas wanita2 Mekah itu merupakan tamparan di muka Islam yang mengaku sebagai agama yang melarang pembunuhan wanita dalam perang. Kenyataannya, kita bisa kutip dari hadis sahih untuk menunjukkan bahwa pembunuhan wanita dan anak2 dan orang2 tua pagan secara jelas diperintahkan oleh Muhammad. Ini beberapa contohnya:

Sahih Muslim: Book 019, Number 4321:
Dikisahkan atas wewenang Sa’b bin Jaththama bahwa sang Nabi ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang mati dibunuh di malam penyerangan, menjawab: Mereka (wanita dan anak2 itu) adalah bagian dari mereka (masyarakat pagan, sehingga sah saja untuk dibunuh).

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:
Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: “Bunuh orang2 tua yang berkepercayaan pagan, tapi jangan bunuh anak2nya.”

Setelah pembunuhan dilaksanakan di Mekah, Muhammad lalu menuju sebuah bukit, ke tempat dekat kuburan Abu Thalib, pamannya, dan Khadijah, istri pertamanya.. Dia mendirikan tenda di sana. Ketika pengikutnya bertanya apakah dia ingin mengunjungi rumahnya yang dulu, dia menjawab, “Tidak.” Bendera besar ditancapkan di pintu tendanya. Sekarang dialah penguasa Mekah.

Tak lama kemudian dia mengendarai al-Qaswa, untanya, dan menuju Kabah dan mengitari Kabah tujuh kali. Lalu dia memerintahkan pengikutnya untuk menghancurkan patung2 berhala di Kabah. Patung berhala besar Hubal di depan Kabah dihancurkan. Dikatakan bahwa terdapat 360 patung berhala dalam Kabah. Semua patung2 ini dihancurkan di hadapan orang2 Quraish yang terperangah, dan atas agama penuh toleransi yang dikhotbahkan oleh Muhammad, Allah dengan segera menurunkan ayat QS 17:81 yang mengumumkan sirnanya kesalahan dan datangnya kebenaran.

Setelah menaklukkan Mekah dengan sangat mudah dan tanpa banyak pertumpahan darah, Muhammad berdiri di depan pintu Kabah dan memuji Allah dan berterima kasih pada Allah karena kemenangan itu. Bersamanya adalah Usama bin Zayd, Uthman bin Talhah dan Bilal, seperti yang ditulis di hadis berikut.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 9, Number 483:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Sang Nabi masuk Kabah bersama Usama bin Zaid, 'Uthman bin Talha dan Bilal dan berada di sana untuk waktu yang lama. Ketika mereka ke luar, akulah orang pertama yang masuk Ka’abah. Aku bertanya pada Bilal, “Di manakah sang Nabi sembahyang?” Bilal menjawab, “Diantara dua pilar depan.”

Allah dengan gesitnya mengirim turun ayat QS 49:13 dan mengumumkan bahwa umat manusia diciptakan sebagai lelaki dan wanita dan Dia menciptakan banyak negara dan suku2 bangsa.

Lalu Muhammad pergi ke rumah Abraham yang berjarak 20 sampai 30 langkah dari Kabah dan mengambil kunci Kabah dan memberikannya kepada Uthman ibn Talha untuk menjaga Kabah secara turun temurun. Al-Abbas ditunjuk untuk menyediakan minum bagi para peziarah. Muhammad lalu menghancurkan gambar2 Abraham dan malaikat2 yang berada di dinding2 Kabah. Dia menghancurkannya dengan kedua tangannya sebuah patung merpati terbuat dari kayu dan lalu melemparkannya. Allah cepat2 menurunkan ayat QS 3:67 tentang Abraham yang mensahkan penghancuran yang dilakukan Muhammad atas patung2 berhala dan gambar2. Di ayat ini Allah mengumumkan bahwa Abraham bukanlah orang Yahudi atau Kristen, tapi Hanif (Muslim?) dan Muhammad adalah yang terdekat dengan Abraham.

Ini Hadis tentang penghancuran patung2 berhala Kabah.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, Number 658:
Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin Masud:
Sang Nabi masuk Mekah dan (di saat itu) terdapat 360 patung2 berhala di sekitar Kabah. Dia mulai menusuk-nusuk patung2 berhala dengan tongkat di tangannya dan berkata, “Kebenaran (Islam) telah datang dan Kekeliruan (tak percaya) telah dilenyapkan.”

Setelah itu Muhammad mengumumkan bahwa siapapun yang percaya kepada Allah tidak boleh menyimpan gambar apapun dalam rumahnya dan harus menghancurkan segala patung berhala di dalam rumahnya. Dia menyampaikan khotbah penuh perasaan tentang kedekatan hatinya atas kota Mekah. Para ahli sejarah Muslim menulis bahwa khotbah ini berhasil menarik hati dan pikiran masyarakat Mekah. Para penduduk Medina sekarang mulai curiga bahwa Muhammad akan tinggal di Mekah selamanya. Tapi Muhammad menghibur mereka dengan mengatakan dia tidak akan pernah meninggalkan Medina. Lalu dia kembali ke tendanya. Abu Bakr membawa ayahnya yang tua dan buta bernama Abu Quahafa untuk menghadap Muhammad dan dia lalu memeluk Islam di hadapan Muhammad.

Setelah semua patung2 berhala dihancurkan dan disingkirkan, Muhammad memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Kabah dan menyuarakan Adhzan – yakni suara panggilan sembahyang. Lalu para Muslim berkumpul dan sembahyang di bawah pimpinan Muhammad.

