KEBENARAN TENTANG MUHAMMAD

Kebenaran Tentang Muhammad
( Apakah Muhammad Nabi Tuhan? )
Rashid Alamir

Penolakan: Agama berbicara semuanya tentang kebenaran. Kebenaran adalah Tuhan. Inilah kepercayaan saya yang sungguh bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran, apabila ia datang kepada Tuhan, maka hal itu perlu disingkapkan.... Apabila Anda salah satu dari yang fanatik buta dalam agama dan ajarannya, atau apapun itu, maka artikel ini bukan untuk Anda. Semua informasi yang diberikan dalam artikel ini adalah benar dan terbaik dalam pengetahuan saya. Saya akan singkirkan artikel ini dari hadapanku apabila ada sesuatu dalam artikel ini yang dibuktikan salah. Artikel ini bukanlah hak pengarang, tidak diberi copy-right. Anda bebas untuk mencetak dan membagikannya, sejauh Anda tidak memodifikasi isi aslinya atau menjualnya untuk mendapat keuntungan. Teruskanlah artikel ini kepada sebanyak mungkin orang yang dapat Anda capai, agar mereka menyadari tentang Kebenaran -- sebelum hal ini terlambat -- dan mereka dapat kembali kepada Tuhan yang sungguh hidup.

Booklet ini dipersembahkan kepada semua umat Muslim di seluruh dunia ”Kiranya Kebenaran memerdekakan Anda...” (Yohanes 8:32)


Pendahuluan
Umat Muslim mengasihi Muhammad lebih dari dirinya sendiri, orang tuanya, atau anak-anaknya. Sebagai mantan Muslim, saya harus katakan bahwa pada umumnya kasih mereka terhadap Muhammad melebihi kasih umat Kristen umumnya terhadap Yesus. Umat Muslim berdoa untuk Muhammad dan dengan penuh cinta mengucapkan kata-kata damai kepadanya, dimanapun namanya diingat. Bagi umat Muslim, Muhammad adalah Islam, dan Islam adalah Muhammad. Muhammad adalah orang yang sangat dijunjung tinggi di Islam. Dan setiap serangan atas Muhammad dianggap serangan terhadap Islam. Itu sebabnya ada hukum di Negara-negara Islam yang menetapkan hukuman mati bagi orang yang menghina nabi. Itu sebabnya terjadi berbagai teriakan tentang kartun di Denmark. Dibandingkan dengan Muhammad, yang dikata-kan Tuhannya Islam, Allah, hanya sejauh detik. Tidak mengherankan bahwa tidak ada hukum yang menyatakan kematian bagi siapa yang menghina Allah.

Umat Muslim tanpa disadari telah menyembah Muhammad dalam kesamaran sebagai Allah. Itulah Muhammad dan hanyalah Muhammad sendiri menjadi pusat segalanya dalam Islam. Orang pertama yang diingat umat Islam apabila bicara tentang Islam bukanlah Allah atau Alquran, tetapi Muhammad. Tanpa Muhammad tidak akan ada Islam dan tanpa percaya Muhammad tidak seorangpun dapat menjadi seorang Muslim.

Umumnya umat Muslim hidup dalam dunia mistis dimana Muhammad dilukiskan kepada mereka oleh seorang Imam, sebagai orang yang terbaik moral dan berkat-berkatnya bagi semua manusia di dunia. Umumnya wanita Muslim juga percaya bahwa Muhammad adalah pejuang untuk martabat wanita dan juara dalam menegakkan hak-hak wanita. Anak-anak Muslim telah diindoktrinasi sejak usia muda bahwa Muhammad adalah orang paling suci yang pernah hidup dan setiap perkataan yang diucapkannya adalah perkataan Allah, dan setiap perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan Allah. Karena itu Muhammad tidak dapat dan tidak akan berbuat kesalahan  apapun. Apabilapun Ia melakukan sesuatu yang tampaknya salah, maka itu berarti ada dasar kebenaran yang kuat dan sah untuk hal itu. Maka pada saat anak-anak itu kelak menjadi dewasa, dengan serta merta mudah mereka menolak penyangkalan kebenaran tentang Muhammad. Puluhan tahun hasil indoktrinasi yang omong kosong, tidaklah dapat dihapus keluar dalam waktu seketika oleh Kebenaran.

Kasih umat Muslim kepada Muhammad telah membutakan mereka terhadap sifat dasar Muhammad sebagai manusia biasa. Itu sebabnya mengapa mereka tidak dapat melihat kekurangan dan cacat dari karakter Muhammad. Bilamana saja umat Muslim mau membaca kitab Alquran-nya ketimbang hanya percaya saja apa yang dikatakan para Imam, maka mereka akan menemukan Kebenaran tentang pribadi Muhammad.

Kehidupan dan perbuatan-perbuatan Muhammad telah ditulis dalam Sunnah atau Tradisi Islam. Tetapi ternyata Sunnah tidak menggambarkan Muhammad sebagai seorang suci, melainkan sebagai seorang pembunuh yang melakukan apa saja yang dikehendakinya untuk memuaskan nafsunya bagi wanita dan kekayaan. Pembunuhan, pemerkosaan, penjarahan, perampokan adalah perbuatan-perbuatan umum setiap hari baginya. Namun umat Muslim terus saja menyangkali setiap hari tindakan Muhammad yang tak terpuji itu, walaupun hal tersebut sudah tertulis dalam sumber-sumber Islam secara autentik yang diterima oleh semua pihak Muslim. Alasannya karena secara luas mayoritas umat Muslim umumnya tidak banyak mengerti tentang kitabnya, Alquran. Mereka hanya diajarkan untuk menghapalnya.

Orang yang berbicara bahasa Inggrispun diajarkan untuk menghapal Alquran dalam bahasa Arab, walaupun mereka sendiri tidak mengerti satupun kata bahasa Arab. Sunahpun malah lebih buruk lagi. Sunnah adalah tulisan yang terpenting dalam Islam (meskipun Muslim akan bersumpah bahwa itu hanyalah hal kedua terpenting sesudah Alquran), namun hanya segelintir umat Muslim yang membacanya. Bagi mereka yang membacanya, lalu meninggalkan Islam seperti saya ini, atau menjadi terroris, dengan melakukan apa yang Muhammad lakukan sebaik-baiknya sesuai yang tertera di dalam Sunnah.

Para Imam Muslim sangat takut untuk membiarkan umat Muslim bertanya kritis tentang kitabnya. Umat Muslim telah diajarkan sejak dini untuk mentaati semuanya tanpa mempertanyakan hal-hal yang bukan-bukan. Ketaatan secara total dituntut bagi mereka dan pada umumnya umat Muslim mematuhinya. Itulah sebabnya mengapa Islam “berhasil” survive dari kebenaran sampai hari ini.

Setiap Muslim yang bertanya tentang kelakuan Muhammad sebagaimana tertulis dalam buku-buku Sunnah diperingatkan, apabila ia tetap melakukan, akan disiksa dan dibunuh sebagai seorang yang murtad. Kehormatan membunuh sesungguhnya dituntut oleh Muhammad di dalam Sunnah. Para Imam Muslim menyalahkan orang yang tidak percaya dan bidad-bidad yang hendak mengekspos Islam dengan menyatakan bahwa ayat-ayat yang mereka baca adalah diluar konteks. Beberapa bahkan pergi melanjutkan klaim mereka sebagai hadits yang lemah. (Hadits bentuk jamak). Mohon lihat lampiran A untuk melihat arti hadits yang lemah.

Harapan saya kiranya buku ini akan mengajar anda apa yang Imam Anda gagal mengatakan tentang Muhammad kepada Anda. Saran saya agar Anda tidak percaya apapun secara buta. Periksalah ayat-ayat yang relevan yang sudah saya sebutkan, dan buktikanlah sendiri apa yang saya klaim benar atau tidak? Apakah Muhammad seorang tukang “jual jamu” atau bukan? Tuhan telah memberikan setiap orang kebebasan dan pikiran untuk menemukan bagi dirinya tentang Kebenaran itu. Apabila Anda tetap gagal untuk menye-lidiki tentang Kebenaran dan mempercayakan hanya dari kabar angin yang keluar dari mulut orang belaka, maka maafkanlah saya untuk mengatakan bahwa Anda tidak layak untuk masuk Sorga. Dan Andapun tidak akan masuk juga. Sorga hanyalah diberikan untuk mereka yang sungguhsungguh mau mencari Kebenaran , dan bukan untuk yang hanya yakin tentang akan ke percaya an yang murah . Seseorang harus dilahirkan kembali secara rohani dalam Kebenaran untuk mencapai sorga.

Islam dan dasar dari Al–Takiyah
Sebelum kita mulai tentang Muhammad, anda patut mengetahui hal yang terpenting tentang dasar Islam yang disebut “Al-Takeyya” (juga disebut Al- Takeyyah atau Al-Takiyah) dalam Islam.

Banyak orang Yahudi dan Kristen dikelabui sampai percaya (oleh orang Islam) bahwa Muhammad dan Islam bicara hangat tentang Yahudi dan Kristen, bahkan memanggil mereka sebagai orang-orang dari kitab. Mereka juga menyatakan kepada orang non Islam di dunia bahwa Islam ingin menjalin hubungan dengan mereka secara baik. Semuanya itu adalah kebohongan belaka. Islam mengizinkan umat Muslim untuk berbohong demi agamanya. Ini adalah ikatan dasar dalam Islam dan yang dinamainya “Al- Takeyyah” (Al-Takiyah). Umat Muslim memakai prinsip ini untuk berbohong kepada orang kafir yang tidak percaya, dan berkata bahwa Islam adalah agama yang damai, berbicara hangat dengan umat Kristen dan umat Yahudi. Izinkan saya jelaskan lebih lanjut

Seperti halnya banyak agama-agama, Islam secara umum, melarang berbohong. Alquran berkata, “Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang melampaui batas bagi pendusta” (Surat 40:28).

Bagaimanapun juga, tidak seperti agama-agama lain, di dalam Islam ada ketetapan tertentu yang mana berbohong tidak sekedar ditoleransi, tetapi sesungguhnya dianjurkan oleh Allah.

Al-Takeyyah adalah prinsip Islam tentang berbohong demi Allah. Kepalsuan berbicara untuk mencegah mencemarkan Islam, untuk melindungi diri sendiri, atau untuk mempromosikan tujuan Islam yang disetujui oleh Alquran, termasuk berbohong dibawah hukuman atau sumpah, membuat pernyataan yang menyimpang kepada media, seperti mengklaim bahwa Islam adalah agama damai, dan menipu sesama Muslim apabila yang satu berbohong karena menganggap mereka telah ingkar terhadap agama. Dalam kasus demikian, berbohong tidak hanya diizinkan, tetapi sesungguhnya dianjurkan atau diperintahkan Allah. (Inilah dasar lain, mengapa saya katakan bahwa Allah di dalam Islam bukanlah Allah di dalam Alkitab. Dalam sepuluh hukum Taurat dari nabi Musa, Tuhan menyatakan bahwa Anda dilarang berbohong. Tetapi Allah SWT yang adalah anti-thesis dari Yahweh justru berpikir sebaliknya).

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peristiwa dalam kehidupan Muhammad. Ia sering berdusta dan memberikan instruksi yang sama kepada pengikutnya. Ia memperlakukan dengan cara yang dapat diterima bahwa prospek untuk sukses dalam misi memperluas pengaruh Islam mengesampingkan dahulu larangan berbohong.

Contoh yang baik dari perbohongan-suci terdapat dalam sebuah kisah-nyata tentang pembunuhan Kaab Ibn al-Ashraf, anggota suku Yahudi, Banu al- Nadir. Telah diketahui Muhammad bahwa Kaab menunjukkan dukungan kepada kaum Quraisi dalam peperangan terhadap Muhammad. Tetapi kemarahan Muhammad menjadi-jadi ketika kepadanya dilaporkan bahwa Kaab menyair-kan puisi cinta kepada wanita Muslim. Maka Muhammad-pun meminta sukarelawan untuk membebaskan dia dari Kaab Ibn al-Ashraf, dengan alasan bahwa Kaab ”melakukan kejahatan terhadap Allah dan Nabinya”. Pada waktu itu Kaab ibn al-Ashraf dengan clan sukunya dalam kondisi kuat, jadi tidak mudah untuk orang asing merembes menjalankan  tugas tersebut. Seorang laki-laki Muslim bernama Ibn Muslima, sukarelawan, siap melakukan proyek pembunuhan itu, dengan kondisi bahwa Muhammad mengizinkan dia untuk bersiasat bohong. Dengan persetujuan Muhammad, Ibn Muslima pergi kepada Kaab dan memalsukan cerita yang menggambarkan ketidakpuasan atas kepemimpinan Muhammad. Pada saat ia telah mendapatkan kepercayaan dari Kaab, ia memikatnya untuk keluar dari rumahnya pada suatu malam dan membunuhnya ditempat terpencil dalam kegelapan. Peristiwa ini shahih tertulis dalam Sahih Bukhari V4B52N270 (Vol 4 Buku 52 Nomor 270) dan juga di Sira (Ibn Ishaq:368) dan Tabari VII:97.

Contoh yang sama dapat juga ditemukan dalam cerita tentang pembunuhan Shaaban Ibn Khalid al-Hazly. Ada kabar angin menyatakan bahwa Shaaban telah mengumpulkan pasukan untuk perang terhadap Muhammad. Muhammad membalas dendam dengan memerintahkan Abdullah Ibn Anis untuk membunuh Shaaban. Sekali lagi, untuk melaksanakan hal tersebut, si calon pembunuh itu meminta izin kepada nabi untuk berbohong. Muhammad setuju dan memerintahkan pembunuh untuk berbohong dengan mengatakan bahwa ia adalah anggota dari kelompok Khaaza. Pada saat Shaaba melihat Abdullah yang datang, ia bertanya ”dari kelompok suku manakah kamu?”. Abdullah menjawab, ”dari Khaaza.” Kemudian ia tambahkan, ”Saya mendengar bahwa Anda sedang mempersiapkan pasukan untuk melawan Muhammad dan saya datang untuk bergabung dengan Anda.” Maka Abdullah mulai berjalan dengan Shaaban dan berkata bagaimana Muhammad datang kepada mereka dengan ajaran bidat tentang Islam, dan mengeluh bagaimana Muhammad mencela para patriarch (leluhur) Arab, serta meruntuhkan pengharapan Arab. Mereka melanjutkan pembicaraan sampai mereka tiba di tenda Shaaban. Shaaban berpisah dengan rekanrekannya dan ia mengundang Abdullah ke tendanya. Abdullah berada di tenda dan duduk sampai suasana terasa tenang, dan ketika ia merasa bahwa semua orang sudah tertidur, maka Abdullahpun memenggal kepala Shaaban dan membawanya kepada Muhammad sabagai piala. Dan ketika Muhammad melihat Abdullah, ia gembira sekali dan berteriak, ”Keberanianmu telah berhasil gemilang.” Abdullah menyambut dan berkata, “Itulah keberanianmu, nabi Allah, yang telah berjaya.”

Disejumlah bagian-bagian tulisan dari Sunnah dan juga dari Alquran jelasjelas memperlihatkan bahwa pendustaan Muslim yang tidak disengaja dapat dimaafkan, dan bahkan sekalipun dusta itu dilakukan dengan sengaja, namun mempunyai tujuan-tujuan baik Islamik, maka itupun dapat dilakukan. Bahkan dibawah keterpaksaan yang mengharuskan seorang Muslim melakukan suatu pendustaannya, maka ia diperbolehkan berbohong sekalipun dibawah sumpah dan bahkan menyangkal iman dalam Allah, sejauh mereka tetap memelihara pernyataan imannya di dalam hatinya!!

Perkataan Arab, “Takeyya”, berarti “mencegah”, atau perlindungan terhadap sesuatu. Dasar dari Al Takeyya membawa pengertian bahwa umat Muslim diizinkan untuk berbohong, sebagai tindakan pencegahan terhadap antisipasi kejahatan kepada seseorang atau rekan sesama. Atas dasar ini, umat Muslim diberikan kebebasan untuk berbohong dalam keadaan mereka merasa hidup dan agamanya terancam. Umat Muslim diizinkan untuk berkata bohong apa saja sejauh kebohongan itu diucapkan untuk agama Islam. Bahkan mereka pun boleh menyangkal imannya, asalkan mereka tidak bermaksud dalam hatinya.

Umat Islam akan berkata kepada Anda bahwa Al-Taqiyah dipakai hanya untuk membela diri. Tetapi ini sesungguhnya sebuah hipokrit, jauh dari benar. Tujuan utama-nya adalah untuk bisa bermain licin membodohi non- Muslim, agar bisa menerima umat Muslim serta membuktikan bahwa Islam adalah agama besar. Itulah bagaimana Islam telah bertahan 1400 tahun.

Al-Takeyya didasari dari ayat Alquran sebagai berikut: “Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan mening-galkan orang-orang mu’min. Barang siapa bertbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (Surat 3: 28).