Lalu Muhammad mengumumkan pengampunan umum bagi masyarakat Mekah. Dia duduk di al-Safa dan Umar bin Khattab mengucapkan sumpah persekutuan orang2 Mekah dengan Islam. Pertama-tama, para pria mengucapkan sumpah, lalu para wanita. Diantara kaum wanita adalah Hind bini. Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb. Hind memakai kerudung untuk menyembunyikan dirinya dan dia khawatir jangan2 Muhammad akan menghukumnya. Ketika dia berjumpa dengan Muhammad, dia minta maaf padanya. Muhammad memaafkannya dan mengikatnya dengan sumpah bahwa dia tidak akan berzinah dan membunuh anak2. Karena Muhammad tidak pernah bersalaman dengan wanita kecuali dengan wanita2 yang diijinkan baginya, pengutaraan sumpah dengan wanita dilakukan dengan cara Muhammad meletakkan tangannya di dalam air dan wanita itu melakukan hal yang sama.

Safwan bin Umayyah, seorang Quraish dan musuh besar Muhammad pergi ke Jeddah untuk menetap di Yemen. Ketika dia mendengar berita kemenangan Muhammad, dia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke laut. Orang2 mendekati Muhammad dan menceritakan hal ini kepadanya. Dia mengampuni Umayyah dan memberikan Umayyah sorbannya sendiri sebagai tanda pengampunannya. Umayr pergi dan bertemu Umayyah dan menunjukkan sorban Muhammad itu kepada Umayyah. Muhammad memberi waktu 4 bulan bagi Umayyah untuk mengambil keputusan masuk Islam atau mati. Akhirnya Umayyah masuk Islam. Istrinya yang bernama Fakhitah binti Al-Walid juga jadi Muslim.

Ibn Sa’d [Ibn Sa’d, vol.ii, p.179] menulis bahwa Muhammad juga mengunjungi rumah Umm Hani (yang juga dikenal sebagai Hind bt. Abu Talib), yang adalah saudara sepupunya dan melakukan sembahyang kemenangan di sana. Umm Hanni lalu memeluk Islam dan suaminya pun melakukan hal yang sama. Dua saudara ipar Umm Hani yang menganut agama pagan dan tidak suka akan Muhammad tinggal di rumah Umm Hani. Ali ingin membunuh kedua orang ini, tapi Umm Hani memohonkan ampun kepada Muhammad bagi kedua saudara iparnya itu. Ditulis bahwa Muhammad memberi mereka pengampunan dan mereka pun memeluk Islam.

Wahsi, sang budak Abyssia yang membunuh Hamza, melarikan diri ke Taif dan akhirnya dia pun dapat pengampunan.

Muhammad sangat murah hati kepada masyarakat Mekah. Dia melakukan hal ini untuk keuntungan bagi dirinya. Para politisi cerdik dalam keadaan serupa juga akan melakukan hal yang sama, yakni memberikan pengampunan umum. Sikap murah hatinya mengakibatkan banyak masyarakat Mekah yang mendukungnya. Dalam waktu dua minggu, 2.000 orang Mekah memeluk Islam.

Muhammad lalu menikahi Mulaykah bt Dawud al-Laythiyaah. Sebelum mengawini Mulaykah, Muhammad membunuh ayahnya. Ini diceritakan padanya oleh istri2 Muhammad. Salah satu istri2 Muhammad datang kepada Mulaykah dan berkata padanya, “Apakah kau tidak malu menikahi pria yang membunuh ayahmu?” [Tabari, vol. viii, p.187] Karena itu Mulaykah yang muda dan cantik meninggalkan Muhammad. Dikisahkan bahwa Muhammad membunuh ayah Mulaykah di hari dia menaklukkan Mekah.

Sejarawan Muslim seringkali memuji-muji kemurahan hati Muhammad kepada masyarakat Mekah. Mereka juga memuji bahwa tidak ada pertumpahan darah. Akan tetapi, dengan berpikir sedikit saja dapat diketahui bahwa demi keuntungan Muhammad sendiri dia harus menaklukkan Mekah tanpa pembunuhan besar2an. Jika dia melakukan genosida dan menjarah seperti biasanya dilakukan, maka dia tidak akan dapat banyak dukungan orang2 Mekah dan dia tahu akan hal itu. Selain itu dia pun berasal dari suku yang sama dengan orang2 Mekah. Dia punya banyak hubungan saudara dengan orang2 itu, dan ini membuktikan kebenaran pepatah ‘darah lebih kental daripada air’.

Kita juga bisa menyangkal bahwa penaklukkan ini tidak mengucurkan darah sama sekali. Sejumlah kecil para pagan telah melawan dan dalam pertempuran mereka dan beberapa Muslim juga terbunuh. Di samping itu, Muhammad di kemudian hari terus-menerus mengirim pasukan demi pasukan untuk menghancurkan suku manapun di sekitar Mekah yang menolak Islam. Lebih2 lagi, dua tahun setelah dia memberikan pengampunan umum kepada masyarakat Mekah, dia membatalkan pengampunan ini sewaktu dia mengirim dua utusannya yakni Abu Bakr dan Ali untuk mengumumkan kepada kaum pagan di Mekah bahwa mereka akan menghadapi hukuman mati jika tidak masuk Islam (QS 9:5 yang dikenal sebagai ayat pedang membatalkan pengampunan apapun yang diberikan kepada kaum pagan Mekah).

Meskipun begitu, harus diakui kecerdikan Muhammad dalam menaklukkan tempat yang nantinya jadi pusat Islam terbesar yakni Mekah. Orang memang perlu dedikasi, kekejaman, kelicikan, kecerdikan dan di atas semuanya pengabdian pada paham fasisme mutlak yang ditunjukkan oleh Muhammad untuk jadi biang teroris atau penguasa militer (warlord).