Menurut ayat ini, seorang Muslim dapat berpura-pura bersahabat dengan orang kafir (dalam melanggar ajaran Islam) dan memperlihatkan kesetiaan dengan orang kafir itu (yang tidak percaya Islam), untuk mencegah agar dia tidak diperlakukan buruk. Di bawah konsep Takeyya, adalah sah bagi orang Muslim untuk bertindak bertentangan dengan iman mereka. Tindakan berikut ini dapat diterima:
- Minum anggur, meninggalkan sholat, dan mangkir berpuasa dalam bulan Ramadhan.
- Meninggalkan percaya kepada Allah.
- Berlutut dalam menghormati tuhan lain daripada Allah.
- Mengucapkan sumpah tidak jujur.

Implikasi dari dasar Al- Takeyya

Sayang, apabila berurusan dengan orang Muslim, seseorang harus ingat bahwa orang Muslim dapat berkomunikasi sesuatu dengan nyata dan sungguh-sungguh, walaupun kenyataannya bertentangan dengan agenda di dalam hatinya. Terus terang dinyatakan disini, bahwa Islam mengizinkan orang Muslim berbohong apa saja bila merasa dirinya atau Islam terancam.

Dalam suasana politik internasional, pertanyaannya adalah: Dapatkah Negara-negara Islam dipercaya untuk memelihara persetujuan yang ditandatangani dengan bangsa-bangsa non Islam sampai akhir? Telah diketahui bahwa dalam praktek Islam, bahwa manakala mereka dalam keadaan lemah, mereka akan setuju dengan apa saja. Pada saat mereka menjadi kuat, mereka meniadakan apa yang mereka telah janji. Prinsip ini diformulasikan pertama kalinya oleh Muhammad. Inilah perkataan yang relevan.

”Nabi berkata, ’Apabila saya bersumpah dan kemudian menemukan sesuatu yang lebih baik, maka saya melakukan apa yang lebih baik dan menebus sumpahku.’” (Bukhari: V7B67N427)

Muhammad adalah pionir dalam mengingkari sumpahnya. Saat dia lemah, ia akan menerima apa saja. Bila ia telah menjadi kuat lebih dari musuhnya, ia menyerang mereka tanpa pemberitahuan dan tidak peduli dengan persetujuan damai yang sebenarnya sudah ditandatangani dengan mereka.

Dasar dari persetujuan pembohongan disebabkan Islam memikul implikasi persoalan sehubungan dengan perluasan agama Islam di dunia Barat. Para aktivis Muslim bekerja memperdayakan siasat dalam usaha mereka mempolesi kesan Islam dan membuatnya lebih menarik bagi calon petobat Islam. Dengan hati-hati mereka menghindari, atau mengabaikan hal-hal negatip teks-teks Islam dan ajarannya. Mereka proyeksikan Muhammad sebagai juruselamat manusia dengan hati-hati, menghindari dan menyembunyikan caranya yang jahat, dan kekejamannya yang ber sifat alami.

Suatu contoh dari penipuan Islamik adalah bahwa aktivis Muslim selalu mengutip ayat-ayat Alquran dari pelayanan Muhammad pada masa lalu waktu ia tinggal di Mekah. Ayat-ayat ini umumnya tenang dan damai, memberikan toleransi kepada mereka yang bukan pengikut Islam. Tetapi sesudah hijrah ke Medina, dibalik semua ayat damai itu, diturunkan dengan penuh kesadaran ayat-ayat kontras Medinah yang mencabut (membatalkan dan mengganti) ayat-ayat lembut Mekah. Ayat-ayat pengganti ini (nasakh)  menggambarkan prasangka, ketidaktoleranan, menyokong kekerasan terhadap orang-orang yang tak percaya.

Dasar dari ”Al-Taqiyah” telah datang dan berguna bagi kaum Muslim terutama dalam empat bidang: (1) Untuk menikahi gadis-gadis non-Muslim dengan memakai penipuan tersembunyi. (2) dalam mengganggu, menganiaya dan membunuh orang kafir di Negara-negara Islam. (3) dalam memproklamasikan bahwa Islam adalah agama damai. Dan (4) dalam membunuh orang yang ingkar terhadap agama atau murtad dari Islam. Izinkan saya menjelaskan lebih mendetail.

Dasar dari ”Al-Taqiyah” dipakai bagi orang Muslim lelaki untuk memikat gadis-gadis non-Muslim untuk menikahi mereka. Orang Muslim diizinkan berbohong apabila mereka mencari non-Muslim untuk dinikahi menjadi istri. Banyak orang Muslim akan menyatakan bahwa mereka tidak ada interes pada agama. Mereka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang menunjukkan tindakan yang dapat dipercaya. Tetapi sesudah gadis itu dinikahi, baru kemudian mereka menunjukkan warna yang sebenarnya. Ambil saja contoh apa yang terjadi di Negara Pakistan. Banyak orang Muslim menyatakan bahwa mereka ingkar terhadap agamanya (tinggalkan Islam). Tujuannya hanya untuk mengambil keuntungan dari banyak gadis-gadis liberal Kristen dan menikmati mereka dengan sepenuhnya tanpa menikahi mereka. Beberapa bahkan sampai berlanjut menikahi gadis-gadis Kristen itu, namun kemudian mereka kembali ke Islam dalam beberapa bulan berikutnya. Pada negara-negara Asia dimana biasanya wanita sangat bergantung kepada suami-suami dalam hal keuangan, dan masyarakat memandang rendah pada wanita-wanita yang telah ditinggalkan oleh suaminya, maka wanita-wanita ini biasanya mudah ditekan atau dipaksa untuk menjadi Islam. Ide yang terbesar dari Islam adalah untuk menikmati wanita-wanita secara seksuil tanpa menikahi mereka atau menjadikan mereka Islam.

Dalam garis yang sama, hal diatas juga diikuti oleh orang Muslim India. Di situ, umat Muslim menggunakan ”Al-Taqiyah” untuk menikahi gadis-gadis Hindu dan menjadikan mereka beralih kepada Islam, dan hal ini telah terjadi ribuan kali. Mereka mengait gadis-gadis yang tak berdosa dengan bersikap seolah-olah tidak beragama dan atau mempromosikan bahwa mereka bebas beragama sesudah pernikahan; hanya untuk pergi dan melakukan hal yang berlawanan dengan perkataan mereka di kemudian hari. Sekarang Anda mengetahui bahwa begitu banyak dari bintang film dan pemain kricket orang Muslim India menikah dengan gadis-gadis Hindu. Itulah prinsip dari “Al- Taqiyah” dalam aksinya.

Dasar dari “Al-Taqiyah” telah datang dengan cekatan dan berguna bagi umat Islam untuk berbohong maupun mendakwa orang untuk menghujad nabi Islam. Di Pakistan ada hukum yang dipakai untuk mengaibkan kaum minoritas yang disebut TOHEEN–E-Rasul (Penghinaan terhadap Rasul), pasal mana menentukan kematian bagi siapa yang menghina nabi Muhammad. Bahwa “siapapun” yang dimaksud selalu adalah orang Kristen atau orang Hindu di Pakistan tidaklah mengherankan. Betapapun hukum ini dicetuskan untuk ditargetkan kepada kaum minoritas, dan dibawa kedalam kelompok Islam lewat gangguan, penganiayaan, perkosaan dan pembunuhan. Silahkan mencari di Google dan lihat berapa banyak kasus seperti hukuman mati yang dilaporkan dari Pakistan. Yakinlah bahwa 10x dari angka kasus ini setidaknya yang tidak pernah dilaporkan. Ratusan orang Kristen telah dihukum mati dalam masa beberapa tahun terakhir ini dengan aksi seperti itu. Apabila seorang Muslim mau menyita tanah atau rumah milik orang Kristen atau orang Hindu, ia memperkosa istri atau anaknya dan kemudian apa yang dilakukannya? Ia dapat melakukannya dengan menyiasati ”Al-Taqiyah” lalu menyatakan bahwa mereka telah menghina nabi. Hanya dengan sekali dusta saja sudah cukup untuk menyeret orang kafir yang tidak percaya ditahan dan dihukum mati. Dalam negara-negara Islam tidak ada keadilan yang bisa diperjuangkan bagi orang minoritas. Perkataan seorang non-Muslim tidak dapat mengancam seorang Muslim di Negara Islam. Ingat, menurut nabi Allah terakhir, Muhammad, berdusta terhadap kafir itu tidak diperhitungkan oleh Tuhan Allah Islam.

Situasinya sangat buruk, bahwa beberapa waktu yang lalu seorang pemimpin Roma Katolik Pakistan, bishop John Joseph, menembak dan membunuh dirinya sendiri sebagai protes terhadap hukuman mati yang dijatuhkan kepada seorang Kristen yang dituduh menghina Muhammad. Setiap tahun ada ratusan orang Kristen dan Hindu yang tak berdosa dihukum mati dengan tuduhan menghina nabi. Inilah wajah sesungguhnya dari cara pemujaan yang kejam terhadap Muhammad yang disebut Islam. Islam sepertinya kematian -- dan bukan kehidupan-- bagi orang yang tidak percaya. Kasus seperti itu tidak hanya terjadi di Pakistan saja, tetapi di semua Negaranegara dimana agama Islam berkuasa. Di Negara-negara Islam seperti Mesir, Indonesia, Pakistan, Banglades, Sudan dan lain-lain, adalah sudah biasa bagi pemuda Muslim menculik gadis-gadis Kristen dan Hindu dimata umum, gerombolan memperkosa mereka, dan kemudian menyebarkan cerita bahwa mereka telah beralih menjadi Islam. Gadis-gadis itu tidak lagi terdengar kasusnya. Pengaduan kepada polisipun akan sia-sia. Hal itu hanya akan mengundang tambahan ganguan dari polisi dan pejabat tinggi. Sesungguhnya keadaan buruk kaum minoritas di Negara-negara Islam lebih buruk daripada babi dan anjing. Kebesaran suatu agama dapat dilihat dari bagaimana keadaan hidup wanita dan kaum minoritasnya di daerah dimana agama tersebut itu berkuasa. Dan didaerah Islamnya Muhammad merupakan wilayah pelanggaran yang paling buruk. Nanti kita akan melihat bagaimana Islam memperlakukan pelecehan/ penyiksaan terhadap wanita. Kita akan melihat juga bagaimana Muhammad menganggap wanita tidak lain hanya objek sex dimana Allah terang-terangan menganggap mereka sebagai ladang yang bisa dibajak sesukanya.

Hal yang ketiga dimana ”Al-Taqiyah” datang dan berguna bagi orang Muslim adalah dengan membunuh ratusan orang “murtad” setiap tahun. Murtad adalah orang Muslim yang menyadari Kebenaran tentang Muhammad dan kemudian meninggalkan Islam. Biasanya orang-orang seperti ini akan lari jauh meninggalkan rumahnya. Maka keluarganya akan memasang iklan yang besar dan menyatakan “Semua telah dilupakan”, dan meminta kesediaan anaknya untuk kembali pulang. Bahkan mereka akan janjikan kebebasan beragama bagi anaknya. Tetapi apabila anaknya itu pulang, maka itulah neraka baginya (wanita jarang mendapat kesempatan untuk meninggalkan Islam) kecuali jikalau ia beralih kembali ke Islam. Sejarah sebagai saksi bahwa faktanya setiap tahun ratusan orang yang murtad, disiksa dan dibunuh oleh orang Muslim. Semuanya memakai muslihat ”Al-Taqiyah” dan menghormati pembunuhan, sebagaimana peraturan yang telah diletakkan nabi Muhammad, padahal orang Muslim menyatakan bahwa ”ia tidak pernah menyakiti seekor lalatpun”.

”Nabi berkata, ’apabila seorang Muslim meninggalkan agamanya, bunuh dia.” (Bukhari:V4B52N2600)

Terakhir ”Al-Taqiyah” dipakai orang Muslim untuk menyatakan bahwa Islam agama penuh damai. Orang Muslim siap untuk menyatakan kebohongan apapun, untuk mengelabui orang kafir (non-Muslim) supaya percaya bahwa Islam adalah agama damai. Tujuannya bagi orang kafir untuk mengurangi ketegangan dan menerima kehadiran orang Muslim. Sekali orang kafir itu menerima orang Muslim sebagai mana yang didustakan (seolah ia bagian dari kafir), disitulah dimulai kesempatan bagi orang Muslim memulai aksinya dan menunjukkan warna yang sebenarnya. Di Inggris Raya, satu dari tempat-tempat dimana orang Muslim sudah mulai menunjukkan warna yang sebenarnya. Sekarang ini mereka sudah mencapai populasi 5% di negara ini. Anda tidak perlu menjadi peramal untuk menyadari apa yang akan terjadi bilamana persentasi orang Muslim bertambah. Dan Amerika Serikat akan menjadi target berikutnya.

Sebagai kesimpulan, adalah penting sekali untuk memahami, bahwa umat Muslim dapat menggunakan penipuan untuk mengelabui orang-orang. Dan bahwa apa yang dikatakan aktivis Muslim dalam menyebarkan Islam, tidak selalu benar seluruhnya. [Dr. Patrick Sookhdeo, petobat dari Pakistan sampai berkata: “Much of what is said by Muslims about Islam to non-Muslims is likely to be untrue”, pada umumnya dusta]. Bilamana berurusan dengan umat Muslim, apa yang mereka katakan bukanlah pokok persoalan. Pokok persoalan yang sebenarnya adalah apa yang dimaksud dalam hatinya.

Tauhid – Kesatuan Muhammad dan Allah

Dalam konsep Islam, Tauhid menunjuk kepada kesatuan Allah dari Tuhannya orang Muslim. Orang Muslim menyatakan bahwa Allah tidak mempunyai sekutu (seperti dalam Allah Tritunggal Kristiani). Sayangnya, apabila kitabkitab Islam diperiksa dengan teliti, maka percayalah, bahwa Muslim akan menemukan sendiri bukti-bukti yang melebihi keraguan apapun bahwa Ketuhanan Islam sungguh adalah dualitas (dwitunggal). Ketuhanan Islam terdiri dari dua sosok: Allah yang dinyatakan Tuhannya Islam, dan tiruannya di dunia adalah Muhammad. Izinkan saya menjelas-kannya.

Di dalam Islam, Muhammad dan Allah adalah pasangan duo yang dinamis. Mereka sama sekali tidak dapat dipisahkan, seperti halnya Laurel & Hardy, atau Thomson & Thompson anak kembar dari keluarga Tintin. Muhammad dan Allah adalah Alpha dan Omega dari dunia Islam. Yang satu tidak dapat bertahan-hidup tanpa yang lain. Maka Muhammad dan Allah bersenyawa bersama dalam ikatan yang tidak dapat dipisahkan dalam Shahadat Islam.

Hal ini adalah kekuasaan dan otoritas yang dikuasai Muhammad semasa hidupnya, membuat Tuhan Allahnya Islam “super-sibuk” hanya untuk menyenangkan Muhammad dalam segala keinginannya:

Allah membuat barang-barang yang dicuri oleh Muhammad (di Alquran disebut barang jarahan/ rampasan) menjadi sah secara hukum. Allah membuat kesenangan-kedagingan Muhammad menjadi kesenanganNya. Allah membengkokkan semua peraturan-peraturan sehingga Muhammad dapat melakukan hubungan sex dengan wanita manapun yang dikehendakinya. [Allah harus menjadi mak comblang dadakan untuk  menceraikan pasangan orang lain agar istrinya bisa dinikahkan kepada Muhammad]. Bahkan Muhammad dapat mencabut ayat-ayat Alquran manapun yang ia rasa kurang tepat atau yang ia terlupa (ayat-ayat nasakh). Dan langkah Allah terakhir untuk mema-sangkan diriNya dengan Muhammad adalah dengan meletakkan nama Muhammad berjejeran dengan namaNya sendiri, sekaligus membuat Muhammad salah satu dari dua pilar Tauhid!

Kesatuan Muhammad dan Allah dalam Islam

Dasar dari kepercayaan Islam adalah Shahadat atau pernyataan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya (La Ilah Ila Allah, Muhammadur Rasul Allah). Inilah landasan dasar Islam. Tetapi sangat mengherankan bahwa ayat ini justru tidak terdapat di dalam Alquran yang menggabungkan kedua bagiannya dalam satu kalimat utuh. Umat Muslim sendirilah yang menggabungkannya dari ayat-ayat Alquran 37:35 dan 47:19 kepada ayat 48:29 supaya muncul sesuai dengan Shahadat Islam yang utuh.

Untuk menjadi seorang Muslim, orang yang bertobat ini harus mengucapkan dua-kalimat Shahadat dengan disaksikan oleh dua orang Muslim. Disini, jikalau sipetobat hanya membaca satu bagian kalimat Shaadat, maka ia belum dapat menjadikan dirinya Muslim. Untuk menjadi orang Muslim ia harus mengucapkan kalimat pertama dan kalimat kedua dari dua kalimat Shaadat secara bersamaan. Artinya bahwa, dengan hanya percaya belaka kepada Allah tidak menjadikan dia seorang Muslim. Ia harus juga percaya kepada Muhammad. Inilah wajib yang diperintahkan. Lebih jauh lagi, Orang Muslim bahkan bukan hanya percaya kepada Muhammad, tetapi juga harus mencintainya dengan sangat. Apabila seorang Muslim tidak mengasihi Muhammad, maka ia bukanlah Muslim. Di dalam Sunnah, Muhammad berkata kepada pengikutnya bahwa tak seorangpun mencapai Firdaus, kecuali dia (Muhammad) dikasihi lebih dari diri pengikutnya sendiri. Lebih lanjut, seorang Muslim harus mengasihi Muhammad dengan sangat sehingga ia harus siap bahkan membunuh orang tuanya, saudara kandungnya, anakanaknya dan suami/ istrinya demi mengutamakan Muhammad. Kalau tidak, maka Muslim yang tidak patuh harus memikul siksaan yang luar biasa yang telah disiapkan Allah baginya di dunia ini dan sampai di akhirat nanti...