Banyak Jihadis yang tidak senang dengan jatah jarahan yang mereka terima. Mereka menggerutu dan Muhammad harus pinjam duit dari orang2 kaya Quraish untuk memberi upah 50 Dirham (sekitar US$250) sampai 2.000 Dirham setiap Jihadis yang ‘membutuhkan’ itu [Rodinson, p.262]. Akhirnya di hari penaklukkan Mekah, Muhammad membuat peraturan bahwa Muslim wajib untuk melakukan Jihad (perang agama) terhadap non-Muslim di mana pun mereka diminta melakukan itu. Ini beberapa hadis yang menjelaskan sifat keharusan dari Jihad:

Hadis Sahih Muslims: Book 020, Number 4597:
Dikisahkan berdasarkan wewenang dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasul Allah berkata di hari penaklukkan Mekah: Tidak ada Hijrah sekarang, tapi yang ada adalah Jihad (perang demi Islam) dan ketulusan tujuannya (untuk dapat upah besar); jika kau diminta untuk melakukannya (dalam perang demi Islam) kau harus bersedia melakukannya.

Hadis Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 42:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Rasul Allah berkata, "Tidak ada Hijrah (pindah dari Mekah ke Medinah) setelah penaklukkan (Mekah), tapi Jihad dan tujuan tulus tetap berlaku, dan jika kau dipanggil (oleh pemimpin Muslim) untuk berperang, pergilah segera.

Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 311:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata, di hari penaklukkan Mekah, "Tidak ada Hijrah (setelah penaklukkan), tapi (yang tetap ada adalah) Jihad dan tujuan tulus, dan jika kau dipanggil untuk melakukan Jihad, kau harus segera melakukannya."

Teror Tujuh Puluh Tiga
Penghancuran al-Uzza di Nakhla oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M

Dua minggu setelah Muhammad menaklukkan Mekah (lihat Teror 72), keaslian pandangan Muhammad tentang kebebasan beragama dan toleransi menjadi tampak nyata. Setelah menguasai Mekah, dia mengirim bala tentara ke segala daerah sekitar Mekah untuk menghancurkan patung2 berhala dan memaksa orang masuk Islam. Tindakan pertama dari ‘pembersihan agama’ ini terjadi 5 hari sebelum akhir Ramadhan dan yang dihancurkan adalah al-Uzza oleh panglima perang yang ditakuti yakni Khalid b. al-Walid. Al-Uzza adalah dewi terbesar di Nakhla, lebih baru daripada al-Lat dan dipuja dan disembah oleh suku B. Shayban, cabang suku B. Sulaym, Quraysh, Kinanah dan al-Mudar, yang semuanya tinggal di sekitar Mekah. Ibn Kalbi menulis argumen bahawa Muhammad pernah sekali memberikan persembahan kepada al-Uzza. Dia menulis:
“Kita telah diberitahu bahwa Rasul Allah pernah sekali mengucapkan tentang al-Uzza dan berkata, “Aku telah mempersembahkan seekor domba putih kepada al-Uzza ketika aku masih jadi penganut agama masyarakatku.”’ (Ibn al-Kalbi, hal. 16)

Atas perintah Muhammad, Khalid menjarah kuil dan menghancurkan berhala. Dia menjarah kuil ini dua kali. Di kali pertama, dia potong sebuah pohon dalam kuil, menghancurkan berhala dan membunuh para jemaat dan kembali ke Medina. Karena tidak puas akan ini, Muhammad sekali lagi mengirim Khalid ke sana. Kali ini, Khalid datang dengan segala kebuasan, menghancurleburkan kuil di hadapan pengurus kuil dewi al-Uzza yakni Dubayyah al-Sulami yang menangis melihatnya. Khalid membunuhnya, memotong sebuah pohon lain di lingkungan kuil. Ketika Khalid sedang sibuk menghancurkan, seorang wanita Ethiopia yang melolong dan telanjang menyerbu Khalid. Khalid memenggal kepalanya, mengambil perhiasannya dan menyerahkannya kepada Muhammad. Melihat perhiasan2 itu, Muhammad merasa sangat senang dan berkata bahwa wanita telanjang itu sebenarnya adalah al-Uzza itu sendiri.


Teror Tujuh Puluh Empat
Penghancuran Suwa di Ruhat oleh Amr b. al-As—January, 630M

Hampir pada waktu yang bersamaan kala Muhammad mengirim Khalid untuk menghancurkan al-Uzza, dia juga mengirim Amr b. al-As untuk menghancurkan berhala batu dewi Suwa di Ruhat yang jaraknya sekitar 3 km. dari Mekah. Suwa adalah sebuah arca yang berbentuk wanita untuk mewakili perubahan dan keindahan [Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Appendix xiii, p.1619]. Suwa dipuja oleh suku Hudhayl. Pengurus kuil Suwa adalah seorang dari B. Lihyan [Ibn al-Kalbi, p.8]. Amr b. al-As menghancurkan berhala batu sampai hancur berkeping-keping dan memaksa pengurus kuil dengan ancaman pedang untuk masuk Islam. Amr merasa kecewa karena tidak menemukan barang berharga dalam kuil itu.


Teror Tujuh Puluh Lima
Penghancuran al-Manat di al-Kadid oleh Sa’d b. Zayd al-Ashhali—January, 630M

Lalu Muhammad mengirim Sa’d b. Zayd pergi ke al-Kadid bersama 20 tentara berkuda dan menghancurkan dewi Manat yang disembah orang2 suku al-Aws al-Khazraj dan Ghassan. Manat adalah dewi yang paling purba dari semua dewa dewi di daerah sekitar Mekah. Ketika tentara Muslim tiba di kuil, mereka berjumpa dengan seorang wanita kulit hitam yang rambutnya berantakan. Sa’d menebasnya dengan pedang dan membunuhnya. Lalu Sa’d mengobrak-abrik kuil itu guna mencari harta berharga tapi tidak mendapatkan apapun. Beberapa penulis mengatakan bahwa Manat telah dihancurkan oleh Ali. Ali menemukan dua batang pedang di bawah fondasi kuil Manat dan Muhammad memberikan kedua pedang itu kepada Ali.[Ibn al-Kalbi, p.14]