Kita perlu mengetahui satu hal penting disini – Muhammad mengklaim bahwa Allahnya adalah Allah yang sama dengan Allahnya orang Yahudi dan Kristen. Tetapi untuk menjadi Yahudi, seseorang tidak diharuskan Tuhan untuk percaya kepada diri Musa sebagai nabi; untuk menjadi orang Kristen seseorang tidak diharuskan percaya kepada diri Petrus dan Paulus sebagai rasul. Tetapi untuk menjadi seorang Muslim seseorang harus percaya kepada diri [dan memuja dan mendoakan] Muhammad. Bila seseorang tidak percaya kepada Muhammad, ia bukan seorang Muslim betapapun ia telah percaya kepada Allah dan Alquran. Untuk menjadi Muslim seseorang memang mutlak wajib untuk percaya dan mengasihi Muhammad dengan segenap hati. Note: Dalam hal ini saya ingin bertanya kepada umat Muslim satu pertanyaan. Muslim menyatakan bahwa Islam adalah agama yang benar dan bahwa Adam, Abraham, Musa dan Yesus mereka semua Muslim. Lalu dapatkah umat Muslim katakan kepada saya bagaimana para nabi itu bisa menjadi Muslim? Apakah Adam, Abraham, Musa dan Yesus bisa dan mau percaya kepada Muhammad?

Kesatuan Muhammad dan Allah dapat dilihat dalam ayat-ayat Alquran, dimana Allah memperingatkan penyiksaan dan aniaya bagi umat Muslim bila siapapun diantaranya ada yang berani percaya kepada Allah tetapi tidak kepada Muhammad. Inilah ayat-ayatnya yang relevan:

”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan* antara Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengata-kan ’Kami beriman kepada yang sebahagian (dari rasul-rasul itu), dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.”

 (Surat 4:150-15, dengan catatan kaki dalam Alquran: *Maksudnya, beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya. Stressing “dan” oleh kami). Juga perhatikan puluhan ulasan ayat-ayat dalam Alquran yang memper-pasangkan kedua sosok, Allah dan rasul-Nya. Kesannya seakanakan terdapat semacam ketidakmampuan Allah tanpa rasul-Nya. Di bawah ini beberapa dari ayat-ayat itu:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surat 49:1)

”Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik , atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (Surat 5:33)

”Katakanlan: ’Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-oarang kafir.’” (Surat 3:32)

”Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (Surat 47:33)

”Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Surat 64:12)

Ayat-ayat ini membuktikan melebihi keragu-raguan apapun bahwa Rasul Allah setidak-tidaknya sepenting seperti halnya Allah sendiri, mungkin lebih.

Muhammad dan Allah adalah satu

Menurut kitab-kitab Islam, perintah-perintah Muhammad adalah sama dengan perintah-perintah Allah dan nama kedua-duanya terdapat sebelahmenyebelah dalam membuat keputusan seperti otoritas yang harus dipatuhi. Muhammad dan Allah memerintah bersama-sama. Pesan dari kitab-kitab Islam jelas seperti kristal, ”Patuh kepada Allah dan patuh kepada Muhammad”. Tauhid dari duet Muhammad dan Allah jelas dapat dilihat disini.

Alquran katakan bahwa semua hal diputuskan oleh Allah dan Muhammad bersama-sama dan tidak seorangpun dapat mempertanyakan keputusan itu:

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Surat 33:36)

Jadi menurut Alquran, Allahnya Islam membutuhkan pertolongan makhluk hidup untuk memutuskan sesuatu. Ia sendiri sesungguhnya tidak mampu dalam memutuskan sesuatu.

Alquran juga berkata, apabila umat Muslim mengasihi Allah maka ia juga harus mengikuti Muhammad dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Dengan perkataan lain, di dalam Islam, dosa diampuni dengan mengikuti Muhammad:

”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat 3:31)

Allah memberi hormat Muhammad

Sebagian besar orang akan sulit ipercaya bahwa ayat-ayat demikian itu ada, tetapi bukan di Hadits, bukan di Sunnah, tidak di Sirat, tetapi justru ada jelas di Alquran. Ya, Allah banyak berhutang budi kepada Muhammad sehingga Ia harus memberi hormat kepadanya secara khusus! Ayat itu berkata bahwa Allah menghormati Muhammad tetapi para pengintai dan konspirator menghormati Muhammad secara berbeda; pengintai dan orang yang berhati cabang akan menghadapi hukuman api neraka. . .

”Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam (salute, salam hormat) kepadamu dengan memberi salam (hormat) yang bukan sebaga i yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: ’Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?’ Cukuplah bagi mereka neraka jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Surat 58:8, penjelasan pentrjm).

Allah dan para Malaikat menyembah Muhammad

Agaknya, ayat yang paling kontroversial dan banyak diperdebatkan di kitabkitab Islam adalah ayat 33:56. Ayat ini berkata bahwa Allah dan Malaikatmalaikat- Nya menyembah / berdoa untuk Muhammad. Karena ayat ini sangat dirasa penting, saya akan memberikan beberapa terjemahan pakar tentang hal ini.

”Allah dan malaikat-malaikat-Nya memuji dan memujakan Nabi. Orang mukmin puji dan puja-lah dia dan panjatkan damai kepadanya dengan limpah.” (Qaribullah Quran 33:56)

”Allah bershalawat untuk Nabi demikian juga para malaikatNya (doa kepada Allah untuk memberkati dan mengampuninya). Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan Islamik kepadanya (salut seperti AsSalamu Alaikum).” (The Noble Quran 33:56)

”Allah dan malaikat-malaikat-Nya mengirim berkat kepada Nabi: Hai kamu yang beriman! Kirimkan berkat kepadanya, dan berilah salam penghormatan kepadanya dengan segala respek.” (Alquran Yusuf Ali 33:56)

Bahagian dari Alquran ini adalah salah satu yang banyak diperdebatkan. Para penterjemah telah memberikan pengertiannya masing-masing tentang ayat tersebut. Tetapi bagi Anda yang mengerti bahasa Arab, dapat menterjemahkan ayat ini dan mengeceknya sendiri. Dalam bahasa Arab sebuah perkataan dapat mempunyai beberapa arti. Tetapi konteksnya akan memberi arti yang tepat dari perkataan itu. Inilah terjemahan apa adanya yang sesuai dengan konteksnya untuk ayat tersebut :

“Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya mendoakan damai bagi Muhammad, semua orang beriman juga mendoa untuk dia dan mengangkat hormat (salute) kepadanya.”

Dalam konteks ini, terjemahan dari Qaribullah dan Hilali/Khan (The Noble Quran) lebih dekat dengan ayat asli dalam bahasa Arabnya. Dan karena pemujaan kepada Muhammad oleh Allah tidak mungkin dapat difahami dalam perspektif Islam, maka banyak penterjemah membiarkan masalah besar ini dengan menterjemahkan ungkapan ini sebagai “berkat” (blessings), padahal sesungguhnya ia seharusnya dimaknai “mendoakan damai” (prays peace) atau “memujakan” (venerates).

Terjemahan oleh Qaribullah ibarat memukulkan paku ke kepala. Dalam kumpulan kamus, arti ’veneration’ (pemujaan) adalah mengarah kepada “penyembahan”.

Sesuai dengan konteks Alquran, Allah dan Malaikat- Malaikat-Nya menyembah Muhammad.

Arti lain dari ungkapan ”memohonkan damai”, adalah sama dengan ungkapan untuk pemujaan. Pengertian yang terkandung dari ucapan “memohonkan damai” adalah ungkapan kepada yang dimuliakan sebagai tanda ”pembayaran atas kesetiaan” atau “penghormatan kepada” atau ”mengakui keunggulan seseorang atas dirinya sendiri.”

[Sebagai contoh, seperti ucapan “long live” yang disampaikan secara berlutut penuh hormat oleh rakyat China kepada Kaisar mereka dizaman dulu]. Itulah upacara pengakuan kesetiaan seorang budak kepada tuannya dibawah hukum feodal. Jadi mengambil terjemahan Qaribullah ini, Allah dan para Malaikat-Nya datang dibawah penguasaan Muhammad yang berakibat pada pelantunan “pembayaran penghormatan kepada yang dimuliakan”, mirip seperti budak raja-raja melakukan “salam long-live” kepada penakluknya.

Dalam setiap keadaan, Muhammad-lah Tuhannya dan Allah adalah subordinate-nya.

Sejumlah Muslim berusaha mendefinisi ulang perkataan dengan mengatakan bahwa maksud memohon bukan hurufiah berarti menjadi pemohon, tetapi sesungguhnya maksudnya adalah ucapan berkat, bahwa Allah menurunkan kebawah berkat-berkat-Nya.

Begitu banyak penterjemah telah menterjemahkan ungkapan ”memohon damai” sebagai ”berkat” untuk ayat Alquran 33:56. Masalahnya dengan penjelasan ini bahwa ada perkataan yang tepat untuk berkat dalam bahasa Arab, yaitu baraka, yang mana tidak muncul dalam kutipan ayat tersebut di atas. Sebaliknya, kata-kata yang digunakan dalam bagian-bagian ini adalah, salawatun, yusallii, yasalluna dan salluu, semuanya berasal dari kata aslinya salah.

 Dan perkataan salah artinya seseorang memohon atau meminta kepada Dewata, penekanannya selalu pada orang yang bermohon dan berdoa. (Lihat Appendix B untuk lebih mendetail tentang salah).

Kembali kepada topik aslinya, Alquran bicara tetang Allah melakukan ’doa’ kepada atau tertuju kepada Muhammad.

Jadi Allah sepenuhnya, berdoa KEPADA DIRINYA sendiri bagi nabi. Apabila Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya di sorga berdoa kepada nabi, dan di bumi umat Muslim berdoa pada nabi, maka Muhammad adalah pusat pemujaan di sorga dan di bumi. Inilah juga hasil kesimpulan pada beberapa para komentator intelektual. Maksud dari Alquran 33:56 adalah bahwa Muhammad menjadi pusat tujuan yang disembah. Hal ini tidaklah mengherankan bila Anda ketahui bahwa di setiap inskripsi Islamik, Anda akan membaca nama ”Allah” terletak sejajar dengan nama ”Muhammad.”


Pengaturan Muhammad adalah pengaturan Allah

Allah membuat kepatuhan umatNya terhadap Muhammad equivalent (senilai) seperti mematuhi diri-Nya sendiri. Dan Ia menempatkan ketaatan kepada diri-Nya sendiri sejajar dengan ketaatan kepada utusan-Nya. Allah menjanjikan pahala yang berlimpah bagi yang taat terhadap kedua sosok mulia ini, dan mengancam hukuman yang berat bagi para penentangnya. Allah membuat ini sebagai kewajiban mutlak untuk umatNya mematuhi hal-hal yang diperintahkan Nabi, serta menghindarinya untuk hal-hal yang dilarangnya.

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rusul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Surat 33:36)

Apa yang dilakukan Muhammad juga dilakukan Allah; Sampai-sampai pembunuhan yang dilakukan atau yang diperintahkan oleh Muhammad adalah pembunuhan Allah. Hal ini bukan berarti bahwa Muhammad seorang pembunuh, Allahlah pembunuhnya. Di dalam Alquran surat 8:17 kita baca:

”Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar . (Allah berbuat demikian untuk mem-binasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang muk’min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surat 8:17)

Di tempat lain di Alquran dikatakan bahwa bukanlah Muhammad yang meminpin serangan terroris tehadap orang kafir yang tidak percaya, tetapi Allah sendirilah yang memimpin beserta dengan para Malaikat-Nya.

Mematuhi Muhammad adalah mematuhi Allah

Alquran dan Sunnah menyatakan bahwa patuh kepada Muhammad adalah patuh kepada Allah (Surat 4:8) berkata kepada kita bahwa patuh kepada Muhammad adalah patuh kepada Allah. Alquran 48:10 berkata bahwa janji kesetiaan kepada Muhammad adalah janji kesetiaan kepada Allah. Inilah ayat-ayat bersangkutan:

”Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Surat 4:80) ”Bahwa orang-orang yang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (Surat 48:10)

 Selanjutnya Alquran 33:71 menyatakan bahwa patuh kepada Allah dan Muhammad adalah jalan yang pasti untuk diselamatkan dari api neraka.

”Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.( Artinya ia akan diselamatkan dari api neraka dan dilayakkan masuk sorga”. (Surat 33:71)

Dalam Shahih Bukhari kita baca bahwa siapapun yang patuh kepada Muhammad, patuh kepada Allah, siapapun yang tidak patuh kepada Muhammad berati tidak patuh kepada Allah, Diceritakan Abu Huraira: Bahwa (demikian) Rasul Allah berkata,

”Kita adalah yang terakhir tetapi akan yang terkemuka masuk Sorga.” Rasul menambahkan, Ia yang patuh kepadaku, patuh kepada Allah, dan siapa yang tidak patuh kepadaku, tidak juga patuh kepada Allah. Ia yang patuh kepada kepala, patuh kepadaku, dan ia yang tidak patuh kepada kepala, tidak patuh kepadaku. Imam adalah seperti tempat perlindungan bagi barangsiapa yang menyelamatkan umat Muslim, harus berperang dan dimana mereka harus mencari perlindungan. Apabila Iman perintahkan mereka dengan kebajikan dan mengatur secara adil, maka ia akan mendapat pahala untuk hal itu, dan apabila ia melakukan yang sebaliknya, ia akan bertanggung-jawab untuk hal tersebut.” (Shahih Bukhari, V4, B52, N204) Diceritakan Abu Hurairi: Rasul Allah berkata,

”Barangsiapa patuh kepadaku, patuh kepada Allah, dan siapapun tidak patuh kepadaku, tidak patuh kepada Allah, dan barangsiapa patuh kepada penguasa yang kutunjuk, patuh kepadaku, dan siapapun tidak patuh kepadanya, tidak patuh kepadaku.” (Sahih Bukhari V9, B89, N251) Hal tersebut di atas membuat pikiran kita was-was. Apakah Allah = Muhammad dan Muhammad = Allah? (Atau Muhammad adalah inkarnasi Allah seperti yang namun dinafikannya tentang Isa Al-Masih?)

Mengganggu Muhammad sama dengan mengganggu Allah

Di Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa apabila seseorang mengganggu Muhammad, hal tersebut seperti halnya ia mengganggu atau menghina Allah. Penegasan menghina atau mengkritik (bahkan sedikit) Muhammad sesungguhnya serupa untuk merendahkan derajat Allah, Ia mengatur hukuman mengerikan bagi mereka yang berani sesukanya mengucapkan perkataan apapun yang mungkin menyerang Muhammad.

Dalam Surat 33:57, Allah mengutuk mereka yang mengganggu Muhammad; Ada hukuman penghinaan bagi yang mengganggu Muhammad (termasuk hukuman mati bagi yang menghujat Muhammad).

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Surat 33:57)

Surat 49:2 memerintahkan orang untuk tidak mengangkat suaranya di atas suara Muhammad; jangan berteriak kepadanya; hal itu sama dengan berteriak kepada Allah. Selanjutnya surat 49:3 berkata Allah memaafkan mereka yang berbicara kepada Muhammad dengan suara yang rendah.

“Hai orang-orang yang biriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (Surat 49:2) “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Surat 49:3)

Disinilah bagaimana orang Kristen dan orang Yahudi menerima hukuman Islam, bilamana berani mencaci-maki Muhammad, walau sedikitpun. Jikalau mereka mencaci-maki Muhammad, mereka sesungguhnya mencaci-maki Allah. Hal ini menjelaskan mengapa ada huru hara penghancuran di dunia Islam ketika orang kafir berani mempublikasikan beberapa kartun tentang Muhammad. Apa yang dilakukan oleh pembuat kartun tidak dapat dimaafkan oleh Muhammad yang berakhir pada tidak termaafkan oleh Allah yang merasa direndahkan.

”Ibn Kinana berkata di Al-Mabsut bahwa setiap orang Yahudi atau Kristen yang mencaci-maki Rasul dapat dibakar oleh Imam. Bila ia mau ia dapat membunuhnya dan kemudian membakar tubuhnya. Bilamana ia mau ia dapat membakarnya hidup-hidup.” ”Abu’l Mus’ab berkata, ’Seorang Kristen dibawa kepadanya yang berkata, ’Bagi orang yang memilih Isa (Yesus) melebihi Muhammad’. Ada perbantahan tentang dia didepan saya. Jadi saya memukulnya sampai membunuhnya, atau ia hidup sehari semalam. Saya perintahkan seseorang untuk merarik dia dari kakinya dan membuangnya atas tumpukan tahi hewan dan kabut memakannya.”

Petikan kutipan dari sumber Islam yang asli dapat menjelaskan mengapa para Jihadis di Irak membunuh orang-orang kafir Amerika dan membakar mereka, kadang-kadang sesudah dipenggal kepalanya. Ini adalah sumbangan Allah bagi orang Kristen yang berani menolak Muhammad dan pesan sucinya.

Barang rampasan Muhammad adalah barang rampasan Allah Istilah barang rampasan di dalam kitab-kitab Islam menunjuk kepada barang-barang curian seperti harta kekayaan, binatang dan gadis-gadis yang diperoleh semasa serangan. Allah membenarkan barang rampasan untuk Muhammad, dan Muhammad bebas untuk menyerang setiap kafilah, perkampungan atau kota yang ia kehendaki demi harta dan wanita. Inilah ayat-ayat Alquran dimana Allah menuntut seperlima bagian dari barang rampasan (yang disita selama terjadi serangan) bagi diri-Nya dan (!) Muhammad. Ya, jadi sesuai dengan Alquran, Allah bukan saja menjadi terroris seperti Muhammad, Ia juga seperti pencuri dan penjarah ala Muhammad. Lihat, betapa Allah menuntut bahwa bagian barang rampasan diperuntukkan kepada Allah dan Rasul-Nya secara bersama-sama, (namun tidak diketahui untuk apa dan kemana bagian uang yang seharusnya dibagikan Muhammad kepada Allahnya, sehingga ada orang yang menduga bahwa Muhammad mengkorupsi bagian jarahan Allahnya, tetapi toh Allah happy- happy saja atasnya):

”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orangorang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Surat 59:7)

 ”Ketahuilah, sesungguhnya apa saja dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak Yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa, yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Surat 8:41)

Muhammad dan Allah mempunyai selera yang sama

Keinginan keinginan Muhammad dan kesukaan Allah merujuk kepada kesamaan yang aneh. Muhammad senang wanita, begitu juga Allah. Muhammad menyenangi parfum, juga Allahnya. Ada Hadits yang menyatakan bahwa pada hari Kebangkitan Allah akan memakai parfum yang sangat kuat untuk menghadirkan rasa penasaran Muslim. Orang Muslim akan mengenal Allah dari parfum Nya yang sangat menyenangkan itu. Ibn Sa’d menulis bahwa Muhammad menyenangi tiga barang duniawi: parfum, wanita dan makanan. Ia mendapatkan wanita dan parfum tetapi tidak mendapatkan makanan (Ibn Sa’d, diterjemahkan oleh S. Moinul Haq, 1972 hl. 1.469). Ibn Sa’d bahkan menulis bahwa Muhammad dikenal dari parfumnya apabila ia keluar dari tempat tinggalnya – tepat seperti cara Allah akan dikenal apabila Ia keluar dari tempat kediaman-Nya. (Ibn Sa’d. Tjmhn. S. Moinul Haq, 1972 hl. 1.470). Imam Ghazali, yang posisinya menurut banyak umat Islam dianggap setingkat dibawah Muhammad, menulis tiga jenis barang yang disenangi Muhammad: parfum, wanita dan berdoa (Ghazali, Tjmhn Fazl-ul- Karim hl. 2.27). Ghazali juga menulis bahwa pada Hari Kebangkitan, Allah akan memakai parfum yang keharumannya akan mengalahkan keharuman dari kesturi (Ghazali, Tjmhn. Fazl-ul- Karim p. 4.322). Seperti halnya Muhammad, Allah terobsesi dalam pembiaran para wanita menjadi obyek sex, dan memenuhi keinginan nafsu berahi Muhammad sampai tak terbatas. [Allah masih membatasi jumlah istri Muslim, tetapi tidak ada apapun yang dikenakan bagi batas-batas nafsu berahi Muhammad, baik terhadap jumlah dan umur istri, selir, budak dan perempuan yang menawarkan dirinya]. Di dalam kitab-kitab Islam, penting untuk diketahui betapa Allah telah menetapkan perempuan-perempuan muda, cantik menarik, dan sexy bagi pasangan Muhammad, termasuk perhatian kususNya terhadap bagian bagian tertentu dari tubuh wanita. Kita harus memahami sikap haus seks dari orang-orang Arab Badui terhadap wanita, kalau kita harus menilai kepedulian Allah terhadap bagian-bagian tubuh wanita. Tidaklah heran bilamana Allah dan Muhammad memiliki selera yang sama, sebab bagai-manapun juga sebenarnya sejarah, kultur dan bahasa Allah dan Muhammad telah terintegrasi dengan Arabia.

Menolak Muhammad dan Allah, berakhir pada Neraka

Percaya kepada Muhammad dan Anda akan masuk Sorga, dan kalau tidak maka Allah akan mengirim Anda ke Neraka. Di bawah ini dikutibkan beberapa contoh ayat yang dimaksud.

”Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang menyala-nyala.” (Surat 48:13) ”Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang-orang yang pincang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barangsiapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.” (Surat 48:17)

Di dalam Hadits Sahih Bukhari berikut ini dipastikan kepada kita melebihi keraguan apapun, bahwa siapapun yang percaya Allah dan Muhammad akan masuk ke Sorga. Diriwayatkan Abu Said Al-Khudri: Nabi berkata, ”Orang-orang di Sorga akan melihat kepada penghuni rumah mulia yang besar (yaitu tempat yang luar biasa di Sorga) dengan cara yang sama seperti seseorang melihat bintang yang cemerlang jauh di sebelah Timur atau di Barat di kaki langit; Semuanya itu karena keunggulan atas satu dengan yang lain (dalam upah).” Atas hal tersebut orang berkata, ”Oh Nabi Allah! Apakah rumah yang besar dan agung itu untuk para nabi, yang mana tidak seorangpun dapat mencapainya? Nabi menjawab, “Tidak! Demi Allah dimana hidupku ada ditangan-Nya, semuanya itu bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan juga beriman kepada Rasul-Nya.” (Sahih Bukhari, V4, B54, N478)

Allah kerepotan demi mau menyenangkan Muhammad dengan mati-matian

Jangan emosi bila Anda membaca judul tersebut di atas. Bukanlah tugas Muhammad untuk menyenangkan Allah, melainkan sebalik-nya – Allah-lah yang kerepotan untuk menyenangkan Muhammad. Apabila Muhammad perlu membebaskan diri dari para penentangnya, melakukan perkosaan, berbuat perzinahan, merampas kafilah atau perkampungan, menyita tanah atau barang-barang, melanggar sumpah atau janji, atau berdusta dan menipu, maka Allah segera harus membisiki ayat kepada Muhammad. Hanya Muhammad seorang yang dapat mendengar bisikan tsb yang dikatakannya wahyu dari Allah. Menurut Surat 33:51, Muhammad dapat merubah sistim bergiliran sex nya dengan 9 – 11 istri-istrinya sebagaimana dikehendakinya; ia bebas untuk melakukan seks dengan wanita siapa saja yang sudah dipisahkannya/  diceraikan sebelumnya. Allah membengkokkan semua peraturan-Nya demi menyenangkan Muhammad.

“Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (istri-istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang sudah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengatuhi apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (Surat 33:51)

Urgensi Allah untuk menyenangkan Tuan Muhammad itu pernah dikemukakan oleh istrinya Aisha yang berkata dengan menyindir, “Oh Rasul Allah! Saya tidak melihat, tetapi (yang kulihat) bahwa Tuhanmu tergesa-gesa dalam menyenangkan kamu.” Diriwayatkan oleh ayahnya Hisham: Khaula Binti Hakim adalah salah satu dari wanita yang memberikan dirinya kepada Muhammad untuk dinikahi. ‘Aisha berkata, “Tidakkah merasa malu seorang wanita memberikan dirinya kepada seorang pria?” Tetapi ayat turun dan berkata: ”(Oh Muhammad) Anda dapat menangguhkan (giliran menggauli) siapapun dari mereka (istriistrimu) yang kamu kehendaki,” (Surat 33:51) muncul, “Aisha berkata, ’Oh Rasul Allah! Saya tidak melihat, tetapi bahwa Tuhanmu tergesa-gesa mau menyenangkan kamu’” (S.Bukhari, V7, B62, N48) Alquran berkata bahwa Allah begitu mencintai Muhammad sehingga Ia mengampuni selurh dosa masa lalunya, sekarang dan yang akan datang. Hal ini berarti bahwa sesudah dosa-dosa masa lalu dan sekarang, kini Muhammad diizinkan Allah melakukan dosa-dosa/ kejahatan/ pembunuhan/ merampas/ memperkosa, apapun yang dikehendakinya. Tidak diperlukan perasaan berdosa yang mendalam, apapun kejahatan yang direncanakan untuk dilakukan Muhammad. Allah Yang Maha Kuasa, Ia sendirilah sebagai Penjamin untuk pengampunan-Nya.

”Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.” (Surat 48:2)

Sahih Muslim berkata bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosa masa lalu dan yang akan datang dari Muhammad; hal ini karena Muhammad sangat takut kepada Allah, Umar b. Abu Salama melaporkan bahwa ia bertanya kepada Rasul Allah: Apakah seseorang harus puasa berciuman (terhadap istrinya)? Rasul Allah berkata kepadanya: Tanyalah kepadanya (Umm Salama). Ia (Umm Salama) memberi-tahukan kepadanya bahwa Rasul Allah melakukannya, ketika mana iapun berkata: Rasul Allah, Allah mengampuni semua dosa-dosamu, di waktu yang lalu dan juga yang terakhir. Atas hal tersebut Rasul Allah berkata: Demi Allah, diantara kita, akulah orang yang sangat ditilik Allah, dan aku takut kepadanya lebih dari engkau semuanya. (Sahih Muslim, Buku 006, no.2450. Darimana ia tahu ia yang paling takut akan Allah, sementara Allah melihat hati, bukan lahiriah?) Dalam Alquran, ada beberapa ayat-ayat yang dituliskan seperti hal tersebut, dimana Allah dengan cepat-cepat membisikkan ayat-ayat untuk membantu Muhammad pada saat kepepet. Salah satu contoh terbaik, yaitu kejadian dimana salah satu dari isteri Muhammad memergoki Muhammad sedang berhubungan sex di tempat tidurnya (istrinya) dengan seorang budak perempuan (akan di-diskusikan kemudian). Tetapi Allah cepat-cepat menurunkan ayat yang dapat membebaskan Muhammad dari semua dosanya. Allah juga menurunkan ayat-ayat apabila Muhammad membutuhkan pembebasan diri dari para penentangnya, kesulitannya, atau segala perbuatan dosanya, tetapi yang khusus tidak mendapat alasan yang layak untuk melakukannya. Semuanya itu diberikan dengan baik di dalam Sunnah Islam.

Apakah Muhammad Allah?

Hal ini membawa kita kepada pertanyaan yang sangat penting, Apakah Muhammad Allah? Marilah kita tinjau kembali apa yang sudah kita diskusikan sejauh ini, untuk melihat apakah assumsi kita mendapatkan sesuatu?
* Tanpa percaya kepada Muhammad tidak mungkin seseorang menjadi Muslim.
* Nama-nama Allah dan Muhammad praktis selalu bersamaan di dalam Alquran.
* Allah dan Muhammad selalu memutuskan semua masalah bersama-sama.
* Bila seseorang jadi pengikut Muhammad, Allah akan menghapus dosadosanya.
* Allah memberi hormat/ kemuliaan kepada Muhammad.
* Allah dan para Malaikat-Nya memuja Muhammad.
* Dalam Islam, nama-nama ”Muhammad” dan ”Allah” diletakkan sejajar.
* Pengaturan Muhammad adalah pengaturan Allah.
* Mematuhi Muhammad adalah mematuhi Allah
* Tidak mematuhi Muhammad adalah tidak juga mematuhi Allah.
* Mengganggu Muhammad adalah juga mengganggu Allah.
* Barang rampasan Muhammad adalah juga barang rampasan Allah.
* Muhammad dan Allah mempunyai selera yang sama. Kedua-duanya senang akan parfum, wanita dan bahagian-bahagian tubuh pribadinya.
* Allah kerepotan mati-matian untuk menyenangkan Muhammad. Jadi, apakah Muhammad Allah? Ataukah ia seseorang lebih besar dari Allah? Kebenarannya dapat ditemui di dalam kitab-kitab Islam yang terdapat dalam Sunnah.

Kebenaran tentang Allah dan Muhammad

Bukanlah hal yang mengherankan bahwa perkataan “Allah” bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh Muhammad atau yang muncul pertama kali di Alquran. Ada beberapa Sunnah Hadits dimana umat Muslim dapat menemukan bahwa para pagan (penyembah berhala) bersumpah di dalam nama Tuhan yang sama, yaitu – Allah. Pada saat Muhammad mendapat kunjungan pertama dari ‘sosok yang tidak dikenal’ (yang kelak dinyatakan sebagai Malaikat Jibril) dalam Gua Hira, dan kemudian berlari pulang kepada istrinya Khadijah yang menghiburnya dengan berkata,

“Tidak pernah! Demi Allah, Allah tidak pernah mempermalukan kamu”.

 Perhatikan bahwa ia (Khadijah) memakai perkataan “Allah”. Bagaimana Khadijah yang adalah seorang Kristen mengetahui tentang nama Allah, sedangkan Muhammad belum pernah membicarakan nama ini kepadanya? Begitupun ’sumber yang tidak diketahui’ (Jibril) tidak berbicara tentang Tuhan yang “Allah” itu kepada Muhammad? Jadi bagaimana Khadijah bisa tahu nama dari Tuhan Muhammad yang akan datang? Kita mengetahui kebenaran tentang Allah dari buku-buku Sunnah teristimewa pada bagian-bagian yang menceritakan tentang kehidupan di Arabia sebelum kelahiran Muhammad. Kebenarannya adalah bahwa “Allah” sudah cukup dikenal sebagai tuhannya orang Mekkah.

Muhammad sendiri adalah penyembah Allah.
Semua buku-buku Sunnah berkata bahwa ayah Muhammad yang bernama Abd-Allah, yang berarti budak Allah. Dan siapakah Allah itu? Perkataan ”Allah” datang dari perkataan Arab yang senyawa dengan ’al-ilah’, yang berarti “the god”, murni istilah Arab yang dipakai dalam referensi kepada dewatanya orang Arab. Nama Allah dipakai sebagai nama pribadinya dewa bulan. Allah, dewa bulan, menikah dengan dewi matahari. Bersamasama mereka melahirkan tiga dewi, yang disebut ”anak-anak perempuan Allah” dengan nama Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat. Allah dan ketiga anak perempuan-Nya dianggap sebagai tuhan-tuhan yang ”tinggi”. Mereka dipandang sebagai kepala kumpulan dari semua dewa Arab. Ensiklopedi dari World Mythology and Legend (I:16) menyatakan kepada kita bahwa bersamaan dengan Allah, orang-orang Arab menyembah tuhan-tuhan yang lebih kecil dan ”putri-putri Allah”. Cendikiawan ternama Timur Tengah, H.A.R. Gibb menyatakan bahwa alasan mengapa Muhammad tidak pernah menjelaskan tentang siapakah Allah di dalam Alquran, karena para pendengarnya sudah mendengar tentang Allah, jauh sebelum Muhammad lahir (Mohammedanism: A History Survey, New York: Mentor Books, 1955, p.38). Dr. Arthur Jeffery, salah satu dari sarjana terkemuka Barat tentang Islam dari jaman modern dan guru besar dari Studi Islam dan Timur Tengah di Universitas Columbia, mencatat: ”Nama Allah, sebagaimana Alquran sendiri saksikan, sudah dikenal sebelum Islam Arab. Sesungguhnya, ‘Allah’ dan bentuk feminimnya, Allat, tidak jarang ditemukan di antara nama-nama ketuhanan dalam prasasti Afrika Utara”. (Islam: Muhammad, and His Religion, New York: The Liberal Arts Press, 1958, p.85) Suku Quraisy yang Muhammad berasal, terutama setia kepada Allah, Dewa bulan, teristimewa kepada ketiga putri Allah, yang dipandang sebagai perantara antara umat dan Allah.

Sirat-Rasul-Allah dan Sejarah Islam oleh Tabari, dua dari buku-buku terpenting Sunnah yang melukiskan secara detail tentang Islam dimasa pra-Islam, betapa para penyembah berhala Arab menyembah Allah dewa Bulan dengan berdoa berkiblat ke Mekkah beberapa kali sehari; ziarah ke Mekkah, berlari mengelilingi kuil dari Dewa bulan yang disebut Kabah; mencium batu hitam (jatuhan meteor); membunuh seekor binatang untuk dikurbankan kepada Dewa bulan; melempar batu kepada iblis; berpuasa untuk bulan yang dimulai dan diakhiri dengan bulan sabit; memberikan sedekah kepada orang miskin, dan sebagainya.

Semuanya ini sudah berjalan berabad-abad sebelum kelahiran Muhammad.