Teror Tujuh Puluh Enam
Penyerangan Terhadap B. Jadhimah di Tihamah oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M

Karena puas atas hasil kerja Khalid, Muhammad mengirimnya lagi dengan 350 pasukan untuk menyerang Banu Jadhimah yang tinggal di dataran rendah Tihamah. Mereka bukanlah penganut pagan atau politheisme, melainkan Sabean. Orang2 Sabean percaya bahwa diri mereka adalah keturunan dari Seth, anak Adam. Mereka memuja Matahari, Bulan dan Bintang, percaya bahwa agama mereka adalah agama Nabi Nuh. [Hughes Dictionary of Islam, p.551] Muhammad memerintah Khalid untuk meminta mereka masuk Islam dengan sukarela. Akan tetapi ketika Khalid tiba di tempat itu, dia mengungkit-ungkit masalah permusuhan lama dan tidak bersikap baik terhadap mereka. Karenanya masyarakat B. Jadhimah tidak mau memeluk Islam dan bangkit melawan Khalid.

Tapi setelah beberapa anggota senior masyarakat membujuk, akhirnya masyarakat B. Jadhimah menyerah. Meskipun sudah menyerah, Khalid b. Walid tetap saja membunuh beberapa orang dari mereka. Haykal [Ch. The Conquest of Mecca] menulis bahwa mereka yang menyerah tapi tidak mau masuk Islam akan dibunuh. Ketika Muhammad menerima berita pembunuhan yang dilakukan Khalid, dia merasa tidak senang dan meminta pada Allah untuk membebaskan dirinya dari kesalahan atas tindakan kekerasan yang dilakukan Khalid, yang dianggap berdosa atas tindakan itu. Dia berkata, “Bunuh orang2 selama kau tidak mendengar Muadhdin (panggilan sembahyang Islam) atau melihat sebuah mesjid.” [Ibn Sa’d, vol. ii, p.182] Ini hadisnya yang mengungkapkan kekejaman yang dialami B. Jadhimah oleh Muslim:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 628:
Dikisahkan oleh ayah Salim:
Sang Nabi mengirim Khalid bin Al-Walid ke suku Jadhima dan Khalid mengundang mereka untuk memeluk Islam tapi mereka tidak sanggup mengatakan, “Aslamna (yakni kami memeluk Islam),” dan mereka mulai berkata, "Saba'na! Saba'na (yakni kami telah meninggalkan agama lama dan memeluk agama baru).” Khalid terus-menerus membunuh (beberapa dari mereka) dan menahan sebagian dari mereka dan menyerahkan setiap tawanan kepada kami. Ketika suatu hari Khalid memerintah setiap orang (tentara Muslim) untuk membunuh tawanan2 itu, aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membunuh tawananku, dan tiada kawan2ku yang mau membunuh tawanan2 mereka pula.” Ketika kami datang kepada Nabi, kami menyampaikan seluruh cerita. Mendengar itu, Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata dua kali,”O Allah! Aku bebas dari apa yang telah dilakukan Khalid.”

Lalu Muhammad meminta Ali pergi ke B. Jadhimah untuk membayar ganti rugi pembunuhan yang dilakukan Khalid. Ali membayar uang darah terhadap B. Jadhimah dan barang2 kepunyaan mereka yang dihancurkan Khalid.

Tapi menurut Ibn Ishak [Tabari, vol.viii, p.190], Muhammad telah memerintahkan Khalid untuk membunuh B. Jadhimah karena tidak mau memeluk Islam. Inilah kisah kekejaman tentara Muslim seperti yang dikisahkan oleh seorang Jihadis [Tabari, vol.viii, p.191] ketika Khalid menyerang B. Jadhimah:

Menurut Sa’id b. Yahya al-Umawi …. Abdallah b. Abi Hadrad, yang berkata:
Aku termasuk diantara tentara berkuda di bawah pimpinan Khalid hari itu. Seseorang dari pemuda2 mereka, - dia adalah salah satu dari para tawanan, kedua tangannya terikat di lehernya dengan seutas tali, dan beberapa wanita dikumpulkan tidak jauh dari dirinya – dia berkata kepadaku, “Anak muda!” “Ya, “ kujawab. Dia berkata, “Sudikah kau memegang tali ini dan menuntunku ke arah para wanita itu, sehingga aku bisa berbicara dengan mereka? Setelah itu kau bisa membawaku kembali dan berbuat sekena hatimu atas diriku.” Aku berkata, “Demi Tuhan, yang kau minta adalah hal sepele.” Aku pegang talinya dan membimbingnya sampai berada dekat kaum wanita itu. Dia berkata, “Selamat tinggal, Hubayshah, karena nyawaku sudah habis!”

Saat orang itu bertemu dengan kekasih hatinya, dia lalu melantunkan sajak bagi wanita itu dan wanita itu menjawab, “Dan engkau – semoga engkau hidup selama 10 tahun, lalu 7 tahun tanpa gangguan, dan 8 tahun lagi setelah itu!”

Setelah itu para Jihadis membawanya pergi dan memenggal kepalanya. Sang wanita yang sedih itu berlari menghampiri kekasihnya yang sudah putus kepalanya, menjatuhkan dirinya dan terus menciuminya sampai dia pun mati di sebelah kekasihnya.