Pada saat Muhammad tampil kepanggung, ia mulai proklamirkan dirinya sendiri sebagai nabi Allah. Dalam masa-masa pemberhalaan ini, orang-orang dari Yaman umumnya menyembah sosok dewa yang lain, yang bernama Ar- Rahman. Muhammad, untuk beberapa saat, mengambil nama Ar-Rahman sebagai Tuhannya. (Hari ini umat Muslim secara keliru mengklaim bahwa Ar- Rahman adalah salah satu dari 99 nama-nama Allah). Namun, usaha ini mengalami kegagalan. Pada saat Muhammad menyatakan dirinya sendiri sebagai utusan Ar-Rahman, maka penduduk Mekkah, dalam keadaan sangat ragu-ragu, terlalu enggan untuk menerima Tuhannya yang baru ini. Jadi Muhammadpun sedikit melicinkannya secara politis; agar tidak membentur terlalu keras perahunya ke batu karang. Karenanya; pada akhirnya ia memilih Allahnya orang-orang pagan ini sebagai Tuhan, dengan pengecualian bahwa Allahnya adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Tuhannya Muhammad ada saingannya, mulai dari berhala-berhala lokal yang ada, dan putri-putrinya Allah, Manat, Al-Uzza dan Al-Lat, sampai kepada Yahweh, Tuhannya orang Yahudi dan Kristen. Dengan demikian, dengan memilih “Allah” sebagai satu-satunya Tuhan, Muhammad secara cerdik menyingkirkan saingan tuhan-tuhannya pagan yang bernama sama. Sudah jelas ini adalah gerakan kelicikan, karena; para penyembah berhala dengan mudah dapat menerima Allah, karena mereka toh sudah menyembah-Nya sebagai dewa yang tertinggi. Apalagi Muhammad mempertahankan hampir semua upacara penyembahan berhala mereka dan dimasukkan sebagai ritual Islam, sampai lambang-lambang para penyembah berhala juga dipegang secara utuh.

Apakah mengherankan bahwa lambang Islam adalah bulan sabit? Bahwa bulan sabit duduk di atas mesjid-mesjid dan menara-menara? Bahwa bulan sabit terdapat di bendera-bendera bangsa/ Negara-negara Islam? Bahwa umat Muslim berpuasa sebulan yang dimulai dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit di langit? Umumnya umat Muslim tidak mempunyai gagasan apa itu artinya bulan sabit.

Padahal Bulan sabit adalah lambang Allah-Bulan dari tuhannya orang Arab yang dibajak Muhammad untuk memulai agama baru.

Amandemen penting lainnya yang ia lakukan adalah bahwa nama Muhammad harus dipanggil apabila nama Allah disebut.

Dengan melakukan hal tersebut Muhammad membuat namanya tertanam tak terpisahkan dengan nama Allah. Untuk menjadi orang Muslim, menurut syarat Muhammad, seseorang harus juga menegaskan kerasulan Muhammad – sebagai utusan Allah yang terakhir. Memproyeksikan dirinya sendiri sebagai rasul Allah, mengizinkan Muhammad mempunyai kontrol atas setiap kehidupan orang dengan mengatakan bahwa ia adalah wakil Tuhan, dan apa saja yang ia katakan adalah apa yang Tuhan perintahkan. Untuk memegang setiap orang di bawah kontrol, Muhammad memproyeksikan Tuhannya Muslim (Allah) sebagai tyrant, yang menuntut umat Muslim dan semua orang lainnya menyerahkan diri kepada Muhammad. Dengan melakukan hal tersebut, ia menjadi juru-bicara dan Allah menjadi bonekanya. Muhammad mendapatkan apa yang ia inginkan dengan memakai nama Allah. Dan ia lakukan itu dengan sangat efektip, khususnya dalam hal mendapatkan harta dan wanita. Beberapa ayat-ayat Alquran yang cocok dengan situasinya muncul untuk memberikan kekayaan dan seks yang sangat dibutuhkan Muhammad. Seseorang yang menolak memenuhi apa yang ia inginkan disembelih, kalau tidak dibunuh secara tipu-daya. Beberapa insiden semacam itu telah tercatat di dalam koleksi Sunnah. Akan tetapi ada masalah pokok dalam naskah ini. Allah tidak pernah berbicara. Jadi hal tersebut diserahkan kepada umat Muslim untuk mengikuti perintah-perintah Muhammad yang menjadi juru-bicara Allah, berperan seakan Allah berikan. Jadi orang-orang Mekkah mulai membuat lelucon tentang dia. Untuk memberi bobot terhadap agamanya, Muhammad menyatakan bahwa Tuhannya Islam adalah juga Tuhannya orang Yahudi dan orang Kristen. Tetapi orang Yahudi dan orang Kristen sangat menolak untuk percaya tukang obat ini. [Sampai hari inipun, Muslim masih percaya kepada tukang obat ini yang berkata bahwa Tuhan mereka pas sama, padahal Tuhan keduanya berbeda langit dengan bumi!]. Dan orang Yahudi dan orang Kristen diharuskan untuk membayar ketidakpercayaan ini dengan hidupnya.

Muhammad menganiaya, merampas, menjarah dan membunuh ribuan orang Yahudi dan orang Kristen semasa hidupnya. Pembunuhan orang Kristen dan orang Yahudi berlanjut sampai pada hari ini di Negara-negara yang mayoritas penduduknya umat Muslim.

Wanita-Wanita yang Dimiliki Muhammad Makin diketahui umum, Muhammad memiliki kelemahan besar tentang wanita. Apabila ia melihat wanita cantik, ia tidak dapat mengotrol dirinya. Ia gila tentang seks. Dalam Sunnah ahadith, kita temukan orang Yahudi mengkritik nafsu besar Muhammad tentang wanita, dikatakan bahwa ia tidak ada kerjaan lain kecuali mengambil wanita Sejak poligami dipraktekkan di dalam Kitab Perjajian Lama, seperti yang dilakukan oleh Abraham sebagai kepala keluarga, fakta polos belaka tentang kasus Muhammad yang memiliki istri lebih dari satu belumlah cukup untuk merendahkan status kenabiannya yang dia klaim. Hal tersebut hanya memiliki nilai historis untuk mencoba memahami Muhammad sebagai seorang laki-laki. [Tetapi hak-hak dan kelainan-kelainan poligaminya dan perlakuannya terhadap wanita itulah yang ikut menyeret pribadinya sebagai teladan moral dan kenabian bagi wanita]. Dimulai dengan Surat 4:3 yang membatasi setiap suami Muslim beristri hingga 4 orang, padahal Muhammad melanggarnya sendiri:

”Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Surat 4:3)

Allah lewat Alquran berkata, mengambil lebih dari empat istri oleh seorang Muslim adalah perbuatan dosa. Tetapi Tuhannya Islam siap membelokkan peraturan-Nya untuk Muhammad lebih jauh lagi (ini adalah pertama kali tercatat dalam sejarah dimana Tuhan siap membengkokkan peraturan-Nya untuk kesenangan kedagingan seseorang). Muhammad diberikan hak istimewa untuk memiliki istri berapapun, tanpa batas, ditambah boleh melakukan seks dengan budak-budak, tanpa batas, ditambah dengan tidur dengan wanita lain yang mau menyerahkan diri kepadanya, semalam atau seterusnya. (Catat, bahwa pelimpahan hak istimewa Allah ini kepada Muhammad hanya didengar oleh Muhammad sendiri). Akibatnya Muhammad melanjutkan kawin-mawin secara pelesiran bahkan sampai lanjut usia. Para sarjana Muslim dan negarawan Ali Dashti memberikan daftar berikut dari 22 wanita dalam kehidupan Muhammad. Dashti mendasari banyak dari daftar sebelumnya yang tercantum dalam Sejarah dari Al- Tabari vol.9 hal. 126-241. Berikut ini daftar dari 16 istri-istrinya:
1) Khadijah
2) Sawdah
3) Aisha
4) Umm Salamah
5) Hafsah
6) Zaynab (bint Jahsh)
7) Juwayriya
8) Umm Habiba
9) Safiya
10) Maymunah (bint Harith)
11) Fatimah
12) Hend
13) Asma (bint Saba)
14) Zaynab (bint Khuzaymah)
15) Habla
16) Asma (bint Noman)

Para sarjana berkomentar bahwa Ali Dashti kehilangan sedikitnya sembilan nama istri-istri lainnya! Zaynab bint Jahsh adalah istri dari anak angkat Muhammad, yang dinikahi Muhammad (sebegitu cerainya terjadi) lewat pewahyuan yang Allah tergesagesa memberikannya (Surat 33:36-38). Fakta latar-belakangnya bahwa Muhammad mengambil dia (yang ex-menantu) secara mendadak bagi dirinya sendiri, menjadi masalah bagi banyak orang, termasuk umat Muslim. Aisha berusia 6 tahun waktu dinikahi Muhammad. Ia membawanya ketempat tidur dalam usianya 9 tahun dan Muhammad 56 tahun. Menurut Sunnah, Aisha masih suka bermain boneka. Gambaran nafsu berahi seks seperti inilah yang menjadikan kejijikan terhadap klaim kenabian Muhammad. Aspek tentang kehidupan pribadi Muhammad adalah sesuatu yang banyak diabaikan oleh para sarjana, sekali lagi karena mereka tidak ingin menyakitkan perasaan umat Muslim. Namun, sejarah tidak dapat ditulis kembali untuk menghindari fakta-fakta bahwa Muhammad mempunyai hasrat yang tak wajar terhadap gadis-gadis kecil.

Disamping istri-istrinya, Muhammad mempunyai dua orang budak seks atau gundik, dengannya Muhammad sewaktu-waktu menyalurkan nafsu seks nya secara tetap. Keduanya adalah

1) Mary (Coptic)
2) Rayhana Mary, beragama Kristen dari Mesir, menolak menikah dengan Muhammad karena dia tidak mau meninggalkan kekristenannya dengan memeluk Islam.

Dia dengan berani dan mantap tetap memilih sebagai budak ketimbang beralih agama [dengan mendapat status “Ibu Orang Percaya”. Tentu saja hal ini berkaitan dengan pandangannya bahwa Muhammad bukan teladan moral dan bukan Nabi Tuhan yang sebenarnya]. Masih ada empat wanita lain yang dicatat dalam Sunnah, yang statusnya bukan-istri bukan pula gundik bagi Muhammad, tetapi mereka adalah wanita Muslim yang taat, yang “memberikan” diri mereka sendiri demi memuaskan sesaat hasrat seks Muhammad. Dan Muhammad tidak menolak satupun dari mereka.

1) Omm Sharik
2) Maymuna
3) Zaynab (wanita ketiga)
4) Khawla

Terlepas dari semua perempuan di atas, Muhammad memperkosa pula sejumlah perempuan-perempuan muda. Allah Alquran mengizinkan Muslim memiliki gundik-gundik dalam jumlah tak terbatas dan melakukan hubungan seks dengan para budak yang diistilahkan sebagai “wanita yang dimiliki pada tangan kanannya”. (Surat 23:5-6; 33:50,52; 4:24; 70:29-30) Mereka adalah para budak dan para perempuan yang ditangkap semasa serangan dilakukan terhadap kafilah-kafilah dan perkampungan-perkampungan. Setiap kali melakukan serangan ke perkampungan, Muhammad bertindak biadab

(Ingat Muhammad melakukan 86 kali penyerangan pada kafilahkafilah dan perkampungan-perkampungan).

Dia mengambil bagi dirinya tawanan wanita yang tercantik. Apabila dia puas sesudah menidurinya semalam, diambilnyalah perempuan itu dan dijadikan istrinya; kalau tidak memuaskan, maka dijualnya menjadi budak. Yah, playboy Islam yang menjijikkan. Sebaliknya, ada pula banyak wanita yang menolak Muhammad. Muhammad pernah minta menikahi Ghaziyyah karena kecantikannya, tetapi ditolaknya (Al-Tabari vol.9 hl.136). Layla menepuk bahu Muhammad dari belakang dan meminta supaya Muhammad menikahinya dan Muhammad menerima. Tetapi orang-orangnya Layla berkata: ”Sungguh itu suatu perbuatan buruk yang kamu lakukan! Anda adalah seorang wanita terpandang, tetapi nabi itu adalah seorang pengejar wanita. Usahakan pembatalan dari dia. Layla kembali kepada Muhammad dan meminta untuk membatalkan pernikahan itu.” (Al-Tabari vol.9 hl.139, lihat betapa masyarakat sezamannya tahu apa yang kini disembunyikan Muslim!). Muhammaad juga berniat menikahi Jamrah binti Al-Harith. Ayah wanita itu membohonginya dan berkata bahwa anaknya sedang menderita sesuatu, demi untuk menolak Muhammad (Al- Tabari vol.9 hl.139). Nabi juga berniat menikahi Duba’ah binti Amir dan Umm Habib binti al-Abbas, tetapi keduanya memberikan pernyataan maaf dan berbalik pergi. Terdapat juga dua kanak-kanak lain yang ingin Muhammad nikahi kalau mereka menginjak dewasa, tetapi Muhammad keburu meninggal sebelum hasratnya dilaksanakan. Dokumentasi tentang semua wanita di tempat kediaman Muhammad telah ditulis sangat banyak di Sunnah, sehingga hanya para cendikiawan yang buta dapat mengabaikan pokok tersebut.

Tabiat Asli Muhammad: Kelainan yang Korup

Umat Muslim senang mengatakan bahwa Muhammad adalah ”nabi yang suci”, menikahi banyak wanita hanya karena berbelas kasihan. Hal itu tentulah jauh dari benar. Sebahagian besar dari istri-istrinya diperolehnya dari tawanan perang dan masih muda-muda, mengagumkan, dan dalam masa usia ranum yang sebaik-baiknya. Muhammad menikahi mereka karena mereka adalah seks bombshell (daya pikat seks yang meledakkan mata) dan Muhammad berhasrat untuk meniduri mereka, sama sekali bukan untuk mengasihani mereka! Sejauh berbicara soal wanita, Muhammad sesungguhnya tidak mengenal belas kasihan. Berikut ini adalah apa yang terus terang dikatakan Muhammad tentang wanita dan pernikahan. Nabi berkata bahwa,

 ”Wanita dapat dinikahi demi agama, karena kekayaannya, atau karena kecantikannya. Karena itu nikahilah satu demi agama” (Abu Issa al-Tarmidi, Sunan al-Tarmidi, Medina n.d., hl.275, B:4, H: 1092). Karena itu, menurut nabi Islam, seorang wanita adalah salah satu makhluk yang harus dijadikan sasaran untuk bertobat jadi Muslim, atau dinikmati angsa emasnya (kekayaannya), atau dijadikan permainan seksual. Faktorfaktor lain tidak terlalu menjadi persoalan bagi Muhammad [Seperti yang terlihat dalam tradisi dan sirat, ketika memutuskan untuk mengambil seseorang wanita atau menolaknya, Muhammad umumnya hanya melihat fisik dan mendengar sedikit laporan tentang latar belakang siperempuan (seperti agama, suku, status/ kekayaan keluarga) dari perempuan yang ada didepan matanya itu, lihat contoh Juwairiya dibawah ini]. Dan kalau Muhammad merekomendasikan Muslim untuk menikahi ”satu wanita untuk agama”, apakah artinya itu? Artinya adalah memakai institusi pernikahan untuk memurtadkan wanita non-Muslim kepada Islam. Sekarang Anda mengetahui mengapa begitu banyak kaum pria Muslim menikahi wanita non- Muslim, hanya demi dapat merubah mereka jadi Muslim. Hal ini juga menunjukkan betapa tingginya Islam menilai kesuciansebuah institusi pernikahan Islam. Sekarang sudahkah jelas betapa korupnya pandangan yang dimiliki Muhammad mengenai wanita dan pernikahan? Lihat, Muhammad menikahi Khadijah karena kekayaannya. Ia adalah wanita kaya. Muhammad menikahi Aisha yang berumur 6 tahun karena badannya yang lincah, padat dan lembut. Muhammad menikahi istri anak angkatnya karena kecantikannya. Dan ia menikahi wanita lainnya demi memenuhi hasrat campuran antara seksual dan agama. Adakah keragu-raguan tentang hal tersebut sekarang? Kita akan mendiskusikan beberapa insidennya yang menunjuk kepada tabiat bejad sehubungan dengan para istrinya.

Juwairiya
Bagaimana nabi mendapat wanita Yahudi Juwairiya ini? Ibn Aun meriwayatkan: Saya menulis surat kepada Nafi dan Nafi menjawab surat saya, menyatakan bahwa nabi sekonyong-konyong menyerang bani Mustaliq tanpa peringatan, ketika mereka sedang lengah dan ternak mereka sedang diberi minum ditempat yang ada airnya. Pengawal mereka dibunuh, kemudian para wanita dan anak-anak mereka ditawan; nabi mendapat Juwairiya hari itu....” (Bukhari 3.46.717). Insiden yang sama terdapat juga di Shahih Muslim 019.4292. Muhammad mengirim salah satu sahabatnya; Bareeda bin Haseeb, untuk mengamat-amati Bani al-Mustaliq dan sesudah menilai situasinya, maka ia perintahkan pasukannya untuk menyerang. Umat Muslim datang keluar dari Madina pada Shaban kedua dari 5 A.H. dan berkemah di Muraisa, suatu tempat yang jaraknya sekitar 90 mil dari Madina. Juwairiya adalah salah satu yang ditawan sewaktu penyerangan Banu Mustaliq. Pada saat semua tawanan dijadikan budak dan dibagikan diantara kelompok prajurit Muslim yang menang, Juwairiya jatuh pada undian dibawah kewenangan Thabit bin Qais. Ia adalah anak perempuan dari Haris, pemimpin suku. Juwairiya merasa kebingungan dan malu melihat dirinya dijadikan budak tentara Muslim. Karenanya ia mohon kepada Thabit untuk membebaskannya, dengan cara membayarkan uang tebusan. Thabit setuju, asalkan dia dapat membayar kepadanya 9 Auqias emas. Juwairiya tidak memiliki uang tunai bersamanya. Dia berusaha mendapatkan uang tebusan itu melalui beberapa sumbangan, dan sehubungan dengan hal tersebut, Juwairiya juga ingin mendekatkan dirinya kepada Nabi Suci. Ia berkata kepadanya,

”Oh Nabi Allah! Saya adalah anak perempuan dari Al Haris bin Zarar, ketua dari orang-orang ini. Tuan ketahui bahwa suatu kebetulan bahwa rakyat kami telah menjadi tawanan dan kami jatuh pada bahagian Thabit bin Qais dan saya telah memohon kepadanya kiranya saya dapat dibebaskan sehubungan dengan status saya, tetapi permohonan saya ditolak. Sudilah kiranya bermurah hati dan menyelamatkan saya dari penghinaan ini.” Nabi Suci itu tergerak, dan bertanya kepada wanita tawanannya, apakah dia mau sesuatu yang lebih baik. Wanita itu bertanya, apakah maksudnya itu? Nabi berkata bahwa ia bersedia membayarkan tebusannya dengan cara menikahinya sekiranya ia mau. Wanita itu setuju akan gagasan tersebut. Maka Nabi yang Suci membayar nilai tebusan itu dan menikahinya.”

Perhatikan gambaran ini, pertama-tama ”Nabi Suci” menyerang penduduk tanpa peringatan karena mereka adalah target yang mudah ditaklukkan dan adalah orang-orang kaya. Seperti biasanya, ia membunuh orang-orang yang tidak bersenjata, menyita barang-barang mereka, dan menjadikan sisa mereka sebagai tawanan budak. Dia yang meri-wayatkan berkata: ” Menurut praktek pada umumnya, semua tawanan dijadikan budak dan dibagikan kepada kelompok pasukan Muslim yang menang.” Praktek pada umumnya? Bukankah Muhammad datang sebagai NABI untuk menunjukkan jalan yang benar? Mengapa dia mengikuti praktek umum yang jahat terhadap orangorang yang tidak bersalah? Dengan apa yang telah dilakukannya, dia telah memberikan teladan dengan meneruskan praktek umum yang jahat ini, menjadi patokan praktek umat Muslim selamanya. Yang meriwayatkan berkata bahwa setelah melihat Juwairiyah, ”Nabi tergerak”. Saya kira gerakan terjadi oleh karena organ lelakinya, sedangkan hatinya kelihatannya tetap dingin dan tidak bergerak. [Hati yang tergerak welas asih akan memberi tanpa mengambil, tetapi Nabi telah berjual-beli dalam kesempitan seseorang perempuan yang tak berdaya didalam tangannya]. Sekalipun umat Muslim menamakan bahwa itulah pernikahan, saya katakan itu perampasan dan pemerkosaan.

Safiyah
Safiyah seorang wanita cantik Yahudi berusia 17 tahun, ditawan pada saat pasukan Muhammad menyerang Kheibar. Ia adalah anak perempuan Huyeiy ibn Akhtab, kepala dari Banu Nadir, suku Yahudi di Medina, yang Muhammad penggal kepalanya dua tahun sebelumnya bersama orang-orang dari Banu Quraiza. Suku Banu Nadir telah dibuang dari Madina dan harta milik mereka telah disita. Safiyah telah menikah dengan Kinana sepupunya, yang adalah seorang anak muda Yahudi pemimpin dari Kheibar. Di saat Muhammad menyerang benteng mereka, ia membunuh orang-orang yang tidak bersenjata dan menangkap sisanya. Seorang pengkhianat Yahudi -- demi untuk mendapat-kan kebaikan Muhammad agar dibebaskan dari kematian -- berkata kepada Muhammad bahwa Kinana adalah bendaharawan kota dan ia ada menyembunyikan uang dalam puing-puing reruntuhan. Maka Muhammad memerintahkan untuk menganiaya Kinana sampai mendapatkan sesuatu informasi daripadanya tentang harta tersebut, dan lalu membunuhnya. Kemudian Muhammad bertanya siapakah wanita yang tercantik diantara para tawanan tersebut, agar diperhadapkan kepadanya. Ibn Ishaq menulis: ”Nabi menduduki benteng Yahudi satu demi satu, dan berlalu samil membawa para tawanan. Diantara mereka adalah Safiya, istrinya Kinana, pemimpin Khaibar, dan dua orang sepupu perempuannya. (adik-adik Kinana). Nabi memilih Safiya untuk dirinya, sedangkan para tawanan lainnya disalurkan ke umat Muslim lainnya. Bilal membawa Safiya kepada nabi, dan mereka melewati beberapa mayat orang Yahudi di jalan. Para kerabat wanita Safiya meratapi dirinya serta menaburi debu di kepala mereka. Tatkala nabi Allah mengamati adegan ini, iapun berkata ’Enyahkan perempuan-perempuan setan ini dari hadapanku’. Tetapi ia perintahkan Safiyah agar tinggal, dan melemparkan jubahnya atas dia. Maka orang-orang Muslim tahu bahwa ia telah mencadangkan wanita itu bagi dirinya. Nabi menegur Bilal dan berkata, ’Apakah kamu kehilangan semua perasaan belas kasihan, dan membuat wanita-wanita itu melangkahi mayat-mayat para suaminya?” Safiyah dibawa ke tenda Muhammad dan Muhammad ingin melakukan hubungan seks dengannya pada malam itu juga, hanya beberapa jam sesudah suaminya dianiaya sampai mati.

Ia menolak rayuan Muhammad. Malam itu Abu Ayyub al-Ansari mengawal tenda Muhammad. Muhammad melihat Abu Ayyub berjalan-jalan kesana-kemari, ia bertanya kepadanya apa sebabnya; dan pengawal menjawab: ” Saya kuatirkan engkau tentang wanita muda itu. Engkau telah membunuh ayahnya, dan suaminya dan banyak dari keluarganya, saya sungguh mengkhawatirkan dirimu tentang hal tersebut. (Ibn Ishaq, p.766). Pada keesokan harinya Muhammad menutupi Safiyah dengan mantelnya, sebagai tanda bahwa wanita itu menjadi miliknya. Safiyah didandani dan dipersiapkan bagi Muhammad oleh Umm Sulaim, ibunya Anas ibn Malik, lalu dibawakan kepada Muhammad yang menikahinya dengan upacara pernikahan pura-pura (basa-basi), yang telah diperkosanya malam sebelumnya. Muslim menyebut hal itu sebagai pernikahan. Saya sebutkan itu pemerkosaan. Saya yakin tidak banyak wanita muda yang mau langsung terjun keranjang, tidur dengan seorang pria tua pembunuh ayah, suami dan keluarganya yang lain. Wanita yang malang itu tidak ada pilihan lain; karena itu pernikahan tersebut bukan apa-apa, melainkan suatu penghinaan terhadap lembaga suci. Pada waktu itu usia Muhammad menjelang 60 tahun.

Rayhanah
Korban lain oleh Muhammad adalah Rayhanah, seorang gadis muda Yahudi berusia 15 tahun dari suku Banu Quraiza. Muhammad melakukan pembunuhan besar-besaran atas semua laki-laki suku ini, kemudian para wanitanya di bawa kepada Nabi yang memilih Rayhana. Rayhana tidak pernah menikah dengan Muhammad, tidak seperti Juwairiyah dan Safiyah, ia tidak pernah berpura-pura menjadi Muslim demi mendapatkan kemudahan hidup. Rayhanah lebih memilih menjadi budak seks ketimbang menjadi istri dari seorang pembunuh ayah, saudara-saudara dan paman-pamannya.

Mariyah, Kristen Mesir
Berikutnya adalah perbuatan skandal sex Muhammad yang memalukakan dengan Mariyah, Kristen Mesir. Ia adalah seorang pembantu dari salah seorang istri-istri Nabi. Muhammad tidur bersamanya tanpa basa-basi apapun, sehingga terjadi kegaduhan diantara seluruh istri-istrinya, dan akhirnya diselesaikan dengan “campur tangan Ilahi”. Cerita ini dicatat di Hadits asli yang dilaporkan oleh Umar. Pada suatu hari Muhammad pergi ke rumah istrinya Hafsah (anak perempuan Umar), dan melihat pembantunya Mariyah yang cantik. Ia menyuruh Hafsah ke rumah Umar dan menyampaikan bahwa ia (Umar) mau bertemu dengan dirinya. (Muhammad membohongi Hafsah supaya ia dapat kesempatan dengan Mariyah). Pada saat Hafsah pergi, Muhammad membawa Mariyah ketempat tidurnya Hafsah dan bersetubuh dengannya. Sementara itu Hafsah menyadari bahwa ayahnya tidak mengharapkan untuk bertemu dengan dia, maka iapun kembali lagi ke rumah lebih cepat, dan ... menemukan suaminya yang termasyhur itu berada di tempat tidur nya dengan pembantunya. Ia menjadi histeris dan lupa ia sedang berada di lingkungan nabi, berteriakteriak yang memalukan. Nabi memohon kepadanya agar tenang dan berjanji tidak akan tidur dengan Mariyah lagi dan mohon kepada Hafsa untuk tidak membuka rahasia tersebut kepada siapapun juga. Bagaimanapun juga, Hafsa tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dan menyampaikan hal tersebut kepada Aisha dan bersama dengan istri-istri lainnya, mereka menentang nabi sehingga menyebabkan amarah nabi. Karenanya, nabi mengambil keputusan menghukum mereka semua dan tidak mau tidur lagi dengan para istrinya selama sebulan. Memisahkan para istri dari hubungan seksual adalah hukuman tahap kedua yang direkomendasi Alquran 4:34: Hukuman tahap pertama adalah menasihati/ memperingatkan, tahap kedua mencabut hubungan seksual, dan tahap ketiga menghukum dengan pukulan. Sudah jelas apabila seorang pria memutuskan untuk menghukum istrinya dengan mencabut hubungan seks, ia dapat memuaskan dirinya dengan istrinya yang lain. Tetapi kemarahan Muhammad begitu memuncak sehingga ia bersumpah tidak akan tidur dengan SEMUA istri selama sebulan. Hal tersebut sudah jelas akan membawa penderitaan besar bagi Rasul yang dikasihi Tuhan (dan dia dipastikan akan kalah). Karena itu Tuhan dengan belas kasihan-Nya datang membantu nabi dengan menurunkan Surat 66. Dalam ayat Surat ini Allah menegur Muhammad karena sikapnya yang keras atas dirinya sampai-sampai mencabut dirinya dari apa yang sesungguhnya disenanginya. Padahal itu telah dibuat sah bagi dirinya, demi menyenangkan para istrinya. Inilah teks Alquran 66:1-5,

1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafsah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahu-kan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu Hafsah bertanya: ”Siapakah yang telah memberitahukan kepadamu?” Nabi menja-wab: ”Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
4. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu’min yang baik; dan selain dari itu Malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
 5. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.”

Sekalipun Muhammad berjanji kepada Hafsah, tidak akan melakukan hubungan seks lagi dengan pembantunya (Mariyah), namun ia tidak dapat menolak pencobaan. Khususnya sekarang, tatkala ia terlanjur berjanji tidak akan tidur dengan semua para istrinya. Ini adalah kondisi yang sulit baginya, dan hanya Allah yang dapat menolongnya. Yah, tampaknya tidak ada yang mustahil apabila Anda adalah nabi Allah. Serahkan masalah kedalam tangan Yang Maha Kuasa, dan biarkan Dia menyelesaikan semuanya. Dan itulah yang terjadi sesungguhnya pada Muhammad. Maka Allah sendirilah yang campur tangan dan memberikan kepadanya lampu hijau untuk mengikuti hasrat hatinya. Dalam Alquran surat 66, Allah menganugerahkan pembbasan kepada nabi kesayangan-Nya yang tidak perlu merisaukan para istrinya. Apa lainnya yang dapat dimintakan lebih oleh sang nabi? Allah sungguh peduli dengan masalah yang menyangkut kesenangan nafsu lahiriah Muhammad. Alhamdulillah! Sabhanallah. Tidakkah Allah besar? Perlu disebutkan disini, bahwa Muhammad yang kemudian tahu bahwa Hafsah membocorkan rahasia itu kepada Aisyah, lalu berbohong kepadanya seolah-olah Allah-lah yang memberitahukan hal itu kepadanya. (ayat 3) padahal sesungguhnya ia mengetahuinya dari Aisyah. Tetapi karena bukan Muhammad yang menulis Alquran, melainkan Allah, maka Allah itulah yang berdusta untuk nabi-Nya! [Ini bukan satu-satunya Allah berdusta bagi Muhammad, lihat pendustaan lainnya dalam surat 8:43, dimana lewat mimpi Allah mendustakan jumlah musuh yang sebenarnya kepada Nabi agar hatinya tidak ciut berperang] Memberi reaksi atas ayat-ayat aneh tersebut di atas, Aisyah -- yang bukan saja muda, cantik dan pintar – tetapi juga berani berkata pedas kepada Muhammad, ”Tuhanmu sungguh terburu-buru datang membantu kamu!” Cerita tersebut di atas tentu telah mempermalukan pengikut-pengikut Muhammad betapapun mereka mencoba mengabaikan ayat-ayat Alquran yang sudah dijelaskan oleh Umar. Ada beberapa Muslim yang berkata bahwa hadits-hadits tentang tingkah laku Muhammad dengan Mariyah itu, telah dipalsukan dan ditambah kemudian. Faktanya bahwa insiden ini dilaporkan bukan oleh orang luar, tetapi oleh semua penulis Sunnah yang terbaik, termasuk Ibn Sa’d di dalam Tabaqat dan juga oleh Waqidi, satu dari dua sejarahwan Islam yang paling awal. Alasan sesungguhnya tentang tuduhan pemalsuan sejarah hanyalah karena Muslim merasa malu tentang tindakan nabi mereka. Bagaimanapun, Hadits-Hadits yang berkisah tentang pemergokan sex-affair Muhammad oleh Hafsah adalah kisah yang cocok dengan latar belakang kenapa ayat-ayat Alquran yang menghebohkan diatas itu perlu diturunkan. Itu cocok dengan common sense dan cocok dengan keburukan sexual yang dilakukan Muhammad.

Muhammad, Jawara Hak-Hak Wanita?
Banyak para cendikiawan Muslim yang menyatakan dihari-hari ini, bahwa Muhammad adalah seorang pejuang hak-hak wanita, yang bertanggungjawab membawa persamaan hak di antara kaum wanita di Arab. Bagi mereka yang tidak mengetahui bagaimana pejuang hak-hak wanita itu, bahwa pejuang tersebut pertama-tama haruslah seseorang yang menjunjung tinggi nilai wanita secara persisten, sensitif terhadap perasaan mereka, dan memperlakukan mereka dengan respek dan martabat yang tinggi. Ada pihak yang tak berani berterus terang berkomentar, tetapi tentu sebagian besar harus menyatakan bahwa Muhammad adalah juara atas hak-hak wanita. Mereka menyatakan bahwa Nabi juara pergerakan yang memberi wanita hak perlindungan dan respek dalam kebudayaan “jahiliah” yang tadinya memperlakukan mereka sebagai orang yang tanpa entitas. Tetapi apakah itu benar? Apakah itu dan bagaimana buku-buku internal Islam sendiri menggambarkan Muhammad? Kita akan mendiskusi dua aspek dari sudut Muhammad dan Islam: * Apakah Muhammad bertanggungjawab membawakan persamaan hak diantara kaum wanita dan meningkatkan status wanita di Arab? Atau apakah dia merendahkan kedudukan mereka di masyarakat? * Bagaimanakah perasaan Muhammad tentang wanita dan hak-hak mereka?