Teror Tujuh Puluh Tujuh
Penyerangan Kedua terhadap B. Hawazin atau Perang Hunayn oleh Muhammad—January, 630M

Suku B. Hawazin merupakan kelompok besar suku2 Arabia utara yang bermusuhan dengan B. Quraysh. Permusuhan ini gara2 persaingan dagang antara Mekah dan Taif. Tempat berlangsungnya pertempuran adalah sebuah lembah yang disebut Hunayn dan jauhnya tiga hari perjalanan dari Mekah. Perang ini disebut di ayat Qur’an 9:25-26. Muhammad tinggal di Mekah selama dua minggu setelah menaklukkan Mekah. Selama itu dia mengirim bala tentaranya ke daerah sekitar Mekah untuk menyingkirkan sisa2 masyarakat yang masih menganut politheisme dan memaksa masyarakat non-Quraish yang tinggal di sekitar Mekah untuk memeluk Islam. Dia melakukan penindasan agama ini dengan mudah karena kebanyakan masyarakat pagan tidak siap menghadapi serangan mendadak yang ganas itu. Suku2 Hawazin dan Thaqif sangat marah akan penghancuran berhala2 mereka di Mekah dan daerah sekitar. Mereka mengambil keputusan untuk tidak membiarkan penindasan dan perlakuan barbar tentara Muhammad ini berlangsung tanpa perlawanan.

Ditulis bahwa ketika Malik b. Awf dari B. Nasri (cabang dari suku Hawazin), mendengar takluknya Mekah di bawah kekuasaan Muhammad, dia lalu menggalang kekuatan yang terdiri dari B. Tharif, B. Nasr dan B. Jusham dan suku2 kecil lainnya. Dengan harapan bergabungnya suku2 cabang dari Hawazin, suku2 lainnya yang tinggal di daerah itu bergabung dalam rencana perang ini untuk menentang serangan Muhammad. Di hari2 terakhir dia tinggal di Mekah, Muhammad menerima berita bahwa suku Hawazin dan Thaqif ke luar untuk melawan Mekah dan sudah tiba di Hunayn untuk menantang Muhammad.

Suku Hawazin dengan 20.000 pasukan tentara [Rodinson, p.263] di bawah pimpinan Malik b. Awf berbaris untuk melawan Muhammad dan membawa para wanita, anak, dan ternak mereka. Ini berarti mereka bertekad perang sampai mati. Begitu Muhammad mendengar berita berkumpulnya B. Hawazin dan Thaqif, dia mengirim Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami untuk memata-matai mereka dan mencari keterangan akan apa yang mereka rencanakan. Mata2 Muslim menyelusup ke dalam masyarakat Hawazin dan Thaqif dan kembali kepada Muhammad bahwa mereka memang hendak perang. Ditulis oleh Tabar bahwan ketika mata2 Muhammad, Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami membawa informasi tentang B. Hawazin, Umar b. Khattab tidak percaya dan memanggil mata2 Muslim itu sebagai pembohong. Karena sakit hati dituduh begitu, mata2 Muslim ini mengungkapkan rahasia bahwa Umar dalam beberapa kejadian juga memanggil Muhammad sebagai pembohong pula. Inilah yang dikatakan Abd Allah, “O, Umar, jika kau menuduh aku berbohong, maka kau telah banyak kali menyangkal kebenaran. Kau pun telah menuduh orang yang lebih baik dari aku (yakni Muhammad) berbohong.” [Tabari, vol. ix, p.6, footnote 45]

Tabari [vol ix, p.5, footnote 38] menulis lebih lanjut bahwa kaum Hawazin dan suku2 lain Mekah menganggap Muhammad seorang yang murtad di jamannya karena dia memisahkan diri dari agama Quraish. Malik bersumpah kalau dia tidak menang melawan orang murtad (yakni Muhammad) maka dia akan bunuh diri. Prajurit2 Malik juga setuju untuk melakukan hal yang sama, menang atau mati. Setelah mendapat dukungan penuh dari masyarakatnya, Malik memberi perintah kepada tentaranya bahwa kalau mereka melihat musuh, maka mereka akan menyerang mereka dalam satu kesatuan pasukan dan karenanya mempertahankan kesatuan yang utuh dalam berperang.

Setelah itu mata2 Malik ke luar untuk mendapat keterangan tentang gerakan tentara Muhammad. Dongengnya mengatakan bahwa mereka melihat orang2 putih (malaikat?) naik kuda putih dan hitam dan setelah itu mereka jadi tidak bisa melihat lagi sehingga harus cepat2 balik lagi. [Tabari, vol. ix, p.6]

Setelah Muhammad mendengar berita dari mata2 Muslim tentang B. Hawazin dan sekutunya, dia bertekad untuk menghadapi musuh. Karena pada saat itu dia hanya punya sedikit uang, dia datang kepada Safwan b. Umayyah (Safwan di bawah hukuman mati yang dibatalkan oleh Muhammad – lihat Teror 72), yakni seorang yang punya usaha membuat peralatan perang. Safwan menganut agama politheisme. Dia meminjamkan para tentara Muslim peralatan perang yang dibutuhkan. Safwan menerima perjanjian peminjaman peralatan perang dari Muhammad dan menyuplai (sebagai pinjaman) dan membawa semua senjata yang diperlukan Muslim untuk berperang.

Setelah mendapat persenjataan dari orang kafir, Muhammad bersama 10.000 tentara Medina dan 2.000 tentara Mekah yang baru saja masuk Islam, jadi total adalah 12.000 Jihadis, bergerak maju untuk menghadapi B. Hawazin dan b. Thaqif. Ini adalah pertempuran kedua terhadap B. Hawazin oleh Muslim (yang pertama dapat dibaca di Teror 54). Dia memerintah Attab b. Asid yang baru saja masuk Islam untuk mengawasi keadaan Mekah selama perang berlangsung. Yang terbayang di benak para prajurit Muslim adalah barang jarahan yang banyak sekali dari B. Hawazin dan sekutunya. Ini hadisnya yang menerangkan bagaimana Muhammad memotivasi prajuritnya dengan barang jarahan (karena panjang sekali, maka kami kutip bagian yang relevan saja).

Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2495:
Dikisahkan oleh Sahl ibn al-Hanzaliyyah:
Di hari Hunayn kami melangsungkan perjalanan bersama Rasul Allah dan kami bergerak lama sampai malam tiba. Aku melakukan sembahyang bersama Rasul Allah.
Seorang penunggang kuda datang dan berkata: Rasul Allah, aku berangkat sebelum kau pergi dan mendaki sebuah gunung di mana aku lihat suku Hawazin bersama-sama dengan kaum wanita, unta2, sapi2 dan kambing2, berkumpul di Hunayn.
Rasul Allah tersenyum dan berkata: “Itu adalah barang jarahan Muslim besok jika Allah menghendaki.” Lalu dia bertanya: “Siapa yang harus jaga malam?”……….

Muhammad tiba di Hunayn pada sore atau malam hari dan berkemah di sana. Ibn Ishak (hal. 565) menulis bahwa saat beristirahat dalam perjalanan, kaum Muslim meminta Muhammad untuk membuat sebuah pohon untuk menggantung pedang2 mereka, seperti tradisi kaum Mekah yang biasa menggantung pedang2 mereka dan memotong hewan kurban pada pohon itu. Muhammad membandingkan permintaan para pengikutnya ini dengan permintaan pada Musa untuk membuat patung lembu untuk dipuja sewaktu Musa memimpin bangsa Israel menyeberangi laut Merah. Allah menurunkan ayat QS 7:138 tentang hubungan ini. Di waktu subuh sebelum matahari terbit (kebiasaan Muhammad untuk melakukan teror di pagi hari) Muhammad mengendarai Duldul (keledai putihnya) menuju bagian belakang pasukan. Di bagian depan adalah pasukan B. Sulaym yang dipimpin oleh Khalid b. Walid.

Ketika kaum Muslim mendekati lembah Hunayn dan melampaui celah bukit, tiba2 dari kegelapan tentara Hawazin datang menyerang mereka semua. Kaum Muslim sangat ketakutan dan melarikan diri. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri sambil berlari. Tidak ada satu Jihadis pun yang peduli akan Jihadis lain. Kekacauan karena serangan mendadak itu begitu hebat sehingga tidak ada seorang pun yang mau mentaati perintah Muhammad yang berteriak-teriak kepada kaum Jihadis yang melarikan diri untuk kembali berperang. Dia berkata, “Ke manakah kalian, wahai orang2? Datang padaku! Aku utusan Tuhan! Aku adalah Muhammad, anak Abd Allah!” Tapi permintaannya yang memelas itu tidak didengar pengikutnya. (Tabari, vol. ix, p.8 ).

Hanya sekelompok Jihadis yang diam di tempat, sedangkan yang lain melarikan diri dari medan perang. Yang tetap tinggal bersama Muhammad adalah beberapa Muhajir, beberapa Ansar dan saudara2 terdekatnya seperti Abu Bakr, Umar, Ali, al-Abbas dan anaknya al-Fadl, Abu Sufyan b. al-Harith dan Usamah b. Zayd b. Haritha.

Ketika Muslim saling injak-menginjak berlarian tanpa kontrol, Abu Sufyan b. Harb berkata, “Mereka saling injak dan tidak akan berhenti sampai mereka mencapai lautan!” Abu Sufyan b. Harb hampir menggunakan sihir tapi saudara angkatnya yakni Safwan b. Umayyah b.Khalaf berkata bahwa sihir tidak ada gunanya lagi hari itu. Safwan masih seorang pagan pada saat itu. Ini adalah termasuk dalam senjang waktu yang diberikan Muhammad padanya sebelum masuk Islam (lihat Teror 72). Tapi Abu Sufyan b. Harb panik karena dia lebih memilih dipimpin orang dari suku Quraish daripada jatuh di bawah pimpinan orang Hawazin. Desas-desus tersebar bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini menambah kepanikan dan rasa teror dalam diri para Muslim.

Akan tetapi segera setelah terdengar kabar bahwa usaha membunuh Muhammad pada keadaan panik ini ditengahi oleh kekuasaan Ilahi – begitu katanya. Pada saat ini, Muhammad bertemu dengan seorang wanita hamil yang bernama Umm Sulaym bt Milhan yang adalah istri dari Abu Talhah. Umm Sulaym menasehati Muhammad untuk membunuh para Jihadis yang melarikan diri dari medan perang sama seperti Muhammad membunuh musuhnya dalam perang. Tapi Muhammad tidak tertarik untuk melakukannya dan berkata bahwa Allah sudah cukup baginya. Di hari itu, Umm Sulaym dan suaminya telah bersenjata lengkap untuk membunuh orang pagan sebanyak mungkin dan mengambil jarahan perang milik korbannya. Suaminya Abu Talhah mengambil jarahan perang dari 20 orang yang dia bunuh.

Ketika Muhammad mengetahui bahwa panggilannya terhadap para Jihadis sia2 belaka, dia memanggil pamannya al-Abbas (yang bersuara menggelegar), untuk meneriakkan panggilan dengan suara yang sangat keras bagi para Muslim untuk kembali dan melanjutkan perang. Al-Abbas lalu melakukannya, dan akhirnya 100 orang Muslim kembali berkukmpul mengelilingi Muhammad. Mereka pun mulai bertempur melawan musuh dengan semangat baru dan Muhammad menonton peperangan dengan berdiri di atas pedal keledainya.

Ketika peperangan berlangsung, Ali b. Abi Talib menyerang seorang pemimpin Hawazin dari belakang yang sedang bertarung dengan sengitnya dengan tombaknya. Ali menahan unta orang itu. Orang2 Muslim berloncatan menyergapnya dan memotong pergelangan kakinya dan separuh betisnya. Orang Hawazin ini tetap bertempur sampai akhirnya mati.