Wanita dalam masa pra Islam Arab Perlu dicatat bahwa ada bias-Islamik dalam pengistilahan kepada periode waktu sebelum kedatangan Islam. Muslim menggambarkan waktu itu sebagai Jahiliya yang artinya jaman kebodohan atau kegelapan. Peng-istilahan seperti itu tentu saja sudah mendiskreditkan apapun yang terjadi dizaman pra-Islam, termasuk kehidupan moral, agama dan kemartabatan wanita didalam kehidupan sosial. Sejarah pra-Islam Arab memang miskin karya tulisan, sehingga praktis semuanya disalurkan lewat oral, kecuali sebagian puisi mereka yang menghidupkan Islam. Jadi bagaimanakah sebenarnya kehidupan wanita Arabia sebelum Islam? Apakah seburuk yang digambarkan Islamist hari-hari ini? Dan hal-hal penting apakah yang dilakukan Muhammad dan Islam dalam meningkatkan status wanita sebagaimana yang diklaim para apologet Muslim? Ataukah kaum wanita Muslim malahan lebih buruk kondisinya sesudah Islam? Untuk menemukan jawaban kita perlu melihat sumber sejarahnya, yang menggambarkan kehidupan diseputar masa Muhammad. Ada dua sejarawan Islam yang terkenal, Ibn Ishaq dan al-Tabari yang melukiskan pelbagai peristiwa tentang kehidupan wanita di Arab sebelum Islam. Menurut ”Sirat Rasul Allah” oleh Ibn Ishaq, yang diterjemahkan oleh Muhammad b. Yasr, bahwa ada begitu banyak suku-suku yang mendiami Arabia sebelum keberadaan Muhammad. Suku-suku ini mempunyai tabiat dan budaya yang berbeda-beda. Di beberapa suku, wanita mempunyai kedudukan yang rendah, sedang disuku-suku yang lain, para wanitanya menikmati banyak kebebasan dan kemandirian yang mana justru kemudian dikekang oleh pemberlakuan hukum-hukum Islam yang ditegakkan oleh Muhammad dan pengikutnya. Pada halaman 59 dari “Sirat”, diceritakan kisah tentang seorang wanita bernama Salma d. ’Amr. Disebutkan bahwa dalam kedudukannya diposisi yang tinggi di antara kaumnya, dia akan menikah dengan syarat bahwa dia harus tetap mempertahankan kontrol atas pekerjaan dan urusannya. Apabila dia tidak senang terhadap pria tersebut, dia dapat meninggalkannya. [Wow! Tidakkah sikap kemandirian dan tuntutan ini tidak terjadi dikalangan wanitawanita yang “sudah ditingkatkan” Muhammad dan Islam?]. Pada halaman …, seorang wanita melamar menikah dengan Abdullah: “Apabila Anda mau mengambil saya, anda dapat mengambil (dari saya) untaunta sebanyak yang anda rasa telah berkorban.” Kalau perempuanperempuan pra-Islam semacam ini hanyalah budak belaka (tidak mandiri) tanpa hak-haknya, tentulah mereka ini tidak mungkin memiliki unta-unta, dan merekapun tidak diizinkan melamar pria untuk pernikahannya. Pada banyak Negara-negara Islam hari-hari ini, wanita justru tidak dapat menikah tanpa seizin dari seorang wali pria. Sampailah contoh kepada Khadijah, istri Muhammad yang pertama. Khadijah, istri Muhammad pertama, adalah seorang pedagang yang kaya yang mempekerjakan beberapa orang pria padanya. Muhammad mulai bekerja padanya sebagai karyawan dan akhirnya Khadijah melamar untuk menikahi Muhammad. Dan selama pernikahannya dengan Khadijah, Muhammad tidak mengambil wanita lain sesukanya. Alasannya jelas. Muhammad hidup seperti parasit pada kekayaan Khadijah dan kalau dia menikah lagi maka Khadijah pasti akan mencabut hak waris Muhammad atas kekayaannya. Pada halaman 313 kita diberitahukan bahwa sebelum turunnya wahyu, Muhammad tidak pernah menentang Khadijah. Khadijah tidak seperti tertindas atau menjadi wanita yang tidak berharga! Anehnya dan liciknya, para Islamist justru selalu mengutip mana Khadijah untuk dijadikan model kemandirian wanita Islam dan sebagai pejuang hak-hak wanita. Tetapi yang tidak mereka kutib adalah fakta bahwa sebagian besar masa kehidupannya, adalah masa sebelum hukum Islam diberlakukan. Dengan perkataan lain, kemandirian Khadijah yang disebutkan diatas adalah praktis kemandirian sebelum Khadijah menjadi Muslim! Berikutnya, pada “Sirat” halaman 73 kita diberitahukan bahwa Abdul Muttalib mengetahui bahwa hari kematiannya sudah dekat, maka ia memanggil keenam anak-anak perempuannya dan berkata kepada mereka: ”Gubahlah syair perpisahan bagiku agar supaya aku dapat mendengarkan apa yang kalian mau bacakan sebelum aku mati.” Jikalau anak-anak perempuan itu dipandang rendah pada masa itu, mengapa orang laki-laki ini meminta mereka semua menggubah syair pujian sebelum kematiannya? Apalagi meminta mereka membacakan kata-kata pujian didepan publik? Hari-hari ini bahkan sebagian besar wanita Islam tidak diperkenankan menghadiri suatu pemakaman umum. [Harap diketahui bahwa pada suku dengan tradisi yang sangat merendahkan perempuan, mempunyai 6 putri dan dibiarkan hidup semuanya adalah tidak lazim karena menyangkut keaiban keluarga dan sukunya]. Pernah terjadi perselisihan dua orang pria (halaman 196) ... tentang seratus ekor unta, dan mereka menunjuk seorang wanita peramal sebagi wasit, dan wanita itu memberikan keputusan tentang masalah tersebut layaknya seperti seorang hakim. Namun sampai pada tahun 2005 para Islamist masih menuntut bahwa wanita tidak layak untuk menjadi hakim dan kesaksian mereka dinilai setengah dari keputusan kaum pria. Pada halaman 665 kita diberitahukan bahwa Muhammad mengirim Zaid dengan paksa untuk menyerang dan merampas suku B.Fazara. Zaid membunuh beberapa dari mereka dan menangkap lainnya sebagai tawanan, dan diantara mereka terdapat seorang perempuan tua bernama Umm Qurfa. Ia perintahkan seorang anak buahnya untuk membunuh perempuan itu dengan cara yang kejam: ia mengikatkan setiap kakinya pada unta yang berbeda yang dilarikan pada rah yang berlawanan sehingga orang yang sial itu tercabik terbelah dua. Perempuan ini memiliki posisi yang terhormat di antara kaumnya, sehingga ada ungkapan diantara lingkungannya yang berkata: ”Sekiranya anda memiliki kuasa lebih dari Umm Qirfa maka anda tidak dapat berbuat apa-apa lagi.” Mengapa Zaid merasa begitu terancam oleh perempuan tua itu, sehingga ia melaksanakan hal yang begitu kejam itu? Bukankah karena dia sangat dihargai oleh kaumnya sehingga Zaid mau memberi contoh kepada kaumnya, agar wanita Muslim jangan mempunyai gagasan untuk menuntut status dan penghargaan yang bukan-bukan? Pada halaman 651 kita diberitahukan tentang khotbah Muhammad mengenai wanita:

”Engkau memiliki hak atas istri-istrimu dan mereka mempunyai hak atas engkau. Engkau mempunyai hak agar mereka tidak mengotorkan tempat tidurmu dan agar mereka tidak berkelakuan tidak layak secara terbuka. Bilamana mereka melakukannya, Allah mengizinkan engkau memisahkan kamar mereka dan memukul mereka tetapi tidak kekerasan. Apabila mereka menahan diri dari hal-hal tersebut, mereka mendapat hak untuk makanan dan pakaian dengan sebaiknya. Berilah amanat kepada wanita secara baik, karena mereka adalah orang tawanan bersamamu yang tidak mempunyai kontrol atas pribadi mereka.”

Dewasa ini, Muslim tidak mengubur kehidupan anak-anak perempuan mereka secara jasmani; mereka menguburkan mereka hidup-hidup dalam pengertian sosial dan intelektual. Para orang tua lebih menghendaki laki-laki, dan perempuan mendapat pendidikan yang kurang dan mereka dibatasi dalam setiap aspek kehidupannya. Jadi benarkah Islam membebaskan degradasi wanita sedunia? Kebenarannya adalah justru bahwa sebelum masa Muhammad, sebagian besar suku-suku masih menjunjung tinggi kesosokan wanita. Mereka tidak dianggap sebagai binatang dalam rumah tangga yang bisa dipukul, atau sebagai anjing dan keledai najis, ladang yang dibajak sekehendak hati, atau pabrik yang mempro-duksi bayi, atau sijahat yang namun terpaksa diperlukan, budak yang tak boleh gentayangan sendirian, objek pemuasan seks penghibur kaum pria, atau anggota harem yang dijejalkan sesuka jumlahnya. Adalah Muhammad yang mengajukan gagasan-gagasan tersebut melalui Alquran dan Sunnah. Keadaan wanita pada waktu itu adalah lebih baik daripada wanita Muslim pada hari ini. Namun para apologist Islam melukiskan Jahiliya dalam kegelapan demi menjelaskan pandangan Muhammad yang menyesatkan tentang wanita. Semasa Jahiliya setiap orang dari agama yang berbeda dapat hidup dengan damai satu dengan yang lain. Adalah sesudah Muhammad membentuk Islam, maka Arab berusaha untuk menaklukkan dunia bagi Islam. Tidak diragukan bahwa di masa Jahiliya pasti adalah sorga bagi orang-orang Arab, dibandingkan dengan apa yang ditawarkan Islam hari-hari ini.

Pandangan Allah Tentang Wanita Menurut Allah, wanita adalah seperti ladang tanah yang patut dibajak oleh pria. Tanah yang telah dibajak adalah ladang yang siap untuk diolah. Istilah ladang ini dikaitkan langsung dengan arti seksual di dalam ayat-ayat Alquran. Dalam bahasa Inggris umum, artinya wanita adalah objek seksual yang diciptakan Allah untuk memuaskan kaum pria, dengan demikian mereka dapat memuaskan diri menurut cara dan keinginannya. Alquran berkata,
”Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (Surat 2:223)

Dapatkah Anda bayangkan “Tuhan” dari alam semesta ini memberi pernyataan seperti itu dalam pewahyuan seri terakhirnya bagi manusia? Juga dikatakan, bahwa Allah, Tuhannya alam semesta memberitahukan Muslim agar jangan memperkosa budak-budak atau memaksa budak-budak mereka ke dalam pelacuran. Tetapi apabila mereka melakukannya juga (memperkosai budak-budak atau memaksakan mereka ke pelacuran), maka hal itupun tidak menjadi kesalahan bagi Muslim, karena Allah adalah murah hati dan Ia Tuhan pengampun atas mereka.

”Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan siapa yang memaksa mereka, maka  sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa.” (Surat 24:33b)

(Pikirkanlah bahwa Muhammad menyatakan bahwa Allah adalah sama dengan Tuhannya orang Yahudi yang menyatakan ’janganlah engkau membunuh, janganlah engkau berzinah.’ Tetapi kenapa Tuhannya orang Yahudi tidak memformulasikan perintahNya menjadi: Janganlah kamu membunuh. Tetapi jikalau kamu lakukan Tuhan Maha Pengampun. Janganlah kamu berzinah, tetapi jikalau kamu lakukan, Tuhan mengampuni...dst.)

Berikutnya Allah menyatakan bahwa laki-laki memimpin atas perempuan dan memerintahkan laki-laki untuk mendisiplinkan para wanita mereka dengan memberi kekerasan dan rasa takut.

”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kamu wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh , ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawartirkan nusyusnya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka. (Surat 4:34)

Dalam ayat-ayat berikutnya Allah menyatakan bahwa untuk wanita, yang melakukan eksplorasi seksual macam apapun maka ia dapat dihukum mati. Sedangkan bagi laki-laki, perbuatan yang tak wajar apapun, diampuni oleh kasih karunia Allah.

”Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. Dan terhadap dua orang (laki-laki) yang melakukan perbuatan keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesung-guhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Surat 4:15-16)

Yah sesungguhnya inilah Allah Maha Pengasih, Pejuang dan Pembela Agung hak-hak wanita yang sempurna, yang namun memilah-milah pria terhadap wanita ketika menghukum keduanya. Berikutnya Allah di dalam Alquran menyatakan bahwa wanita tidak bersih dan kotor (melebihi kotoran). Mohon dicatat bahwa itu adalah ucapan si Pencipta alam semesta, termasuk pencipta wanita.

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Surat 4:43)

Yah, murni menurut Allah, saudara-saudara Muslim yang perempuan, dan ibunya dan anak-anak perempuannya adalah lebih buruk dari kotoran. Sebab jikalau terjadi sentuhan terhadap mereka, maka Anda harus mencuci tangan Anda dengan air atau tanah untuk membersihkannya. Pada umumnya di dalam Islam, kesaksian dari empat orang diwajibkan dalam mendakwa kejahatan seseorang. Tetapi Allah Yang Maha Kasih membuat amandemen disini bagi suami-suami yang menaruh syak wasangka. Allah memberikan kepada para suami suatu persetujuan illahiah, sehingga dengan mudah ia dapat menyalahkan para istrinya dan akhirnya menghukum mereka sampai mati, yaitu hanya dengan menyatakan sumpah empat kali berturut-turut bahwa tuduhan itu benar. Sebaliknya, wanita Islam tidak memiliki hak tersebut.

”Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.” (Surat 24:6)

Jadi bagi saudara-saudara Muslim, yang mungkin merasa lelah karena ulah istri-istrinya dan mulai melirik beberapa stok yang lebih muda, Anda dapat menggunakan Alquran surat 24:6 untuk melicinkan jalanmu dari stok tuatua. Ada sejumlah ayat-ayat Alquran yang seperti itu yang mana Tuhannya Islam nyata-nyata merendahkan wanita. Bagi Allah, wanita tidak lebih hanya sebagai objek seksual, untuk dinikmati lelaki, dan sebagai pabrik memproduksi bayi yang akan melipat gandakan lebih banyak Islamist untuk mengadakan lebih banyak gerakan Jihad Islam terhadap dunia. Itu tadi semua adalah gagasan Allah bagi wanita. Kini mari kita lihat apa yang dikatakan Muhammad sebagai jawara dan pembela hak-hak wanita tentang wanita.

Penghormatan Muhammad terhadap wanita
Muhammad menganggap wanita senilai dengan binatang peliharaan dan sebagai objek pemuasan seksual. Ia dengan tegas menyatakan bahwa satusatunya tujuan kehadiran wanita adalah untuk memuaskan keinginan seksual laki-laki. ”Allah mengizinkan kamu untuk mengunci mereka di dalam kamar yang terpisah dan memukul mereka, tetapi tidak kekerasan. Apabila mereka menahan diri, mereka berhak mendapat makanan dan pakaian.

Perlakukan wanita secara baik karena mereka adalah ibarat binatang peliharaan dan mereka sendiri tidak memiliki apa-apa. Allah telah membuat tubuh mereka untuk dinikmati secara sah menurut Alquran-Nya. (Tabari IX: 113)

Betapa istimewanya hak dan kehormatan wanita Muslim untuk disebandingkan dengan binatang rumah. Ketika wanita sedang berlomba dengan laki-laki, menjadi pemimpin dan kepala sesuatu lembaga dan perusahaan, Nabi Islam justru menurunkan wanita kepada tingkat yang serendah mungkin. Dan supaya umat Muslim tidak bingung tentang binatang mana yang diperbandingkannya terhadap wanita, maka Muhammad sendiri yang menjelaskannya dalam sebuah hadits belakangan: Aisha meriwayatkan: Hal-hal yang membatalkan shalat dikatakan didepan saya. Mereka berkata,

“Shalat dibatalkan oleh seekor anjing, seekor keledai dan seorang wanita (apabila mereka lewat di depan orang yang shalat)”. “Saya katakan, “Engkau telah membuat kami (yaitu wanita) anjing-anjing.” (Bukhari: V1B9N490)

Di banyak negara Islam, keledai adalah kata yang menghina, yang menunjukkan kepada orang bodoh tanpa otak. Menurut Muhammad, wanita Muslim tidak saja keledai, mereka juga anjing! Anjing sangat ramah dan adalah binatang kesayangan di dunia Barat, tetapi ia adalah salah satu binatang yang paling dinajiskan di negara-negara Islam. Memanggil seseorang sebagai anjing adalah serangan yang luar biasa hina, dan dapat mencetuskan perkelahian. Dan Muhammad justru memperhitungkan wanita, anjing dan keledai masuk dalam satu kelas yang sama.  Muhammad tidak pernah menghormati tinggi kecerdasan seorang wanita. Menurut Muhammad, wanita adalah bisu dan bodoh, suatu sikap tidak sopan dirasakan oleh banyak umat Muhammad sampai hari ini. Allah berkata, ‘Adalah kewajiban-Ku untuk membuat Hawa berdarah sebulan sekali sebagaimana dia telah membuat pohon itu berdarah. Aku juga harus membuat Hawa bodoh, sekalipun Aku telah menciptakan dia cerdas.’ Karena Allah melukai Hawa, maka semua wanita di dunia ini mengalami haid dan bodoh.” (Tabari 1:280) Menurut Muhammad, neraka penuh dengan wanita, bukan setan. Dia adalah Jawara yang hebat bagi hak-hak wanita adalah Muhammad. “Nabi berkata: “Aku ditunjukkan Neraka dan mayoritas penghuninya adalah wanita yang tidak percaya atau yang tidak berterima kasih. ’Waktu ditanya apa yang mereka tidak berterima kasih, Nabi menjawab, ‘Semua kebaikan yang telah diberikan oleh suami-suami mereka.” (Bukhari: V1B22N28)

“Oh kaum wanita, kamu harus mohon pengampunan karena Aku melihat kamu penghuni bagian terbesar di Neraka’. Seorang wanita bijak berkata: Mengapa hal ini terjadi, wahai Rasul Allah? Bahwa di Neraka sebagian besar penghuninya adalah kaum Wanita? Nabi menguraikannya: ’Kamu mengutuk terlalu banyak dan tidak berterima kasih kepada suami-suamimu. Kamu kurang berpikiran sehat, jatuh dalam hal-hal keagamaan, dan merampok kebijaksanaan orang bijak.’ Terhadap hal tersebut di atas wanita berucap: Apa yang salah dengan pikiran sehat kami? Nabi menjawab, ’Kekurangan pikiran sehat kalian dapat dipastikan dari fakta bahwa kesaksian dua orang wanita adalah sama dengan kesaksian seorang pria. Itulah buktinya.’” (Muslim: B1N142).

Menurut Anda, siapakah yang memberi gagasan bahwa kesaksian dua wanita adalah setara dengan seorang pria? Itulah Muhammad sendiri. “Nabi berkata: ‘Bukankah kesaksian seorang wanita sama dengan setengahnya kesaksiaan pria?’ Wanita berkata, ’ya’. Ia berkata, Hal ini karena kekurangan pada pikiran wanita.” (Bukhari:V3B48N826) Bayangkan bagaimana dengan wanita yang dilecehi/ dianiayai oleh seseorang atau sekumpulan geng pria? Mereka tidak mungkin dapat membuktikan tuduhan itu dengan skala kesaksian 1:2. Dan inilah sesungguhnya masalah di negara-negara Islam. Sejumlah kasus perkosaan setiap tahun disana, diadili dengan “kesaksian yang tidak setara”. Sekalipun ada beberapa gelintir wanita Muslim yang membuat kasusnya menjadi besar dalam publikasi, namun tetaplah mayoritas wanita di Negara-Negara Islam hidup dibawah tekanan jari kaum pria.  Umumnya wanita Muslim, mereka yang tinggal di daerah terpencil di Negara- Negara Islam – mereka yang tidak pernah melihat cahaya peradaban, tidak pernah mengetahui kebebasan, dipakai hanya untuk seks dan memproduksi bayi, dan yang patuh mengorbankan diri sebagai budak seumur hidupnya dalam melayani suaminya; ataukah mereka yang berpendidikan dan hidup di masyarakat dunia Barat – mereka yang berpuasa, bershalat dan membaca Alquran dengan dedikasi seperti demam, mereka semua -- menurut Muhammad-- tetap sudah ditakdirkan masuk ketempat yang sama– di Nerakanya Allah! (Surat 19:71). Berikut ini ada beberapa kutipan lain yang memperlihatkan lebih jauh bagaimana pemikiran Mahummad terhadap wanita.
”Katakan kepada mereka yang beristri: Janganlah percaya wanita.” (Ishaq:584) ”Di Neraka aku melihat wanita tergantung pada buah dadanya. Mereka berbapa haram zadah.” (Ishaq: 185) ”Nabi berkata, ’setiap ratapan wanita adalah kebohongan kecuali kalau mereka menangis untuk Sa’d” (Ishaq:469)

Wanita di Firdaus Barangkali gambaran penghinaan terbesar terhadap wanita adalah terletak dalam sorganya Islam, dimana terdapat wanita-wanita cantik yang dikurung (dipingit) di sudut-sudut yang berbeda, yang tujuannya hanya untuk memuaskan desakan seksual kaum pria. Yaitu wanita-wanita cantik yang ditahan/ pingit di pavilyun-pavilyun (Surat 55:72-74) Rasul Allah berkata:
”Di sorga terdapat pavilyun yang terbuat dari satusatunya lembah mutiara enampuluh mil lebarnya, di setiap sudut ada istriistri yang tidak dapat melihat mereka di sudut yang lain; dan orang beriman akan mengunjungi dan menikmati mereka.”

Menurut Alquran apabila seorang pria memasuki Sorga, ia akan mendapat 72 bidadari perawan dan 28 anak-anak pemuda madya. Tetapi bagaimana dengan wanitanya? Apa yang akan diperoleh mereka kalau masuk ke Sorga? Menurut Muhammad, sebagian besar wanita tidak akan masuk Sorga. Hanya mereka yang luar biasa pengabdiannya kepada suami-suaminya yang bisa masuk Sorga, termasuk mengizinkan suami-suaminya menikmati tubuh mereka dengan cara yang sesuka fantasinya. Dapatkah Anda cernakan semua yang dikemukakan oleh “Nabi Terakhir” ini? Sesungguhnya Muhammad menyadari bahwa seks dapat dijual dengan baik diantara kelompok pengikutnya yang bejat. Mereka ini dimotivasi dengan baiknya oleh Nabinya untuk merampok dan berperang dengan imbalan akan mendapat budak, seks, dan harta jarahan. Dengan terus-menerus dijanjikan kepada pengikutnya bahwa mereka akan mendapat bidadari perawan yang belum disentuh di Sorga, Muhammad jelas menyatakan penghargaannya yang “tinggi” untuk lembaga perkawinan Islam, dan sekaligus kejujurannya tentang wanita. Pada saat pengikutnya pergi ke Sorga, mereka mudah dapat membuang istri-istri mereka (yang sama-sama ada disorga) karena tersedia begitu banyak perawan-perawan bidadari muda nan segar dan cantik yang siap memuaskan nafsu seks mereka. Sementara para istri malang mereka yang dulu telah menyerahkan keperawanan mereka kepada para suaminya, tidak akan mendapat pria sexy satupun, melainkan cuma mendapat KEHORMATAN menonton dari jauh bagaimana suami-suami mereka menggarap 72 perawan bidadari dan 28 pemuda remaja. Tidakkah Allah Maha Besar? Sesudah memberikan pelbagai gambaran tentang kecantikan dan kemurnian dari bidadari di dalam Alquran ayat-ayat 78:31-33, 37:40-48, 44:51-55, 52:17-20, 55:56-58, 55:70-77 dan 56:7-40, Muhammad, seperti yang dilaporkan dalam Sunnah melangkah lebih jauh dan memperluas janjinya tentang bidadari, yang menyangkut pasar bebas seks tanpa pembatasan dimana Muslim dapat memilih menurut cara apapun yang dikehendakinya. Buku ”Al-Hadits”, atau ”Mishkat al Masabih,” yang adalah koleksi populer dari berbagai ahadith, melaporkan sbb. Ali melaporkan bahwa Rasul Allah berkata:

 ”Di dalam Sorga ada sebuah pasar dimana tidak ada jual atau beli, tetapi terdiri dari kaum pria dan wanita. Apabila seorang pria berhasrat atas seorang wanita cantik, ia dapat menggauli mereka secara sexual.” (Al Hadis, Vol.4, hal.172, No.34)

Muhammad dan Pernikahan
Hal yang kritis di dalam Islam adalah bahwa ia tidak mempromosikan kasih tak bersyarat (unconditional love), saling menghargai dan saling memahami antara pria dan wanita. Yang diperkatakan adalah semuanya tentang kepatuhan dan ketaatan wanita yang tak boleh diragukan, dan memakai wanita cenderung sebagai ladang (2:223), melahirkan lebih banyak Muslim, hal mana merupakan perbudakan seksual. Apabila sebuah agama mengizinkan seorang pria dapat tidur dengan empat orang wanita dan wanitawanita tawanan, berarti cinta kasih tidak exist disitu. Itu adalah dunia binatang – satu sapi jantan dengan banyak sapi betina, satu ayam jantan dan banyak ayam betina. Muhammad sendiri meniduri banyak wanita, dan idiologinya yang disahkan oleh Tuhan Allah yang diciptakannya, tidak pernah melahirkan kecantikan dari sebuah cinta kasih.

 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Surat 4:3)
Kiranya perlu diingat bahwa umat Muslim menyatakan bahwa kata-kata dalam Alquran adalah seksama dan identik dengan apa yang dikatakan Tuhan kepada Muhammad. Namun Alquran ayat 2:230 mungkin termasuk pernyataan yang paling menyesatkan diantara semua dekrit agama-agama lainnya. Ayat ini mendekritkan, “Jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali...” Ini adalah hukum Allah tentang pria yang menceraikan istrinya, tetapi wanita yang diceraikan itu harus tidur dahulu dengan pria lain (suami baru), supaya ia dapat menikah kembali dengan suami lamanya!! Saya tidak melihat suatu perbedaan antara dekrit ini dengan “swingers” di dunia Barat yang saling bertukar istri secara sukarela untuk satu malam. [Atau lebih tepatnya, para swingers ini tampaknya justru mendapat ilham brilliant dari Alquran sendiri]. Dan anehnya, Muslim melihat gagasan dari swingers ini sebagai sebejadbejadnya, namun mereka tidak melihat sesuatu yang cacat di dalam sistimnya sendiri. Betapa moralnya berstandar ganda! Beberapa komentator dan penterjemah Muslim tambah menyesatkan dengan tafsiran mereka masing-masing, yaitu dengan memasukkan tambahan katakata ”sesudah talak yang kedua” (seperti terjmh Depag diatas), atau ada pula yang menambahinya dengan “talak tiga” (terjmh Disbintalad, cerai yang tidak bisa ditarik lagi), semuanya demi mencoba menelamatkan muka Quran, Muhammad, dan Allah. Tetapi yang jelas, kalimat itu tidak terdapat dalam kata-kata Allah dalam Alquran Arab yang asli. (Alquran sebagaimana aslinya agaknya tidak sanggup membela dirinya tanpa re-touch dari manusia)...

Lampiran A – Hadits yang Kuat dan Lemah Kehidupan dan kematian Muhammad dapat ditemukan didalam koleksi Hadits. Sejumlah koleksi Hadits yang paling bernilai, adalah yang dikumpulkan oleh Bukhari, Dawud, dan Muslim, yang adalah termasuk para sarjana Muslim tradisioal awal. Koleksi mereka yang luas memberikan informasi yang mendetail tentang pemikiran dan kegiatan Muhammad. Namun, bila seseorang menyelidiki Hadits yang diterima oleh umum ini, maka dapat ditemukan banyak ceritera dimana Muhammad justru mempertunjukkan tabiat-tabiat yang tidak baik atau menyimpang. Kelakuan yang membuat risi bagi banyak Muslim Barat yang mencoba membela Muhammadanisme di dunia Barat. Akibatnya, seringkali para Muslim ini mencoba meminimalkan cerita-cerita sejarah dengan menyatakan bahwa Hadits-Hadits itu lemah; dan karenanya, kisah-ksah tersebut harus diabaikan dalam diskusi tentang agamanya Muhammad. Muslim memakai kata penangkal

“Hadits lemah” sebagai pertahanan dalam menjelaskan keburukan tabiat Muhammad. Mereka menyatakan bahwa banyak dari ahadith yang menggambarkan kelakuan tidak bermoral dari Muhammad sebagai tidak asli. Tetapi apa yang mereka lupakan adalah bahwa Hadits-Hadits itu adalah tercantum sebagai bagian koleksi Sunnah yang Sahih. Kumpulan Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim itu dicatat sebagai sejarah asli oleh semua umat Muslim. Itu adalah buku suci Islam yang asli yang berdiri persis disamping Alquran [yang tanpa buku-buku tersebut, maka Alquran menjadi invalid yang tidak bisa ditegakkan sendiri]. Jadi mempertahankan Hadits Shahih sebagai lemah mustahil dapat dibenarkan dualisme-nya. Anda tidak dapat memilah-milah bagian Hadits yang Anda setuju, sambil meninggalkan bagian-bagian yang lain menurut selera sukasuka. Anda hanya bisa memperlakukan seluruh buku adalah shahih, atau tidak samasekali. “Kekuatan” dan “kelemahan” setiap Hadits menunjuk kepada isnad dan matn.

Isnad merujuk kepada kelengkapan/ keutuhan dari rantai-perawi dan reputasi pribadi dari setiap mereka di dalam rangkaian penyampaian tradisi lisan (tentang tindakan atau ucapan Muhammad) yang dihunjukkan balik kepada saksi mata dari Muhammad sendiri.

Matn menunjuk kepada “keharfiahan” teks atau konten dari periwayatan. Tingkat keshahihan transmisi ditentukan oleh kwalitas isnad dan matn Hadits, apakah itu sahih (kuat), hasan (baik), daif (lemah), munkar (cacat), atau maudu (palsu). Dan kumpulan Hadits Bukhari dan Muslim diperlakukan sebagai koleksi Sahih, sebab itu namanya Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.  Umat Muslim juga menolak Hadits berdasarkan matn atau teks. Apa yang kita senang atau tidak senang bukanlah patokan yang layak untuk mengadili sejarah masa lalu. Kepercayaan dijaman kini tidaklah menentukan peristiwaperistiwa masa lalu. Namun umat Muslim cenderung melakukan hal itu apabila berbicara tentang Muhammad [Itulah sebabnya kita seringkali menyaksikan bagaimana Quran saling berbicara lain dengan Hadits, dan saling lain lagi yang dibicarakan oleh ulamanya atas nama ISLAM. Contoh sederhana saja adalah jawaban “Islam” terhadap pertanyaan “apakah Muhammad mempunyai kuasa mujizat seperti Musa dan Isa?” Atau apakah Muhammad itu manusia yang berdosa dan membuat kesalahan-kesalahan?]. Islam -- seperti yang digelarkan oleh ulama dan para apologist Islam-- adalah Islam yang menetapkan Hadis yang Shahih bagi periwayatan yang kuat bagi Muhammad. Dan pada waktu yang sama akan meletakkannya sebagai Shahih lemah, bilamana isi riwayatnya melemahkan Muhammad! Jadi, Muslim akan selalu mendalilkan sebuah Hadits sebagai lemah bilamana ia tidak mampu melihat Muhammad terpojok sebagai manusia yang berkesalahan, berkejahatan, dan tercela. Baginya itu tidak memenuhi standar asumsi mereka yang sesungguhnya tidak kritikal. Padahal setiap kepercayan kita haruslah didasari pada realita sejarah dan bukan asumsi yang diinginkan.

 Lampiran B – Salla SAW SAS SAWS SAAWS S Semua adalah singkatan yang dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Muslim yang mewakili ungkapan Arabik yang sama, salla Allahu alaihi wa-sallam. Dalam bahasa Inggris, Muslim sering menggunakan singkatan ”PBUH” sebagai gantinya.

”SAW” mewakili ungkapan Arab salla Allah alaihi wa sallam, yang artinya ”Semoga damai dan berkat Allah ada padanya.” (PBUH). Ini adalah patokan ekspresi Muslim tentang kasih dan respek terhadap Nabi. Apabila nama Nabi Muhammad disebut atau ditulis, seorang Muslim harus me-respek dia dan memohonkan pernyataan damai ini kepada dirinya. Akan tetapi, sejumlah aspek penting telah hilang dalam ungkapan penterjemahan yang tidak akurat ini. Salla dan sallam keduanya adalah kata kerja yang bukan kata benda. Itu tidak seharusnya diterjemahkan sebagai ”berkat-berkat” dan ”damai” seperti yang terjadi selama ini. Salla dan sallam adalah kata kerja dalam hal yang sudah terjadi (perfective aspect), bentuk kata kerja yang dapat dipakai baik untuk waktu lampau (past tense, sesuatu yang sudah diselesaikan), future perfect (seperti bahasa Inggris ”he will have done” etc.) dan ucapan-selamat yang mengharapkan sesuatu terselesaikan. Arti utama dari salla, seperti ditunjukkan oleh setiap kamus, adalah ”berdoa” dan salla ala artinya ”berdoa untuk”. Jadi, pada tingkat harfiah, terjemahan berikutnya untuk salla Allahu alaihi wasallam adalah semua kemungkinan sbb: - ”Allah mendoakan dia dan memberi salute/hormat kepadanya” (past tense, pernyataan tentang fakta). - ”(Kiranya) Allah mendoakan dia dan memberi salute/ hormat kepadanya” (sebuah harapan). - ”(Kiranya) Allah mendoakan dia dan menyelamatkan dia!” (suatu harapan). Konteks/pemakaian-nya yang akan menentukan apakah makna sesungguhnya dari hal ini ialah (dalam setiap kasus). Apapun juga, intisari yang harus diperhatikan disini adalah bahwa Allah mendoakan Muhammad dan Allah memberi hormat takzim kepada Muhammad. ”PBUH” dipakai oleh umat Muslim Barat bagi semua nabi-nabi dalam Islam, tetapi dalam bahasa Arab, ”SAW” diperuntukkan hanya bagi Muhammad saja. -------

Buku-buku - E kami lainnya Mohon kunjungi site kami untuk mendapat artikel lainnya oleh Rashid Alamir. Juga menampilkan beberapa sumber Kristiani yang mana akan sangat berguna bagi umat Kristen. Alamat site kami http://geocities.com/yahwehcalls/. 59

Tentang Rashid Alamir Rashid Alamir ”Saudara Rashi” dilahirkan dari orang tua Muslim di sebuah kampung daerah pinggiran Srinagar, Kashmir pada tahun 1969. Ia menjadi orang Kriten sementara berada di Amerika menyelesaikan studi tingkat MS pada bulan May, tahun 1995. Pada tahun1998, Alamir menjadi penginjil bagi dunia Muslim. Alamir adalah pendiri ”Muslims for Jesus movement” di India dan adalah salah satu tiang dari Byzantine Orthodox Church of India (BOCI). Dia sangat mahir dalam bahasa Arab dan Urdu, dan sudah menjadi alat utama dalam membawa beberapa ribu jiwa-jiwa yang terhilang kepada Yesus Kristus, baik di India dan penduduk Asia berbahasa Arab dan di Negaranegara Afrika. Sekiranya ada pertanyaan-pertanyaan tentang Kekristenan atau iman Islam, maka Anda dapat menyurati kami, kepada Rashid Alamir di alamat email yahwehcalls@yahoo.co.in