Ketika perang semakin sengit, Muhammad turun dari keledainya, si Duldul, dan ia memungut beberapa kerikil dari tanah dan melemparkannya ke arah musuh (ingat perang Badr II?) dan mulai melafalkan ayat Sura Ha-Mim (Sura 41); pihak musuh mulai mundur (???). Lalu benda seperti kain hitam tampak turun dari langit, oh ternyata itu adalah kumpulan semut2 hitam! Mereka adalah malaikat2 dari surga yang datang untuk membantu para Muslim, demikian kata Muhammad. Sebenarnya kumpulan semut hitam ini tampaknya adalah awan gelap di langit, seperti yang ditulis oleh Ibn Sa’d [Tabari, vol. ix, p.8] dan bahwa hujan turun pada saat perang Hunayn berlangsung (Ibn Sa’d, vol. ii, hal.194). Dengan bantuan malaikat2 yang menyamar jadi semut hitam ini, para Muslim akhirnya mengalahkan B. Hawazin – demikian ditulis sejarawan Muslim. Beberapa sejarawan Muslim bahkan menulis bahwa malaikat2 pakai sorban merah di saat perang Hunayn!

Setelah mengalahkan B. Hawazin, terjadi pembunuhan terhadap mereka. 70 orang dibunuh ketika bendera Hawazin tumbang. Ibn Ishak (p.566-576) menulis bahwa panglima perang Khalid b. Walid yang ganas membunuh beberapa wanita dan anak kaum pagan. Muhammad memperingatkan Khalid karena melakukan hal itu. Malik berusaha sebaik mungkin tapi tetap tidak dapat menyelamatkan kaum wanita dan anak2. Karena itu dia melarikan diri. Kaum wanita dan anak2 jatuh ke tangan Muhammad, juga barang2, perkemahan dan ternak mereka. 6.000 orang ditawan. Ibn Ishak (p.837) menulis bahwa beberapa orang yang diikat tangannya dipancung karena menyinggung perasaan orang2 Muslim. Para prajurit Jihadis lalu merampasi baju2 perang, persenjataan dan barang2 berharga lainnya dari mayat2 musuh yang dibunuh dengan tangan mereka sendiri. Seorang Jihadis membeli tanah dari barang jarahan ini. Ini Hadisnya:

Hadis Muwatta Malik, Book 21, Number 18.299
Yahya menyampaikan padaku dari Malik dari Yahya ibn Said dari Amr ibn Kathir ibn Aflah dari Abu Muhammad, dari Abu Qatada bahwa Abu Qatada ibn Ribi berkata,
“Kami pergi bersama Rasul Allah (SAW) di tahun Hunayn. Ketika pasukan bertemu, pihak Muslim jadi kacau balau. Aku melihat orang pagan yang sedang mengalahkan seorang Muslim, lalu aku berbalik dan datang dari belakangnya dan menusuknya dengan pedangku ke bagian bahunya. Dia berbalik padaku dan menerjangku begitu keras sampai aku jatuh dan mencium bau kematian. Lalu orang itu mati dan melepaskanku.”

Dia melanjutkan, “Aku bertemu Umar ibn al-Khattab dan berkata padanya, “Apa yang terjadi dengan orang2?” Dia menjawab, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” lalu aku duduk. Rasul Allah mengulangi, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” dan Rasul Allah berkata, “Ada apa, Abu Qatada?” Lalu kusampaikan kisahku padanya. Seseorang berkata, “Dia bicara jujur, Rasul Allah. Aku menyimpan harta orang yang dibunuhnya, maka kiranya berilah dia barang gantinya, Rasul Allah.”

Abu Bakr, berkata, “Tidak, demi Allah! Dia tidak bermaksud bahwa satu dari singa2 Allah harus berperang demi Allah dan RasulNya dan lalu memberimu barang2 jarahannya.” Rasul Allah berkata, “Dia bicara benar, serahkan kepadanya.” Dia memberikan (barang jarahan) kepadaku, dan aku menjual baju perang dan kubeli sebuah taman di daerah Banu Salima dengan uang itu. Itu adalah kekayaanku yang pertama, dan kudapat itu karena Islam.”

Beberapa penulis menyatakan bahwa pihak Muslim hanya kehilangan sedikit kerugian, tapi penulis lain berkata mereka kehilangan sangat banyak orang – dua suku musnah dan karenanya Muhammad mengadakan sembahyang khusus. Muhammad kehilangan pembantunya yakni Umm Ayman di perang ini.

Sisa2 tentara pagan beserta pemimpin mereka Malik, melarikan diri ke Taif. Beberapa yang lain pergi ke Nakhla, dan yang lain ke Awtas. Di hari kemudian, orang2 Awtas dikalahkan melalui pertarungan sengit.

Tentara Muhammad mengejar musuh yang melarikan diri ke Nakhla tapi balik kembali setelah mengejar dalam waktu singkat. Ketika mengejar musuh, tentara2 Muslim menangkap Durayd b. Simmah, orang tua yang tidak bertempur sama sekali di perang itu. Durayd bertanya kepada seorang Jihadis muda bernama Rabiah b. Rufay apakah yang dia ingin lakukan terhadap Durayd. Rabiah menjawab bahwa dia ingin membunuhnya. Lalu Rabiah menggunakan pedangnya untuk membunuh Durayd tapi tebasan pedang tidak membunuhnya. Durayd tertawa melihat cara Rabiah menggunakan pedang. Durayd lalu minta Rabiah memberikan pedang itu padanya dan Durayd menunjukkan cara yang tepat menggunakan pedang untuk membunuh. Kemudian Durayd berkata pada Rabiah bahwa setelah dia membunuhnya, Rabiah harus kembali kepada ibunya sendiri dan memberitahunya tentang pembunuhan terhadap Durayd, karena Durayd sebelumnya telah menyelamatkan banyak nyawa wanita2 dari tempat Rabiah berasal.

Setelah membunuh Durayd, Rabiah menghadap ibunya dan menceritakannya tentang apa yang baru saja dia lakukan. Ibunya berkata, “Demi Tuhan, dia telah membebaskan tiga ibu2mu.” (Tabari, vol. ix, p.17). Inilah contoh bagaimana Jihadis fanatik memperlakukan musuh mereka yang lanjut usia di waktu perang. Di Hadis sahih bisa kita baca bahwa dalam Jihad diijinkan untuk membunuh kafir usia lanjut, tapi anak2nya tidak boleh dibunuh. Ini Hadisnya.

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:
Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: Bunuh orang2 tua yang pagan, tapi jangan bunuh anak2 mereka.
[Catatan: Hukum Syariat (hukum Islam) mengijinkan pembunuhan orang usia lanjut dalam Jihad. Kami mengutip hukum Syariat yang relefan di bagian sebelumnya (lihat hukum o9.10, p.603, Reliance of the Traveller)]

Akan tetapi di Hadis sahih yang lain kita baca bahwa dalam penyerangan malam hari, Muhammad mengijinkan pembunuhan anak2 kafir. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Muslim Book 019, Number 4322:
Dikisahkan oleh Sa'b b. Jaththama bahwa dia berkata (kepada sang Nabi suci): “Rasul Allah, kami membunuh anak2 pagan dalam serangan2 malam hari.” Dia berkata: “Mereka (anak2 tsb.) berasal dari mereka (kaum pagan).”

Seperti yang dikisahkan sebelumnya, setelah kalah dalam perang Hunayn, Malik b. Awf melarikan diri bersama prajuritnya. Seorang pria Hawazin bernama Bijad juga melarikan diri bersamanya. Muhammad mengincar Bijad karena dia menuduh Bijad telah memotong-motong tubuh seorang Muslim dan membakarnya. Muhammad memberi perintah siapapun yang menangkap Bijad tidak boleh melepaskannya.

Pihak Muslim mengejar Bijad yang lari bersama saudara perempuannya yakni Shayma bt. al-Harith. Tentara Muslim akhirnya berhasil menangkap mereka, lalu mengikat mereka dan membawa mereka ke hadapan Muhammad. Ternyata Shayma bt. al-Harith adalah saudara angkat Muhammad (yakni Shayma adalah anak Halimah, wanita yang menyusui Muhammad sewaktu bayi) tapi pihak Muslim tidak percaya atas pengakuan Shayma. Muhammad minta bukti bahwa Shayma memang benar saudara angkatnya. Lalu Shayma menunjukkan pada Muhammad bekas gigitan di punggungnya yang dilakukan Muhammad ketika dia memanggul Muhammad di pinggangnya. Bukti ini meyakinkan Muhammad dan dia lalu menawarkan pada Shayma pilihan untuk hidup dengan Muhammad atau kembali ke masyarakatnya sendiri. Shayma memilih kembali ke masyarakatnya. Muhammad memberinya seorang budak pria bernama Mukhul dan seorang budak wanita. Setelah dia pergi, dia menjodohkan kedua budak ini untuk menikah. Versi kisah yang lain mengatakan bahwa akhirnya Shayma memeluk Islam dan Muhammad memberinya 3 budak. Tidak diketahui apa yang terjadi pada Bijad.

Kemenangan Hunayn menghasilkan jumlah tawanan dan jarahan yang jauh lebih banyak daripada yang pernah dilihat Muslim sebelumnya. Jarahan perangnya besar sekali: 22.000 unta, 42.000 kambing, 4.000 ons perak. Pihak Muslim merampas semuanya. Barang jarahan (yang kira2 bernilai sekitar SETENGAH TRILYUN) dan 6.000 tawanan (berjumlah sekitar12 milyar), terdiri terutama atas kaum wanita dan anak dikawal tentara Muslim dan dibawa ke lembah Jirana dan ditempatkan di sebuah gudang penyimpanan di sana. Pihak Muslim mabuk keserakahan. Mereka merayakan kemenangan mereka dan menunggu pembagian harta jarahan. Akan tetapi Muhammad memerintahkan orang2nya untuk bergerak ke Taif untuk menangkap Malik. Mereka harus menunggu menerima barang jarahan sampai usaha menangkap Malik berhasil – begitu perintah Muhammad.

Orang2 Thaqif yang berhasil selamat dari perang Hunayn kembali ke Taif dan menutup diri mereka dalam benteng yang kokoh. Mereka trampil dalam melakukan perang modern dan bersiap untuk menjalani perang jangka panjang. Untuk menyaingi mereka, Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah ke Jurash untuk belajar teknik perang menggunakan ketepel dan testudo – tank primitif dari kayu. Dua orang Muslim ini tidak ikut perang Hunayn atau Taif karena tugas untuk mempelajari teknik perang modern.

Teror Tujuh Puluh Delapan
Penghancuran Berhala Yaghuth di Dhu al-Kaffyan oleh Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi—January, 630 M

Ketika Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah (lihat Teror 77,) ke Jurash untuk mempelajari teknik perang menggunakan ketepel dan Testudo, dia juga mengirim al-Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi untuk menghancurkan patung berhala Dewa Yaghuth di Dhu al-Kaffyan. Patung berhala ini berbentuk seekor singa (atau kerbau) yang memperlihatkan kekuatan fisiknya (Yusuf Ali, The holy Quran, appendix xiii, hal.1619) dan berhala ini dimiliki masyarakat Amr ibn Humamamh al-Dawasi (suku asal Tufayl). Muhammad memerintahkan Tufayl untul mengumpulkan orang2 untuk menghancurkan berhala ini. Setelah itu Tufayl harus bergabung bersama Muhammad di Taif. Dengan bantuan 400 orang, Tufayl menghancurkan patung berhala dengan membakarnya. Lalu Tufayl dengan 400 prajuritnya pergi ke taif untuk bergabung bersama Muhammad. Mereka juga membawa ketepel dan Testudo ( diserahkan kepada Tufayl oleh Urwah di Taif).



Sesuatu belum tentu benar hanya karena orang mati akan hal itu’ --- Oscar Wilde (1854-1900)